Saat ini, masyarakat Indonesia sedang menunggu keputusan Pemerintah kapan dimulainya 1 Ramadhan 1442 H melalui hasil sidang Isbat. Umat Muslim akan mengetahuinya setelah adanya penetapan oleh pemerintah melalui sidang isbat. Sidang isbat penentuan 1 Ramadhan 1442 H akan digelar oleh Kementerian Agama mulai Senin sore ini. Pelaksanaan sidang isbat di antaranya akan melibatkan Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama, Duta besar negara sahabat, perwakilan ormas, LAPAN, BMKG, dan undangan lainnya. Selain itu, akan hadir pula perwakilan ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan Al Washliyah. Kemenag menyebutkan, sejumlah pemantau hilal akan diturunkan di 86 lokasi dari 34 provinsi di Indonesia. Terlepas dari hal itu, hal yang perlu dipantau adalah kesiapan pangan selama Ramadhan ini.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mulai menyoroti ketersediaan bahan pokok mulai bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah. Dia mengatakan, persiapan itu dilakukan lebih awal demi menjaga keamanan stok bahan pokok pada hari besar tersebut.
Adapun komoditas yang mulai dipersiapkan ketersediaannya dari sekarang adalah gula, daging, dan beras. Menteri Muhammad Lutfi memastikan bahwa barang-barang pokok seperti gula, daging, dan beras cukup tersedia menghadapi bulan Ramadhan, H-100, dan Hari Raya Idul Fitri atau H-130. Ditengah pandemic Covid-19, daya beli masyarakat masih cenderung lemah, terlepas ketersediaan barang di pasaran. Selain itu, kondisi kebencanaan yang terjadi belakangan ini membuat masalah semakin kompleks. Bisa jadi di beberapa wilayah ketersediaan barang akan menjadi langka dan mahal dengan kondisi seperti ini. Belum lagi beberapa wilayah di Tanah Air menghadapi cuaca atau iklim yang dapat mengganggu produksi dan distribusi. Namun, pemerintah dalam beberapa tahun terakhir berhasil menjaga stok dan stabilitas harga kebutuhan pokok. Pada periode 2019 hingga 2020, misalnya, hal tersebut dinilai berjalan sangat baik karena seluruh pihak telah berkolaborasi untuk mengantisipasi ketersediaan dan stabilisasi harga.
Data Kemendag menunjukkan bahwa pada 2019 hingga 2020, inflasi pada bulan puasa dan Lebaran kurang dari satu persen. Selain itu, inflasi volatile food pada Ramadan dan Lebaran 2021 mendekati 2 persen. Faktanya adalah harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan harga pada satu pekan sebelum Ramadhan. Kenaikan salah satunya terlihat jelas pada komoditas cabai rawit. Berdasarkan pantauan di Pusat Informasi Harga pangan Strategis (PIHPS) pada Senin (5/4), rata-rata harga cabai rawit di seluruh pasar di Indonesia mencapai Rp 112.650 per kilogram. Itu naik Rp9.650 dibandingkan Senin (26/3) lalu. Kondisi sama juga terjadi untuk cabai rawit merah dan hijau. Pada awal pekan ini, rata-rata harga cabai rawit merah mencapai Rp121.050 per kilogram, naik dibandingkan awal pekan lalu yang Rp118.950.
Tentunya, diharapkan harga-harga komoditi penting tetap bisa dikendalikan selama Ramadhan ini, sehingga kondisi yang sudah memberatkan masyarakat seperti pandemic dan bencana alam tidak semakin berat dirasakan oleh masyarakat Indonesia selama Ramadhan ini.
Kali ini, akan membahas sebuah lagu dari D’lloyd.
Grup band ini pada awal debutnya terdiri dari Bartje van Houten (pemain gitar), Andre Gultom (pemain saxophone, flute, vokal), Syamsuar Hasyim (vokal utama), Chairoel Daud (pemain drum), Budiman Pulungan (pemain keyboard), dan Sangkan "Papang" Panggabean (pemain bas). Seiring berjalannya waktu adanya anggota baru yang masuk yaitu: Yustian (pemain gitar kedua), Juhanny Fatmarida Susilo (pemain flute/saxophone), serta Totok (pemain bas). Nama D’lloyd mulai dikenal masyarakat setelah merilis single hits "Titik Noda" pada tahun 1972. Lagu yang diciptakan oleh Bartje Van Houten ini mengisahkan tentang seseorang yang ditinggalkan oleh kekasihnya, yang tersisa hanya lah setitik noda di hatinya.
inilah “Titik Noda” oleh D’lloyd.
Ratusan rakyat Myanmar telah tewas akibat tindakan militer mengatasi unjuk rasa anti kudeta. Laporan menyebutkan lebih dari seratus warga sipill, termasuk anak berumur 7 tahun, tewas akibat tindakan keras apparat keamanan. Sebagian rakyat Myanmar dikabarkan mulai mengungsi meninggalkan negaranya. Keadaan pun semakin kacau.
Banyak pihak mengharapkan ASEAN bertindak untuk mencari solusi bagi masalah salah satu anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut. Presiden Indonesia, Joko Widodo menghimbau Ketua ASEAN saat ini mengadakan pertemuan tingkat tinggi ASEAN membicarakan krisis Myanmar.. Atas nama Indonesia, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia mengecam keras tindakan militer dalam menangani unjuk rasa hingga menewaskan lebih dari 100 orang dalam satu hari.
Menjadi pertannyaan kemudian, akankah ASEAN akan melakukan sesuatu yang signifikan kepada Myanmar ?
Setidaknya ada dua hal yang dapat dilihat atas kemungkinan tindakan ASEAN. Pertama dalam perspektif kolektif, dan kedua sikap masing masing anggotanya. Secara kolektif negara anggota ASEAN terikat pada prinsip non intervensi atas urusan dalam negeri anggotanya. Urusan dalam negeri adalah urusan masing-masing yang tidak dapat dicampuri sesama negara anggota ASEAN. Kedua, sikap masing masing anggota atas krisis Myanmar yang disebabkan kudeta milter, juga dapat mengganjal upaya ASEAN. Sebagaimana diketahui perwakilan Vietnam, Laos dan Thailand hadir dalam upacara peringatan Hari Angkatan Bersenjata yang digelar oleh pemimpin kudeta militer, Jenderal Ming Ang Hlaing. Ini bisa saja diartikan mereka kemungkinan mendukung penguasa Militer di Myanmar.
Seruan Indonesia atas perlu diadakannya pertemuan tingkat tinggi yang mendapat dukungan Malaysia, Singapura dan Filipina, berhadapan dengan kenyataan hadirnya ketiga negara tersebut pada HUT Angkatan Bersenjata Myanmar.
Sesungguhnya ketegasan ASEAN terhadap Myanmar diperlukan, ketimbang narasi normatif tentang adanya prinsip non intervensi. ASEAN dan negara manapun dapat juga menerapkan prinsip tanggung jawab untuk melindungi atau Responsibility to Protect yang diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Sikap ASEAN yang tegas atas dasar prinsip PBB dapat menjadi langkah strategis bagi kepentingan Myanmar sendiri. Tindakan itu dapat melindungi Myanmar dari intervensi negara besar seperti China, Rusia, dan Amerika Serikat. Campur tangan negara besar yang dilatar belakangi persaingan pengaruh, akan membuat suatu negara yang dllanda krisis semakin dalam masuk ke chaos atau kekacauan dan kemungkinan perang saudara. Suriah misalnya, adalah salah satu contohnya.
Indonesia akan menyambut kembali wisatawan mancanegara (wisman) di daerah-daerah tertentu pada sekitar Juni-Juli 2021. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno mengatakan, hingga saat ini pihaknya beserta beberapa pihak terkait terus memasuki tahap finalisasi dari segi persiapan Safe Travel Corridor Arrangement.
Pandemi Covid-19 memang telah membawa dampak ekonomi yang besar bagi berbagai industri di seluruh dunia, tanpa kecuali industri pariwisata. Selain Indonesia, negara-negara di Eropa dan Asia Pasifik sudah mulai bekerja sama untuk membangun kembali perekonomian mereka melalui inisiatif tersebut. Dengan diberlakukannya travel bubble, maka negara-negara yang melakukan kerja sama dapat membuka perbatasan mereka kembali, sehingga memungkinkan perjalanan lintas negara dapat berjalan layaknya sebelum pandemi. Indonesia akan membuka akses wisata dengan Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Australia melalui kesepakatan travel bubble dalam waktu dekat. Tentu ini adalah langkah-langkah terukur yang dilakukan berbagai negara untuk kembali menghidupkan ekonomi, khsusnya sektor pariwisata. Hal ini membawa semangat dan optimisme tersendiri. Tentu saja hal ini perlu dilakukan dengan matang.
Setelah vaksinasi dilakukan untuk masyarakat Indonesia khususnya pelaku wisata, diharapkan herd imunity masyarakat Indonesia sudah terbentuk. Para wisatawan asing yang juga sudah mendapat vaksin tentu menjadi modal tersendiri agar upaya menggerakkan ekonomi nasional dengan cara wisata bisa berjalan dengan lancar.
Semoga upaya untuk mulai membuka keran kunjungan wisatawan asing ini akan mendatangkan dampak seperti yang diharapkan. Namun yang perlu diantisipasi adalah kewaspadaan dan prosedur kesehatan yang seharusnya tetap ditegakkan baik oleh wisatawan maupun pelaku wisata di Tanah Air. Jangan sampai setelah mendapat vaksin, masyarakat cenderung lalai dengan prosedur kesehatan standar yang sudah ditentukan. Karena tanpa kesadaran, hal itu akan menjadi boomerang sendiri bagi daerah wisata itu sendiri. Sehingga menjelang bulan Juli nanti, langkah-langkah teknis menerima wisatawan asing di beberapa daerah akan semakin matang dan diterapkan dengan baik