Hubungan diplomatic antara Korea Selatan dengan tetangganya, Korea Utara memasuki babak baru. Senin lalu, utusan khusus pemerintah Korea Selatan, mengunjungi Pyong Yang dan diterima langsung oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Pertemuan kedua Korea, yang tidak pernah terjadi selama lebih dari satu decade, dikabarkan membawa angin segar bagi meningkatnya hubungan baik kedua negara bertetangga itu.
Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, memberitakan, bahwa Presiden Kim Jong Un menerima delegasi Korea Selatan dalam acara jamuan makan khusus yang hangat penuh kekeluargaan. Menurut pejabat tinggi Korea Selatan setidaknya ada tiga hal penting yang diungkapkan dalam pertemuan itu.
Yang pertama adalah kabar baik, Korea Utara ternyata sangat ingin melanjutkan pembicaraan bilateral dengan Korea Utara mengenai dihentikannya percobaan nuklir. Kedua, Korea Utara sepakat diadakannya pertemuan antara kedua pemimpin Korea di Pamunjom bulan depan, dihadiri langsung kedua Presiden, baik Korea Utara maupun Korea Selatan. Pamunjom adalah kota di perbatasan kedua Korea. Hal ketiga yang diungkapkan delegasi pemerintah Korea Selatan adalah, Presiden Korea Utara juga membuka diri untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat.
Hasil pembicaraan awal antara pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan ini, setidaknya memberi angin segar bagi upaya perdamaian kedua tetangga, yang berseteru sejak akhir perang dunia kedua. Warga yang nota bene memiliki asal usul yang sama, namun terpisah dan hidup di dua negara yang terus berseteru, tentu berharap agar kesepakatan dapat terwujud dan hubungan kedua negara tetangga itu menjadi cair dan terus membaik. Sebelumnya, memang sudah ada tanda tanda melunaknya hubungan kedua pemerintah, yaitu ketika Korea Utara mengirimkan atletnya bergabung di Olimpiade musim dingin di Korea Selatan baru-baru ini.
Namun, terjadinya momen momen bersejarah lebih lanjut, masih harus ditunggu. Pengalaman menunjukkan, bahwa Korea Utara sebelumnya pernah ingkar janji. Salah satunya adalah ketika Korea Utara melanggar kesepakatan bersama mengenai penghentian uji coba nuklir pada tahun 2005. Alasan pelanggaran kesepakatan ketika itu adalah, Korea Utara merasa tidak terjamin keamanannya setelah menghentikan uji coba nulir yang dimaksudkan untuk melindungi wilayah Negara itu.