(voinews.id)Penghapusan hak kekayaan intelektual atau paten vaksin COVID-19 tidak akan cukup untuk mempersempit kesenjangan pasokan yang besar antara negara kaya dan miskin. Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, saat berbicara di Parlemen Eropa pada Kamis, dilansir Reuters. Afrika Selatan dan India telah mendesak sesama anggota WTO untuk mengabaikan hak kekayaan intelektual atas vaksin untuk meningkatkan produksi.
Negara-negara miskin yang merupakan setengah dari populasi dunia hanya menerima 17 persen dosis. Situasi ini oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebut "apartheid vaksin". Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menyatakan mendukung gagasan penghapusan paten, tetapi Uni Eropa dan penentang dari negara maju lainnya mengatakan, langkah itu tidak akan meningkatkan produksi vaksin. Okonjo-Iweala mengatakan negara berkembang mengeluhkan proses perizinan yang rumit dan harus diperbaiki. Produsen harus bekerja untuk meningkatkan produksi. Ia juga mengingatkan perlunya transfer teknologi dan pengetahuan, karena vaksin seringkali lebih sulit untuk diproduksi daripada obat-obatan. (antara)