Hari ini, 25 tahun yang lalu, tepatnya 10 Agustus 1995, pesawat N-250 Gatotkaca buatan Indonesia berhasil mengudara untuk pertama kalinya. Keberhasilan tersebut merupakan bukti nyata prestasi putera-puteri bangsa Indonesia yang membanggakan dalam upaya mengembangkan, menerapkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang kedirgantaraan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, sesuai dengan keputusan Presiden RI Nomor 71 Tahun 1995, tanggal 10 Agustus ditetapkannya sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Teknologi telah menjadi bagian yang semakin tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, banyak digunakan di hampir setiap kegiatan manusia. Apalagi di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, ketika hampir semua kegiatan dilakukan dengan mempertimbangkan protokol kesehatan dengan mengurangi pertemuan tatap muka demi menghindari penularan virus COVID-19.
Tidak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi telah mengubah cara hidup, cara bekerja, maupun cara berbisnis manusia. Banyak usaha dan lapangan kerja yang kini punah, namun tidak sedikit pula bisnis dan lapangan kerja baru yang tercipta, yang belum pernah ada sebelumnya. Dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi tersebut sangat besar, dan akan menentukan arah masa depan manusia.
Sebelum pandemi, manusia mungkin tidak mengira jika pertemuan penting bisa dilakukan dari jarak jauh. Di satu sisi, hal ini dapat menghemat tenaga dan biaya, di satu sisi merugikan industri lainnya. Industri penerbangan, misalnya, merupakan salah satu yang paling terdampak karena adanya pandemi COVID-19.
Dalam diskusi daring bertema “Perjalanan Industri Kedirgantaraan Nasional” yang diadakan dalam rangka 25 tahun Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, Jumat, (07/08), Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham Habibie, mengatakan pada situasi saat pandemi seperti sekarang ini, lalu lintas udara di dunia turun kurang lebih 80 persen. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan penerbangan yang mengurangi rute penerbangannya atau bahkan tidak dapat melanjutkan usahanya. Di sisi lain, berkurangnya perusahaan penerbangan juga berarti menurunnya jumlah kompetitor di bidang ini, dan dapat menghasilkan pertumbuhan yang sehat. Ia memprediksi kemungkinan industri penerbangan, baru benar-benar pulih pada 3 tahun mendatang.
Sementara Elfien Guntoro, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia-PTDI, mengatakan perusahaannya yang biasanya memproduksi pesawat terbang untuk kebutuhan operasi militer dan penerbangan komersial, di masa pandemi COVID-19 melakukan inovasi dengan memproduksi ventilator atau alat bantu pernafasan. Hal ini dilakukan untuk menyiasati dampak COVID-19 terhadap bisnis perusahaan tersebut
Pandemi COVID-19 memang memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Namun pada akhirnya, semua terpulang kepada manusianya, apakah ia dapat mengubah tantangan tersebut menjadi peluang.
Semoga pandemi COVID-19 menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk lebih berinovasi dan menciptakan teknologi baru seperti 25 tahun lalu saat bangsa Indonesia dapat memproduksi pesawat buatan sendiri.