Swedia dan Kanada adalah dua dari 16 negara yang sempat menghentikan donasi akibat tuduhan Israel atas keterlibatan staf UNRWA dalam serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober lalu.
Menteri Pembangunan Internasional Kanada Ahmed Hussen, Jumat (8/3/2024), mengumumkan pendanaan kembali untuk UNRWA setelah menerima laporan dari PBB tentang tuduhan Israel. Sementara Menteri Pembangunan Swedia Johan Forssell, Sabtu (9/3/2024) mengumumkan pencairan dana sebesar 200 juta krona (sekitar Rp303,4 miliar) setelah UNRWA setuju lebih transparan soal pengeluaran keuangan para stafnya.
Pengumuman kedua negara tersebut langsung mendapatkan kecaman dari Israel. Namun Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan optimis akan lebih banyak negara yang melanjutkan pendanaan dalam beberapa waktu mendatang.
UNRWA mempekerjakan sekitar 30.000 orang di wilayah pendudukan Palestina, Lebanon, Yordania dan Suriah, dengan sekitar 13.000 staf di Gaza.
Penghentian pendanaan terhadap Badan ini merupakan hukuman kolektif yang dijatuhkan negara-negara donor kepada rakyat Palestina terutama yang tinggal di Gaza. Terlepas benar tidaknya tuduhan keterlibatan staf UNRWA dalam serangan Hamas, tak sepantasnya warga Gaza yang sudah sangat menderita ikut menanggung hukuman.
Indonesia menyayangkan hal tersebut, dan berharap agar keadaan ini segera berubah dengan berlanjutnya bantuan pendanaan kepada UNRWA.
Bagi rakyat Palestina, UNRWA yang dibentuk pada tahun 1949, memainkan peran penting untuk menyediakan kamp pengungsi, layanan medis dan sosial, pendidikan dan berbagai upaya penyelamatan warga di saat krisis. Badan PBB ini aktif membantu pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Lebanon, Yordania dan Suriah.
Anggaran operasional UNRWA pada tahun 2022 mencapai 1,17 miliar dolar AS. Sembilan puluh persen berasal dari sumbangan negara-negara anggota PBB, dengan Amerika, Jerman dan Uni Eropa sebagai pendonor terbesar. Meski dikenal sebagai sekutu Israel, pada 2022, Amerika menyumbang dana 340 juta dolar AS untuk UNRWA.
Dukungan terhadap UNRWA bukan hanya dibutuhkan oleh rakyat Palestina yang saat ini terancam kelaparan, namun juga dibutuhkan untuk rehabilitasi pasca kehancuran yang disebabkan oleh Israel.
Sejalan dengan bantuan pendanaan yang kembali disalurkan, investigasi terbuka, transparan dan kredibel terkait tuduhan keterlibatan staf UNRWA dalam serangan 7 Oktober tentunya harus terus dilanjutkan.