Daniel

Daniel

11
April

 

Angota  Komisi VII (tujuh) Dewan Perwakilan Rakyat  Nasyirul Falah Amru mengatakan kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan penurunan harga gas menjadi 6  dolar Amerika per Million British Thermal Unit (MMBTU) perlu dievaluasi dan dikaji kembali.

Hal ini diperlukan agar seluruh pihak yang terkait dengan kebijakan tersebut nantinya dapat bertanggung jawab dan memastikan implementasi berjalan dengan tepat. Falah, Jumat (10/4) mengatakan, perlu di kaji ulang peraturan menteri turunannya yang saat ini masih harmonisasi. Jangan ambil kebijakan sepihak dan terkesan memudahkan masalah. antara.

11
April

 

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberikan kemudahan prosedur ekspor impor barang curah untuk industri, pelaku usaha, maupun masyarakat yang terkena dampak dari wabah Virus Corona baru atau COVID-19. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu Heru Pambudi di Jakarta, Jumat, mengungkapkan kepastian atas kemudahan itu, ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 26/PMK.04/2020.

Heru mengatakan peraturan itu terbit karena karakteristik alami barang dalam bentuk curah selalu mengalami pemuaian atau penyusutan sehingga seringkali terjadi selisih berat atau volume. Kondisi ini selalu menyebabkan adanya permasalahan di pemberitahuan pabean ketika petugas melakukan pemeriksaan, apalagi belum ada peraturan khusus yang mengatur prosedur penanganan selisih tersebut. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan perlakuan kepabeanan atas selisih berat barang curah. antara 

10
April


Ketidakpastian global akibat wabah covid 19 masih sangat terasa. Hampir tak ada negara yang bisa memastikan bagaimana dan kapan wilayahnya akan bebas dari covid19. Semuanya serba prediksi dan tak pasti. Hanya Wuhan, China yang telah mengalami masa puncak serangan wabah covid19 dan kini menyatakan 0 Persen kasus infeksi baru. Itupun dengan perkiraan selanjutnya apakah wabah covid19 bisa kembali menyerang? 

Jepang yang diprediksi bisa menguasai keadaan, tanpa banyak Protokol pembatasan ternyata kemudian memutuskan lockdown.  Italia yang awalnya terlihat bisa menguasai serangan virus ini, ternyata menjadi negara yang jumlah korban meninggal tertnggi hingga saat ini. 

Amerika termasuk negara yang  sekarang  mengalami puncak serangan COVID 19.  Bahkan kasus infeksi di New York saja sudah melampaui Italia.

Kepanikan dan ketidakpastian ada dimana-mana.  World Health Organization (WHO) / Lembaga Kesehatan Internasional diharapkn bisa menjaga dan memberi arahan agar pandemi global ini bisa segera teratasi dengan baik. Namun kenyataannya tidak semua negara puas dengan kinerja WHO. Perseteruan yang muncul antara pemimpin Amerika Serikat Donald Trump dengan Direktur Jenderal  WHO - Tedros Adhonom Gebreyesus menunjukkan harapan negara- negara agar WHO bisa berperan lebih banyak dalam merespon pandemik ini.

Ancaman Amerika Serikat akan berhenti membayar iuran kepada Lembaga Kesehatan Dunia itu menunjukkan adanya ketidakharmonisan dalam suasana pandemi saat ini. Amerika menganggap WHO lebih Tiongkok centris. Karena ada beberapa arahan kebijakan WHO yang dianggap Amerika, akan lebih menguntungkan Tiongkok. Dana WHO  sebagian besar berasal dari Amerika. 

Dalam kondisi panik pandemi Global seperti sekarang, wajar kiranya negara2 mengharapkan peran WHO yang lebih besar.  Ada orkestrasi negara2 yang tengah dilanda Covid 19 yang perlu dijaga

harmonisasinya oleh WHO. WHO sendiri sdh berharap bahwa upaya penyelamatan dunia dari pandemik corona ini harus dilepaskan dari isu politik dan ancaman lainnya. 

Kita berharap kecemasan dan ketidakpastian global ini segera berlalu. Dan tiap negara dan Lembaga Kesehatan Internasional bisa menjalankan tugasnya dengan baik. 

09
April


Saat dunia dalam keadaan lesu dan terancam resesi ekonomi akibat pendemi Covid19, Indonesia berhasil mencatatkan sejarah dalam penjualan Global Bond yang terbagi dalam 3 tahap. Selain itu, masa tenor pembayaran 50 tahun di salah satu tahapan pembayarannya merupakan terpanjang dalam sejarah surat utang atau Global Bond Indonesia. Global bond adalah obligasiinternasional atau surat utang negara yang diterbitkan oleh suatu negara dalam valuta asing dan diperdagangkan di luar negeri. Berbeda dengan utang-utang negara-negara donor, global bond tidak mengikat seperti pinjaman resmi, di mana alokasi penggunaannya sudah ditentukan.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani mengatakan, Pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi global dengan total senilai US$4,3 miliar dan emisi tahap pertama dilepas pada Senin malam (6/4). Surat utang tersebut akan digunakan untuk penanganan dan pemulihan penyebaran Covid-19. Dalam keterangannya pada hari Selasa (7/4), Menteri Sri Mulyani menegaskan bahwa penerbitan global bond oleh Indonesia saat ini merupakan yang terbesar dan menjadi global bond pertama di Asia yang berhasil diterbitkan sejak terjadi pandemi Covid-19 pada Februari 2020.

 

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyatakan bahwa pada  keberhasilan penerbitan global bond, pemerintah mencerminkan kepercayaan pasar terhadap Indonesia ditengah ketidakpastian ekonomi global karena dampak Covid-19. Sedangkan, para pengamat keuangan menyambutkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sangat baik dan dijawab oleh pasar dengan baik terkait stabilitas keuangan dan devisa negara. Salah satu pengamat keuangan, Fikri C Permana mengatakan, penerbitan instrument surat utang yang direspons cukup baik oleh pasar, telah memberikan ruang tambahan bagi Anggaran Pendapatan danBelanja Negara 2020 dan akan memberikan stabilitas bagi Rupiah dan likuiditas bagi  pasar keuangan dalam negeri.

Penerbitan Global Bond Indonesia di pasar internasional dan banyaknya peminat dari masyarakat internasional menjadi indikasi bahwa Indonesia merupakan salah satu potensi yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Karena pasar tidak akan melirik atau membeli surat utang Indonesia jika kondisi Indonesia tidak menjamin.

 

Sebelumnya pada Januari 2020, Indonesia juga sudah menerbitkan obligasi dolar dan Euro yang juga disambut positif oleh pasar. Dengan adanta sambutan positif dunia atas kinerja ekonomi Indonesia dalam bentuk pembelian Glonal Bond, para pemangku kepentingan dan kebijakan di Indonesia harus segera mengebut dan terus memperbaiki kinerja dengan orientasi membangun ekonomi kerakyatan yang ternyata lebih kuat menghadapi badai resesi seperti yang sudah dialami pada beberapa krisis di Indonesia.