Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s (S&P) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 1,8 persen pada tahun ini sebagai dampak dari pandemi COVID-19, sebelum membaik secara kuat pada satu atau dua tahun ke depan. Keputusan pemerintah untuk mengeluarkan sejumlah langkah kebijakan fiskal yang berani akan membantu mencegah pemburukan ekonomi jangka panjang. Karenanya, tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang Indonesia diperkirakan akan tetap jauh di atas rata-rata negara peers. Demikian menurut Departemen Komunikasi Bank Indonesia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Menurut S&P, keunggulan dari sisi kinerja ekonomi jangka panjang ini mengindikasikan dinamika ekonomi yang konstruktif di Indonesia.Di sisi eksternal, S&P memandang nilai tukar rupiah yang sempat terdepresiasi cukup tajam telah berdampak negatif terhadap sektor eksternal dan meningkatkan biaya utang luar negeri sehingga dapat mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam membayar kewajibannya. Meskipun demikian, S&P meyakini Indonesia dapat mengelola risiko tersebut mengingat dalam beberapa tahun terakhir Indonesia mempunyai akses yang besar dan berkelanjutan ke pasar keuangan dan penanaman modal asing. Antara
Israel secara bertahap membuka kembali aktivitas ekonomi dan mengurangi pembatasan mulai Ahad (19/4). Hal ini disebabkan penyebaran virus corona tipe baru atau Covid-19 mulai melambat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, kebijakan lockdowntelah efisien mengurangi penyebaran virus corona. Dia mengeklaim Israel berhasil melawan pandemi Covid-19. Netanyahu mengatakan, pemerintah membuka kembali sejumlah toko dan mengizinkan pegawai bekerja.
Pelonggaran lockdown tersebut membuat tingkat kepegawaian di tempat kerja meningkat menjadi 30 persen dari 15 persen. Namun, mal dan pasar besar tetap ditutup. Pemerintah Israel memberlakukan lockdown mulai 14 Maret dengan menutup kantor, sekolah, dan memerintahkan seluruh warga untuk tetap tinggal di rumah. Warga diizinkan keluar rumah untuk membeli bakan makanan, pergi ke apotek, dan bekerja. Republika
PT Pelni (Persero) mengoptimalkan kapal-kapal penumpang untuk angkutan logistik ke seluruh wilayah Indonesia, terutama untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat menjelang Bulan Suci Ramadhan 1441 Hijriah dan Lebaran 2020.Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelni(Persero), Yahya Kuncoro, Minggu, menyatakan kapal penumpang PT Pelni (Perseo) memiliki sekitar 50 persen ruang untuk mengangkut muatan kontainer baik 'dry' ataupun 'reefer' container, angkutan general cargo. Bahkan, beberapa kapal bisa mengangkut kendaraan. Sebagai BUMN transportasi laut yang menjadi tulang punggung ketersediaan logistik nasional, Pelni berkomitmen mengoperasikan kapal-kapalnya untuk membantu pemerintah daerah dan masayarakat dalam distribusi logistik nasional.
Pelni siap mengoperasikan kapal-kapalnya secara bergantian ke beberapa daerah yang tetap membuka pelabuhannya, terutama untuk angkutan barang dan sebagian kecil angkutan orang bagi daerah yang mengijinkan penumpang turun.Kapal Pelni yang akan dioperasikan di antaranya KM Gunung Dempo yang baru selesai docking di Semarang akan dikirim ke Tanjung Priok, Jakarta. Antara
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat bahwa prognosa komoditas perikanan tangkap pada triwulan II-2020 sebesar 1,67 juta ton sehingga kebutuhan konsumsi perikanan diperkirakan aman sampai Juni mendatang.Direktur Jendral-Dirjen Perikanan Tangkap KKP, M Zulficar Mochtar, menjelaskan hingga saat ini aktivitas melaut nelayan di seluruh wilayah masih relatif normal, sehingga produksi perikanan tidak mengalami kendala untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Hal itu dikatakan Zulficar pada diskusi daring di Jakarta, Minggu.
Zulficar mengakui produksi tangkapan nelayan masih dinilai stabil, meski di sejumlah wilayah dan beberapa spesies perikanan terdapat penurunan dari segi volume maupun harga. Ia menyebutkan komoditas perikanan yang rata-rata mengalami penurunan secara nasional yakni, cumi-cumi dengan penurunan volume 14,5 persen serta harga 2,5 persen. Kemudian, kepiting juga mengalami turun harga sebesar 8,2 persen dengan produksi yang berlimpah sebesar 142 persen; ikan karang mengalami penurunan harga 1 persen dengan produksi 3,2 persen, serta pelagis kecil turun harga sebesar 1,5 persen. Oleh karena itu, KKP mengusulkan sejumlah stimulus guna menghindari produksi ikan tangkap tidak terjual dan harus dibuang karena kelebihan stok, salah satunya mendorong Kementerian BUMN dapat menyerap produksi nelayan. Antara