Tuesday, 20 February 2018 00:00

Peneliti LIPI Kembangkan Teknologi Cegah Tanah Longsor

Written by 
Rate this item
(0 votes)

 

Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam karena letak geografisnya yang berada diantara 3 lempeng utama dunia sehingga bencana alam gempa bumi, tsunami, serta bencana Hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, sangat rawan terjadi. Bencana ini hampir setiap tahun terjadi dan berulang, juga karena sebagian besar wilayah indonesia masih terdapat pegunungan dan lereng curam. Bencana tanah longsor sendiri sering terjadi di Indonesia dengan skala kecil dan besar yang memberikan dampak dan resiko yang cukup besar, seperti kerusakan bangunan, kerusakan infrastruktur, memutus jalur transportasi dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Untuk meminimalisir dampak bencana longsor, upaya untuk pendeteksian lebih awal perlu dilakukan. Karenanya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan teknologi untuk mendeteksi pergerakan tanah yang kemungkinan bisa menyebabkan longsor dan mencegah tanah longsor.

Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari dan  Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Suryadi berhasil mengembangkan teknologi Jaringan Sensor Nirkabel Untuk Pemantauan Tanah Longsor (Wireless Sensor Network for Landslide Monitoring/LIPI Wiseland) dan Teknologi Mitigasi Longsor Berbasis Drainase Siphon (The Greatest). Sensor nirkabel LIPI Wiseland terdiri atas empat elemen, yaitu ekstensometer, tiltmeter, sensor modul dan pengukur hujan. Selain itu, teknologi tersebut juga dilengkapi dengan gateway dan alarm serta web monitoring. LIPI Wiseland dapat mendeteksi pergerakan tanah, perbedaan kemiringan lereng dan tinggi muka air tanah untuk memperkirakan kemungkinan tanah longsor. LIPI Wiseland saat ini sudah dikembangkan hingga generasi ketiga dan telah diuji coba di beberapa lokasi, yaitu Pangalengan dan Jalan Tol Cipularang. Teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan jembatan dan telah diuji coba di Jembatan Cisomang, Tol Cipularang.

The Greatest adalah metode rekayasa drainase bawah permukaan tanah untuk menurunkan muka air tanah. Salah satu penyebab tanah longsor dalam adalah kenaikan muka air tanah yang biasanya terjadi pada musim penghujan. The Greatest menggunakan motode yang sama dengan pipa siphon atau pipa pindah, yaitu alat untuk memindahkan cairan dari wadah yang tidak dapat direbahkan. Contohnya memindahkan bensin dari tanki motor ke dalam jerigen. Prinsip kerja The Greatest adalah mengisap air tanah berdasarkan perbedaan ketinggian muka air tanah. Komponen yang diperlukan adalah sumur siphon, selang siphon dan unit pembasuh. The Greatest sudah diuji coba di laboratorium maupun di lapangan. Kesimpulannya menyatakan semakin banyak jumlah sumur siphon, semakin rendah muka air tanah dan semakin kecil luas zona rembesan maka akan semakin tinggi kestabilan lereng. Uji coba lapangan dilakukan di Lereng Cibitung, Pangalengan, yang berhasil menurunkan muka air tanah secara signifikan pada beberapa sumur siphon yang memiliki muka air tanah awal dangkal. Kini satu perusahaan swasta di bidang energi dan PT Kereta Api Indonesia sudah menyatakan minatnya menggunakan teknologi ini.

 

 

Read 1294 times Last modified on Tuesday, 20 February 2018 14:52