Selain bertemu dengan Presiden RI, salah satu agenda Presiden Namibia Hage Gottfried Geingob ketika berada di Indonesia adalah menghadiri Indonesia-Namibia Business Forum. Pertemuan terselenggara atas kerjasama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Namibia pada Rabu, 29 Agustus 2018. Presiden Geingob bertemu para pengusaha Indonesia seperti Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani dan Wakil Ketua umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani pada acara tersebut. Topik utama yang dibicarakan tentang peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara. Ditemui usai Indonesia-Namibia Business Forum Rosan Roeslani mengatakan, kunjungan ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi bagi dua negara melalui pertukaran informasi. Ia berharap akan ada kenaikan nilai perdagangan antara kedua negara yang selama ini masih sangat kecil karena hanya mengandalkan satu jenis komoditas. Selain itu ia optimis Indonesia bisa meingkatkan ekspornya ke Namibia pasca kegiatan Indonesia-Namibia Business Forum ini.
“Yang mau kita lakukan kan exchange information dulu, ya tentunya kita mengharapkan ada kenaikan. Kalau ditanya kenaikannya berapa saya belum bisa sampaikan itu karena mereka benar–benar exportnya ke kita itu hanya zinc tok. Yang lainnya nggak ada hanya zinc aja jadi kita liat apa yang bisa kita terima juga barang–barang mereka disini. Dan saya melihatnya sih kita bisa ekspor lebih banyak dari mereka bukannya kita yang minus ya.”
Lebih lanjut, Rosan Roeslani mengatakan Namibia merupakan salah satu pasar non–tradisional yang punya potensi besar bagi barang atau komoditas asal Indonesia. Negara yang baru merdeka dari Afrika Selatan pada tahun 1991 ini terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Namun, selama ini potensi tersebut masih belum digarap dengan baik. Tercatat nilai perdagangan Indonesia dengan Namibia pada 2016 hanya 4 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan menurun menjadi 3,2 juta dolar AS. Dari total tersebut, nilai perdagangan Indonesia ke Namibia mengalami minus. Sementara pada 2016 minus 1 juta dolar AS, 2017 minus 770 ribu dolar AS. Komoditi yang dikirim dari Namibia baru sebatas seng, sedangkan dari Indonesia lebih banyak didominasi oleh mebel atau furniture. (VOI/Rezha)