Tuesday, 08 May 2018 00:00

Bapongka ,Tradisi Penangkapan Ikan laut Suku Bajo Yang Menghargai Alam

Written by 
Rate this item
(48 votes)

 

Edisi kali ini, akan memperkenalkan ”BAPONGKA, tradisi penangkapan ikan laut suku Bajo yang menghargai alam”. Tetaplah bersama kami di RRI World Service-Voice of Indonesia yang bisa anda dengar melalui www.voinews.id

Bajo adalah sebuah etnik yang tidak terpisahkan dengan laut, pola pemukiman masyarakat Bajo sangat unik, rumahnya kebanyakan berada di atas air, dahulu kala justru bertempat tinggal di perahu-perahu atau Lepa. Kini orang Bajo telah menyebar di seluruh penjuru nusantara, yang terbanyak di wilayah Sulawesi. Ada satu tradisi penangkapan ikan yang biasa mereka lakukan, yang mengharuskan mereka melakukan perjalanan sampai jauh, tradisi tersebut adalah Bapongka.Bapongka adalah tradisi masyarakat Bajo yang menggunakan peralatan tradisional dan tetap memelihara lingkungan laut dari kerusakan.

Bapongka adalah berlayar mencari nafkah atau hasil-hasil laut ke daerah atau provinsi lain, selama beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Mereka pergi melaut secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga sampai lima perahu, masing-masing perahu terdapat satu orang. Pembentukan kelompok kecil bapongka lebih sering dilakukan berdasarkan kedekatan hubungan. Biasanya kelompok kecil tersebut akan bertemu dengan kelompok kecil yang lain di suatu lokasi penangkapan dan akhirnya membentuk kelompok besar yang jumlahnya bisa mencapai 15 bahkan 20 perahu.

Perahu tradisional yang mereka gunakan disebut lepa, yang dilengkapi cadik dan atap yang terbuat dari daun sagu. Umumnya perahu dijalankan dengan dayung, meskipun saat ini ada beberapa perahu dilengkapi mesin katinting. Pada saat bapongka mereka membawa cukup banyak bahan makanan seperti sagu dan perlengkapan, seperti lampu petromaks, tempat air, perlengkapan memasak dan makan, perlengkapan tidur, perlengkapan memasak teripang, serta peralatan menangkap untuk teripang dan hasil laut lainnya.

Bapongka berdampak baik bagi kelestarian laut, khususnya terumbu karang, karena hanya menggunakan peralatan sederhana. Dalam tradisi Bapongka suku Bajo punya beberapa pantangan yang harus mereka patuhi. Pantangan-pantangan tersebut bagi orang Bajo diyakini dapat mempengaruhi hasil tangkapan, seperti tidak boleh membuang sesuatu di laut saat melakukan Bapongka. Saat sedang Bapongka tidak boleh membuang air cucian beras, arang kayu bekas memasak, ampas kopi, air cabe, air jahe, kulit jeruk , abu dapur ke laut. Pada saat mencuci beras air cuciannya ditampung di dalam perahu, dan akan dibuang setelah mendekati daratan. Demikian juga dengan arang kayu bekas memasak, abu dapur, kulit jeruk, air cabe dan air jahe.

Kesederhanan perahu dan peralatan mengambil hasil laut dan pantangan yang harus dilakukan, dimana mereka tak boleh melanggarnya karena dipercaya akan terjadi bencana karena alam laut diyakini ada penguasa dalam bentuk roh yakni Mbo. Hal-hal ini membuat tradisi Bapongka sangat menghargai dan melestarikan alam, sebagai sebuah kearifan lokal masyarakat Bajo.

Read 9942 times