Indonesia menempati peringkat ke-9 dunia sebagai eksportir perhiasan dengan pangsa pasar lebih dari empat persen di kancah global. Nilai ekspor produk perhiasan Indonesia mencapai 2,05 miliar dolar Amerika sepanjang 2018. Untuk itu Kementerian Perindustrian bertekad menjaga ketersediaan bahan baku sehingga sektor industri perhiasan dapat berkelanjutan.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta Kamis mengatakan, di era globalisasi dan teknologi dengan persaingan yang semakin ketat, pihaknya fokus memacu kinerja industri padar karya yang berorientasi ekspor, termasuk industri perhiasan. Negara tujuan ekspor industri perhiasan Indonesia antara lain Singapura, Swiss, Hong Kong, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab. rol.5.4’19.mar/editr
Pasangan Bulutangkis ganda campuran Indonesia Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow melaju ke babak perempat final Malaysia Open 2019 setelah mengalahkan rekan satu timnya yaitu pasangan Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjaja di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis dengan skor 19-21, 21-18 dan 21-19.
Bagi Tontowi/Winny, kemenangan atas Hafiz/Gloria itu merupakan yang pertama kali setelah dua kali berhadapan di dua pertandingan sebelumnya. Pertemuan keduanya terakhir kali terjadi saat turnamen India Open 2019. Selanjutnya, di babak perempat final, Tontowi/Winny akan berhadapan dengan pasangan asal Malaysia Tan Kian Meng/Lai Pei Jing, pada jumat, 5.4’19 .ant.5.4’10.mar/editr
Kepala Bidang Pusat Penelitian Kelapa Sawit PT Riset Perkebunan Nusantara Suroso Rahutomo berharap pemerintah Indonesia memanfaatkan data dan hasil riset sawit di dalam negeri untuk bisa menjadi dasar ilmiah saat melayangkan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).
Penelitian-penelitian seperti tentang emisi karbon dan sawit sudah cukup banyak di dalam negeri, sehingga diharapkan dapat menjadi dasar untuk mengatakan sawit itu juga bisa berkelanjutan. Suroso di Jakarta, Kamis menjelaskan penelitian, hasil riset dan data yang dikumpulkan badan usaha milik negara tersebut dilakukan oleh berbagai pihak di dalam negeri. ant.5.4’19.mar/editr
Pengamat ekonomi Faisal Basri menyebut kasus diskriminasi minyak kelapa sawit dan turunannya oleh Uni Eropa harus menjadi pelajaran agar Indonesia tidak terus menerus bergantung pada ekspor komoditas tersebut. Ekonom senior tersebut di Jakarta, Kamis menjelaskan pasar Eropa bukan satu-satunya pasar yang bisa disasar oleh produk sawit Indonesia. India, juga merupakan pasar yang prospektif.
Sayangnya, kebijakan bea masuk impor yang tinggi di India hingga 50 persen menjadi kendala besar bagi Indonesia. Oleh karena itu, Faisal menyarankan alih-alih meningkatkan ekspor sawit ke India, akan lebih baik jika pengusaha sawit bisa membuka fasilitas produksi sawit di negara tersebut. ant.5.4’19.mar/editr