Presiden Joko Widodo meluncurkan Program Bantuan Presiden (banpres) Produktif Usaha Mikro (BPUM) pada Senin (24/8) di Istana Negara. Bantuan ini ditujukan untuk tambahan modal kerja bagi pelaku usaha mikro kecil di Indonesia. Targetnya ada 12 juta usaha mikro kecil yang akan menerima bantuan sebesar 2,4 juta rupiah. Saat menyerahkan secara simbolis, Presiden Joko Widodo menekankan bantuan yang diberikan adalah hibah, bukan pinjaman atau kredit.
Kriteria penerima Banpres Produktif ini adalah usaha mikro kecil, nasabah perbankan atau lembaga keuangan dengan simpanan dibawah 2 juta rupiah. Kriteria lain adalah mereka tidak memiliki kredit di perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi mereka, banpres produktif ini tentu menjadi suntikan menyegarkan, dan diharapkan bisa membuat mereka menjadi lebih kuat.
Fakta di lapangan, Sejak Covid 19 menyerang, usaha mikro kecil di Indonesia menjadi salah satu dari garda terdepan yang terkena dampaknya. Pembatasan Sosial Berskala Besar –PSSB menyebabkan semakin terbatasnya pemasukan yang mereka dapat. Dari sekitar 63 juta usaha mikro kecil diperkirakan 50 persen yang terdampak secara langsung. Langkah yang diambil pemerintah diharapkan dapat menambah modal usaha mikro kecil agar mereka bangkit dari keterpurukan.
UMKM memang yang pertama harus diselamatkan, agar mereka bisa kembali kuat untuk menyokong perekonomian Indonesia. Bila menengok dua dekade yang lalu, saat Indonesia menghadapi krisis ekonomi pada tahun 1998 dan 2008, UMKM justru menjadi salah satu yang menopang dan memberikan kontribusi bagi stabilitas perekonomian Indonesia.
Kebangkitan UMKM tak bisa disandarkan hanya kepada pemerintah. Keterlibatan pihak-pihak lain tentu sangat dibutuhkan, diantaranya pelaku e-commerce atau marketplace. Mereka bisa memberikan bimbingan teknis kepada usaha mikro kecil memanfaatkan teknologi untuk memasarkan hasil usaha mereka. Harapannya, produksi usaha mereka bisa mendominasi market place untuk menggeser produk impor. Tentunya, hal paling penting adalah pelaku usaha itu sendiri. Mereka harus mengembangkan diri dan melakukan inovasi untuk menjawab tantangan yang dihadapi.
Semoga bantuan presiden produktif ini menjadi vaksin yang tepat bagi usaha mikro kecil. Bukan hanya untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid 19, tetapi berdampak positif untuk jangka panjang.
Lebih dari setengah tahun dunia dihantui virus COVID-19. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran virus tersebut, namun belum membuahkan hasil. Bahkan orang yang terinfeksi virus COVID-19 semakin hari semakin bertambah. Hal itu antara lain disebabkan karena belum ditemukannya vaksin yang tepat. Indonesia adalah satu dari berbagai negara di dunia yang berjuang untuk mencari dan memproduksi sendiri vaksin COVID-19.
Meski belum selesai, upaya untuk memproduksi vaksin COVID-19 tampaknya akan mendekati kenyataan. Salah satunya dengan menggandeng Sinovac, perusahaan farmasi asal Tiongkok. Indonesia, melalui PT Bio Farma berencana akan mendistribusikan 50 juta dosis bahan baku berupa bulk atau konsentrat vaksin Covid-19 Ready to Fill (RTF) dari Sinovac pada November 2020 sampai dengan Maret 2021 mendatang. Kepastian tersebut diketahui setelah penandatanganan Perjanjian Awal Pembelian dan Pasokan Produksi Massal Vaksin Covid-19 (Prelimenary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Production of Covid-19 Vaccine) antara Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dengan General Manager Sinovac Gao Xiang, Kamis (20/8/2020) di Hainan, Tiongkok.
Setelah masuk ke dalam negeri, nantinya akan dilakukan serangkaian pengujian di Bio Farma dan proses registrasi di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), sampai akhirnya siap untuk diproduksi. Setelah uji klinis ketiga selesai pada Januari 2021 nanti, barulah produksi secara resmi akan dimulai.
Selain dengan Sinovac, pemerintah RI juga mengincar vaksin dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Indonesia mendapatkan komitmen penyediaan 10 juta dosis vaksin Covid-19 dari G42, perusahaan artificial intelligence asal Abu Dhabi, yang saat ini juga tengah mengembangkan vaksin Covid-19 yang rencananya akan tersedia 10 juta vaksin di tahun ini.
Kesigapan pemerintah dalam berjuang melawan virus COVID-19 dengan mencari dan memproduksi vaksin sendiri patut diapresiasi. Semakin cepat vaksin tersebut diproduksi dan didistribusikan ke masyarakat, akan semakin baik dalam mengurangi jumlah kasus COVID-19 yang sampai Minggu (23/8) mencapai 154 ribu.
Pemerintah dan rakyat Indonesia berharap vaksin COVID-19 dapat segera diproduksi dan didistribusikan. Semoga badai COVID-19 cepat berlalu sehingga rakyat di dunia, khususnya Indonesia, dapat menjalani kehidupan normal dan menata kembali kehidupan sosial dan ekonomi yang sempat hancur akibat pandemi VOCID-19.
Kalau ada yang bilang tidak ada musuh yang abadi, maka kesepakatan hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab adalah contoh yang paling nyata. Sempat sangat berseteru, kini mereka tampak telah berdamai. Ada berbagai kemungkinan alasan mengapa hubungan ini terbentuk. Bisa jadi UEA berusaha menghadang langkah aneksasi tepi Barat oleh Israel, yang didukung penuh oleh Amerika, dengan cara ini. Atau barangkali ada motif ekonomi dibaliknya.
Situasi ini sebetulnya tidaklah terlalu mengejutkan. Karena selama lima tahun terakhir, kontak antara Israel dan negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi, UEA, dan Bahrain, telah meningkat pesat. Jadi hubungan UEA dengan Israel sungguh tidak dibangun hanya dalam 1 malam. Perdagangan antara Israel dan negara-negara Teluk sekarang diperkirakan mencapai sekitar US$1 miliar per tahun. Salah satu perusahaan milik Israel, AGT International, dilaporkan telah membuat kesepakatan senilai 800 juta dolar dengan UEA untuk pembelian peralatan pengawasan perbatasan. Diyakini masih ada bukti-bukti kedekatan lain antara Israel dan negara-negara Arab.
Palestina tentunya sangat kecewa dengan keadaan ini, karena merasa dijadikan alasan pembenar dibalik hubungan Uni Emirat Arab dan Israel yang dikutuk oleh negara-negara Organisasi Kerjasama Islam-OKI. Salah satu negara OKI , Turki langsung membaca motif ekonomi dibalik hubungan yang sudah diresmikan ini. PM Israel menyebut bahwa peristiwa ini membuka era baru dalam hubungan Negara Israel dengan dunia Arab karena sudah memutuskan pembentukan perdamaian resmi dan lengkap antara Israel dan Uni Emirat Arab. Diperkirakan akan lebih banyak negara Arab dan Muslim bergabung dalam lingkaran perdamaian bersama ini.
Meski saat ini kemungkinannya belum terlalu nampak, namun bisa ditengarai dari sikap Arab Saudi, misalnya. Walaupun menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Arab Saudi terlihat tidak terlalu keras menyikapi ‘aneksasi’ Yerusalem oleh Israel. Tentu hal ini sedikit banyak mewarnai Peta Politik Timur Tengah atau hubungan negara2 Islam dengan Israel.
Akankah tujuan ideal, yang sudah dipupuk bersama oleh negara2 OKI selama ini, tentang berdiriya Negara Palestina yang bebas aneksasi Israel, bisa terwujud? Atau malah akan muncul kelompok baru negara2 yang bekerjasama dengan Israel?
Tampaknya akan terjadi konflik antara idealisme mendukung terwujudnya negara Palestina yang berdaulat, dengan kepentingan masing -masing negara anggota OKI.
Indonesia melalui Kementerian Perdagangan menandatangani nota kesepahaman dengan Kantor Fasilitasi Dagang (Trade Facilitation Office/TFO) Kanada untuk mendukung perempuan pengusaha memperluas pasar ekspor ke Kanada. Penandatangan MoU digelar secara virtual, Selasa 18 Agustus oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan dengan Direktur Eksekutif Kantor Fasilitasi Dagang Kanada Steve Tipman. Penandatanganan disaksikan langsung Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, serta Duta Besar RI untuk Kanada Abdul Kadir Jailani.
Kasan menjelaskan, kerja sama ini adalah upaya Kementerian Perdagangan meningkatkan hubungan dengan institusi perdagangan dan fokusnya mendorong eksportir atau perempuan pengusaha untuk masuk ke pasar Kanada dengan dukungan Kantor Fasilitasi Dagang Kanada.
Kantor Fasilitasi Dagang Kanada merupakan organisasi nonprofit yang membantu negara berkembang dengan menyediakan informasi dan rekomendasi bagi eksportir potensial dapat masuk ke pasar Kanada. Cakupan kerja sama kedua pihak meliputi dukungan pada aktivitas promosi Indonesia, termasuk produk dan layanan IT dengan fokus pada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perempuan; melakukan aktivitas promosi produk dan layanan; menyediakan informasi pengembangan ekspor dan peluang perdagangan bagi eksportir Indonesia; serta melakukan peningkatan kapasitas dan bantuan teknis bagi eksportir.
Direktur Eksekutif TFO Kanada Steve Tipman mengatakan nota kesepahaman yang ditandatangani itu menjadi payung kesepakatan perjanjian kedua pihak untuk mendorong promosi perdagangan dalam peningkatan kapasitas institusi pendukung perdagangan juga UMKM. Nota kesepahaman ini juga sebagai dasar proyek kolaborasi di masa mendatang. Ia berharap banyak proyek di Indonesia yang fokus mempromosikan UMKM, khususnya UMKM yang dipimpin dan digerakkan perempuan. Sementara itu Menteri Perdagangan Agus Suparmanto berharap nota kesepahaman itu dimanfaatkan semaksimal mungkin serta kedua belah pihak mulai melakukan promosi, guna meningkatkan daya saing produk Indonesia. Agus juga berharap nota kesepahaman itu mendorong ekonomi yang positif serta mengembangkan hubungan dagang dan peluang bisnis sekaligus memperkuat kapasitas Indonesia juga mempromosikan layanan dan produk teknologi informasi ke pasar Kanada.