Bulan Maret 2018, akan menjadi bulan bersejarah bagi Indonesia dalam upaya mewujudkan perdamaian di Afghanistan. Ulama dari Afghanistan akan bertemu dengan ulama dari Pakistan, yang salah satu unsurnya adalah dari kalangan Taliban, di Indonesia. Pertemuan ulama 3 negara yaitu Afghanistan, Pakistan dan Indonesia ini, merupakan salah satu wujud tindak lanjut kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kalla ke Afghanistan beberapa waktu lalu. Rencana menghadirkan ulama dari Afghanistan dan Pakistan itu telah dibicarakan dalam pertemuan lanjutan antara Wakil Presiden Yusuf Kala, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Pengurus Pusat Majelis Ulama Indonesia, pekan lalu. Diputuskan bahwa yang akan diundang dalam pertemuan mendatang, bukan hanya dari kalangan pemerintah, tetapi juga dari unsur Taliban. Sebagaimana diketahui, konflik bersenjata di Afghanistan tidak kunjung mereda, apalagi dengan kehadiran milisi Taliban dan pergerakan Daulah Islamiyah. Pertanyaannya, akankah pertemuan di Jakarta segera menyelesaikan konflik bersenjata dan kekerasan yang terjadi Afghanistan ?
Konflik bersenjata di Afghanistan, tidaklah melibatkan para ulama secara langsung. Namun konflik ini telah menjadi penyebab tewasnya aparat keamanan, milisi Taliban dan jihadis Daulah Islamiyah serta penduduk sipil. Kehadiran pihak asing di Afghanistan dengan alasan ikut mengamankan keadaan, tidaklah menyelesaikan persoalan.
Konflik di Afghanistan terus terjadi bukan hanya karena persoalan politik tetapi juga ideologi atau aliran menyangkut Islam yang menjadi agama Negara tersebut. Dari sisi ideologi atau pendekatan keagamaan, rasanya peran ulama perlu dioptimalkan. Dalam perspektif ini, walaupun tidak serta merta menyelesaikan persoalan, pertemuan antar ulama ini dapat menjadi salah satu jalan mewujudkan perdamaian di Afghanistan. Para ulama di Afghanistan dan Pakistan dapat melihat kondisi di Indonesia serta mengobservasi peran dan posisi ulama dalam memelihara situasi kondusiv di negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim,
Hasil diskusi dan kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan para ulama di Jakarta, dapat menjadi titik awal baru bagi dialog lebih lanjut di Afghanista, yang akan membicarakan masalah teknis dan strategi taktis dalam mewujudkan perdamaian. Kredibilitas dan pengalaman Indonesia dalam merintis perdamaian memang telah terbukti. Di Kamboja misalnya, dapat dijadikan contoh bagaimana Indonesia berhasil menginisiasi perundingan perdamaian yang akhirnya dapat diwujudkan. Selain itu, peran ulama di Indonesia dalam memelihara situasi kondusiv dan persatuan juga dapat menjadi contoh konkrit bagaimana ulama menjalankan peranannya.