Pada Selasa (22/2) delegasi dari Myanmar yang terdiri dari pemuka masyarakat muslim dan komunitas di Rakhine State bertemu dengan Menteri Luar Negeri RI. Delegasi berada di Indonesia pada 20-27 Februari 2018. Selain ke Jakarta, rombongan juga akan melakukan kunjungan ke Ambon.
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para pemimpin masyarakat Myanmar melihat keberagaman kehidupan beragama dan etnis di Indonesia. Secara lebih spesifik, para pemuka masyarakat Rakhine ini diharapkan dapat belajar mengenai pengalaman Indonesia dalam menghadapi konflik etnik maupun konflik sektarian.
Pengalaman ini bertujuan untuk dapat membangkitkan kesadaran bahwa hubungan yang memburuk antar etnis dapat kembali diperbaiki setelah terjadinya konflik dan kekerasan. Di samping itu, kunjungan ini juga diharapkan dapat memunculkan ide-ide dan cara untuk memperbaiki situasi di Rakhine State.
Delegasi Myanmar terdiri dari 10 orang pemuka masyarakat dimana 5 dari masyarakat Rakhine dan 5 dari masyarakat Muslim dari bagian utara Rakhine State. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, berbagai kelompok usia, dan profesi yang berbeda.
Tahun 2017, untuk pertama kalinya, Indonesia juga menyelenggarakanInterfaith-Dialogue dengan Myanmar. Interfaith Dialogue ditujukan juga untuk bertukar pengalaman bagaimana di negara majemuk seperti Indonesia, harmoni masyarakat dapat tetap terpelihara. /Sekar/Press Release Kemlu
Capaian nilai ekspor Indonesia pada bulan Januari 2018 tercatat sebesar USD 14,45 miliar atau naik sebesar 7,86% dibanding periode yang sama tahun 2017 . Penguatan ekspor didukung oleh peningkatan ekspor minyak dan gas (migas) sebesar 1,10% dan nonmigas sebesar 8,57%.
“Kenaikan ekspor nonmigas periode Januari 2018 merupakan awal yang baik untuk mendukung optimisme pencapaian kinerja ekspor di tahun 2018”, ujar Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita melalui Siaran Pers yang diterima Voice . Kenaikan ekspor nonmigas didorong oleh peningkatan ekspor beberapa produk, antara lain bahan bakar mineral (HS 27); perhiasan/permata (HS 71); besi dan baja (HS 72); bubur kayu/pulp (HS 47); ikan dan udang (HS 03); bijih, kerak, dan abu logam (HS 26); dan pakaian jadi bukan rajutan (HS 62).
Di samping itu, ekspor migas juga mengalami kenaikan yang didorong oleh peningkatan ekspor gas sebesar 20,84%. Menteri perdagangan juga menambahkan bahwa kenaikan ekspor nonmigas periode Januari 2018 didukung oleh peningkatan ekspor ke beberapa negara tujuan ekspor antara lain Arab Saudi (naik 42,8%); Filipina (naik 26,6%); Belanda (naik 24,4%); Bangladesh (naik 24,2%); RRT (naik 23,8%); Jepang (naik 19,5%); dan Amerika Serikat (naik 8,2%).
Sementara itu, ekspor nonmigas yang mengalami penurunan (YoY) antara lain ke India (turun 16,5%); Thailand (turun 5,6%); Vietnam (turun 7,4%); Pakistan (turun 32,3%); Australia (turun 23,0%), dan Spanyol (turun 13,9%). Neraca Perdagangan Nonmigas Surplus USD 182,6 juta Neraca perdagangan nonmigas periode Januari 2018 mengalami surplus sebesar USD 182,6 juta. Pada periode tersebut ekspor nonmigas mencapai USD 13,16 miliar dan impornya sebesar USD 12,98 miliar.
Neraca perdagangan total di bulan Januari 2018 mengalami defisit USD 676,9 juta. Defisit neraca perdagangan total diakibatkan oleh defisit neraca perdagangan migas sebesar USD 859,5 juta. Perdagangan nonmigas dengan India, AS, Pilipina, Belanda dan Bangladesh menyumbang surplus terbesar selama bulan Januari 2018 yang jumlahnya mencapai USD 2,3 miliar. Sementara perdagangan nonmigas dengan RRT, Thailand, Australia, Singapura, dan Jerman menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai USD 2,6 miliar.
Impor Barang Konsumsi, Barang Modal, dan Bahan Baku/Penolong Meningkat Nilai impor Januari 2018 tercatat sebesar USD 15,13 miliar, meningkat sebesar 26,44% (YoY).Kenaikan nilai impor tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan impor barang konsumsi sebesar 33,0% (YoY), barang modal sebesar 30,9% (YoY), dan bahan baku/penolong sebesar 24,8% (YoY).
"Kenaikan impor barang konsumsi mengindikasikan masih kuatnya daya beli masyarakat yang secara bersamaan direspons oleh industri domestik melalui peningkatan impor barang modal dan bahan baku/penolong untuk bersaing memenuhi permintaan domestik maupun ekspor," pungkas Menteri Enggar.
Kenaikan impor bahan baku/penolong menjadikan pangsa barang kategori ini semakin dominan sebesar 74,6% terhadap total impor. Pada Desember 2017, pangsa impor tersebut sebesar 73,1%. Impor bahan baku/penolong yang naik signifikan antara lain suku cadang dan perlengkapan alat angkutan (21,44%), bahan bakar motor (17,21%), serta bahan baku untuk proses industri (8,30%). Sedangkan barang modal yang impornya naik signifikan adalah mobil penumpang (56,06%). Sementara itu impor barang konsumsi yang mengalami penurunan adalah makanan dan minuman untuk rumah tangga turun sebesar 62,70% serta bahan bakar dan pelumas turun sebesar 35,36%./Sekar/Siaran Pers Kemendag
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-LIPI memperingati ulang tahun yang ke- 113 tahun. Dengan sejarah yang panjang, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI berkontribusi dalam pembangunan nasional, khususnya pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan.
Kepala Pusat Oseanografi LIPI, Dr Dirhamsyah, pada Selasa, 20 Februari 2018 di Jakarta, usai membuka Oceanography Science Week 2018 mengatakan, pihaknya menargetkan untuk membangun pusat data nasional.
"Kami berharap kami menjadi embrio dari yang namanya akan kita sebut national oceanografic data center. Karena selama ini Indonesia secara formal belum memiliki pusat data kelautan. Kami akan memulai untuk itu dan target kita pada tahun 2019 atau 2020 kita akan keluar dengan gedung yang spesifik kita bangun untuk national data center" tutur Dirhamsyah.
Dirhamsyah lebih lanjut menjelaskan, di tahun 2019 ia juga menargetkan untuk memiliki data terumbu karang dan rumput laut seluruh Indonesia. Selama ini, belum ada data legkap mengenai status terumbu karang dan rumput laut Indonesia.
Data ini sangat bermanfaat selain untuk keilmuan tetapi juga untuk pengambilan keputusan. Data ini bisa bermanfaat bagi pengambilan kebijakan di bidang pariwisata dalam upaya transplantasi terumbu karang dan lain sebagainya. LIPI juga memiliki data oseanografi fisika yang sangat penting untuk keamanan di laut. Menurutnya, selama ini Indonesia belum memiliki data tersebut./Sekar
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-LIPI akan melakukan penelitian terkait Marine Debris atau sampah laut di Indonesia. Sampah di daerah pesisir merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi masyarakat yang berada di dekat pantai.
Kepala Pusat Oseanografi LIPI, Dr Dirhamsyah, di Jakarta Selasa, 20 Februari 2018 usai membuka Oceanography Science Week 2018 mengatakan, dalam berbagai forum lingkungan internasional, Indonesia sering dianggap sebagai produsen sampah plastik ke laut kedua terbesar di dunia.
Ia menyangsikan, apakah betul Indonesia menjadi produsen sampah laut terbesar setelah Tiongkok. Menurutnya, penilaian berbagai forum internasional tersebut belum divalidasi hanya berdasar data statistik atau sample. Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan penilitian riil terkait marine debris di Indonesia.
"Kita harus bantu pemerintah ini, menjelaskan kepada dunia bahwa itu belum tentu benar. Dari konteks scientific bisa diterima tapi dari contoh riil tidak. Makanya kami berharap tahun 2019 kita bisa keluar dengan angka berapa volume sampah Indonesia dan kita juga bisa memberikan masukan, langkah-langkah apa sih, karena kami pingin tau juga, dari penelitian kita, sampahnya tuh darimana," ungkapnya.
Dirhamsyah lebih lanjut menjelaskan, penelitian dilakukan salah satunya melalui kunjungan ke tempat pembuangan akhir untuk mengukur volume sampah yang lari ke laut. Penelitian juga akan menghasilkan data darimana saja sampah tersebut berasal.
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Reza Cordova mengatakan, LIPI akan bekerjasama dengan Universitas dan LSM untuk mengkaji jumlah dan karakter sampah di Indonesia. Setelah itu akan dilakukan kajian mengenai mikroplastik di laut./Sekar