Perusahaan e-commerce besar dunia asal Amerika Serikat, Amazon Web Services, berencana menanamkan modalnya di Indonesia. Investasi sebesar 14 triliun rupiah ini dalam bentuk cloud computing (komputasi awan), teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data. Rencana itu disampaikan Wakil Presiden Amazon Web Services Werner Vogels kepada Presiden RI Joko Widodo oleh selama pertemuan mereka di Jakarta beberapa waktu lalu. Usai menjadi pembicara US-Indonesia Investment Summit di Jakarta, belum lama ini, Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara mengungkapkan, Indonesia harus semakin terlibat dalam segala aktivitas digital yang berskala internasional. Salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain dengan memberi pintu masuk bagi investasi Amazon Web Services. Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat dari perkembangan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Pasalnya, Indonesia memiliki pasar paling besar di antara negara ASEAN lainnya.
“Bahwa Indonesia itu harus ada di peta digital dunia. Jadi kita welcome kepada investasi di bidang digital tapi yang friendly. Kita yang punya pasar paling besar, pertumbuhan unicorn juga yang paling banyak di ASEAN kemudian juga perkembangan ekonomi digitalnya juga luar biasa. Tadi sudah saya sebutkan tahun 2020 ekonomi digitalnya kurang lebih 130 miliar Dollar itu 12 persen dari GDP kita. Itu besar.”
Lebih lanjut, sebelum resmi berinvestasi di Indonesia, Rudiantara menetapkan syarat mutlak bagi Amazon Web Services. Perusahaan ini harus mampu menyerap tenaga kerja dan mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. Syarat tersebut juga sudah disampaikan pemerintah saat bekerja sama dengan big cap company lain seperti Microsoft, Google dan Sisco. Perusahaan-perusahaan besar tersebut diwajibkan untuk menjalin kemitraan dengan 20 perguruan tinggi di Indonesia. Tujuannya, guna menciptakan 20 ribu teknisi di bidang digital kelak. Untuk pilot project yang dimulai pada tahun ini, Rudiantara menyebutkan, 1.000 orang akan dididik di lima perguruan tinggi. Sampai pekan lalu setidaknya 33 ribu orang sudah mendaftarkan diri.(VOI/Rezha)