Ada tradisi unik yang digelar masyarakat Probolinggo, Jawa Timur, saat memasuki musim panen, acara 17 Agustus, atau lomba desa, Yakni Tradisi Karapan Kambing. Karapan kambing merupakan tradisi turun temurun warga Probolinggo, khususnya masyarakat Pandulungan. Tadisi ini merupakan hasil asimilasi antara budaya Jawa dan Madura yang tersebar di pesisir Pantai Utara Jawa Timur (sebagian Tuban, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, hingga Situbondo) dan sebagian pesisir Selatan Jawa Timur bagian timur (Lumajang, Jember, dan sebagian Banyuwangi). Tradisi ini rutin digelar, sekaigus untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal dan sebagai ajang promosi wisata Probolinggo.
Dalam arena perlombaan, pasangan kambing akan diadu dengan pasangan lainnya. Dalam pertandingannya, Kambing-kambing ini dilengkapi beberapa peralatan, antara lain jepitan telinga, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles (rangka kayu yang diikatkan ke badan kambing), kalonongan (terbuat dari kaleng kecil biasanya bekas dari korek api). Kambing-kambing ini pun dilumuri balsam dan minyak angin pada beberapa bagian tubuh kambing, sehingga memberikan rasa panas yang cukup untuk membuat kambing tersebut berlari kencang sekuat tenaga.
dalam Karapan Kambing ada aturan pertandingan yang harus dipatuhi. Dalam pertandingan Karapan Kambing, dua pasang kambing dipacu untuk mencari yang tercepat, hanya saja joki karapan kambing tidak menaiki keleles seperti kerapan sapi, melainkan berlari di belakangnya. Kambing yang menang, kemudian diadu lagi pada babak selanjutnya, sampai ditemukan juara utamanya. Kambing jawara punya ciri-ciri tertentu,bentuk kepala yang cenderung kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan sedikit menungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak.
Antara.