Dunia dikejutkan oleh ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut, ibu kota Lebanon, hari Selasa 4 Agustus. Paling tidak 78 orang meninggal dan lebih dari 4.000 lainnya luka-luka akibat ledakan yang berlokasi di kawasan pelabuhan itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil. Di Lebanon, terdapat lebih dari 1400 WNI, yang terdiri dari masyarakat dan keluarga besar KBRI serta pasukan TNI anggota kontingen Garuda.
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan, sebanyak 2.750kg ammonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian ditengarai menjadi penyebab insiden. Pupuk itu, disimpan selama bertahun-tahun dalam gudang di tepi laut dan memicu bencana yang cukup dahsyat.
Kepala Keamanan Umum Libanon, Abbas Ibrahim, mengatakan beberapa tahun lalu pihaknya sebenarnya telah mengamankan "material berdaya ledak tinggi". Material tersebut disimpan dalam gudang yang berlokasi beberapa menit berjalan kaki dari kawasan distrik hiburan malam dan pusat perbelanjaan.Mengapa sampai terjadi ledakan sedahsyat itu, saat ini masih diinvestigasi penyebabnya. Begitu masifnya insiden tersebut hingga suara ledakan bisa terdengar hingga ke negara tetangga seperti Siprus..
Tentu apa yang terjadi di Beirut itu sangatlah memprihatinkan. Peristiwa ini menjadi pelajaran bersama bahwa keselamatan nasional atau bahkan internasional, akan sangat tergantung unsur kehati-hatian dan kepatuhan semua pihak terhadap protokol keselamatan dan penanganan bahan berbahaya yang mudah meledak seperti ammonium nitrat atau lainnya.