Thursday, 15 November 2018 11:04

Merawat dan Menjaga Toleransi di Indonesia

Written by 
Rate this item
(0 votes)


Tanggal 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.  Badan PBB untuk Ilmu dan Kebudayaan, UNESCO menetapkan 16 November sebagai hari Toleransi Internasional bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada publik atas pentingnya sikap toleran dalam menjaga hubungan di antara masyarakat. Hari Toleransi Internasional mulai diperingati sejak 1996.

Bagaimana dengan toleransi di Indonesia sampai saat ini? Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang plural dengan memiliki sekitar 1.300 suku bangsa,dengan kultur budaya, bahasa yang sangat beragam. Indonesia juga mempunyai enam agama yang resmi diakui oleh negara yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Walaupun beragam suku, bahasa, budaya  dan agama, Indonesia tetap hidup rukun, harmoni karena Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi sampai saat ini.

Ada banyak contoh yang menunjukkan bagaimana toleransi antarumat beragama di Indonesia terjalin. Di antaranya adalah soal peringatan hari raya keagamaan yang diakui sebagai hari libur nasional, meski jumlah penganut agama tersebut sedikit.

Indonesia sebagai Negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi  telah diakui dunia. Beberapa tokoh dunia yang telah berkunjung ke Indonesia dan memuji toleransi  Indonesia. Antara lain Barack Obama. Presiden AS ke-44 Barack Obama saat berbicara di Forum Diaspora ke-4 di Jakarta, pada Juli 2017 mengapresiasi toleransi di Indonesia. Penasihat Utama Pimpinan Spiritual Iran, Mohsen Araki dalam kunjungan ke Kantor Wapres, Jusuf Kalla pada Desember 2016  memuji Indonesia yang mampu menunjukkan toleransi antar-umat beragama dengan baik. Mohsen mengatakan, "Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi contoh bagi hidup berdampingan, hidup perdamaian, dan persaudaraan".

Walaupun demikian,  Indonesia tidak bebas dari  kasus intoleransi. Segelintir kelompok masyarakat beberapa tahun belakangan menunjukan sikap tersebut. Lemahnya penegakan hukum disadari sebagai pemicu munculnya sikap intoleran selain dipicu faktor ekonomi dan politik.

Seluruh komponen bangsa Indonesia bertanggungjawab merawat, menjaga, dan memupuk sikap toleransi agar masa depan Indonesia terhindar dari konflik fanatisme antar golongan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dari berbagai pihak, baik itu pemerintah maupun ormas-ormas  untuk lebih peduli dan selalu menanamkan nilai-nilai kebangsaan, merawat dan memperjuangkan budaya toleransi dan kebhinekaan di Indonesia. Maka Indonesia yang damai tanpa konflik antar golongan bukan hanya sekedar mimpi .

Read 849 times Last modified on Friday, 16 November 2018 11:09