Walaupun telah terjadi perang urat syaraf melalui pernyataan-pernyataan pedas, Amerika Serikat dan Korea Utara, rupanya terus melanjutkan persiapan penyelenggaraanKonferensi Tingkat Tinggi. Upaya persiapan dan pendekatan bagi dapat dilangsungkannya pembicaraan antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Pernyataan mengenai hal itu disampaikan Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Heather Nauert, di Washington. Nauert, Senin ( 28 Mei ) menyatakan, sebuah delegasi Amerika Serikat telah berada di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan melakukan pembicaraan dengan pejabat Korea Utara. Dikatakan bahwa kedua pihak terus mempersiapkan pertemuan antara Presiden Amerika Serikat dan Pemimpin Korea Utara. Sebelumnya diberitakan sejumlah pejabat Korea Selatan bahkan sudah mengunjungi Korea Utara, bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara.
Selain di Korea Utara dan perbatasan kedua Korea, persiapan kemungkinan Konferensi Tingkat Tinggi juga dilakukan dengan menyambangi Singapura yang direncanakan menjadi lokasi KTT. Kunjungan ke Singapura itu dilakukan, baik oleh pejabat Amerika Serikat maupun Korea Utara.
Upaya persiapan persiapan itu, dapat memberikan tanda bahwa Washington dan Pyongyang masih berkomitmen untuk melanjutkan pembicaraan, kendati pernyataan pernyataan diplomatis dapat saja memanaskan suasana.
Salah satu sekutu Amerika Serikat yaitu Jepang mengeluarkan pernyataan yang bernada menekan Korea Utara. Dalam pembicaraan melalui telepon antara Washington dan Tokyo, Donald Trump dan Perdana Menteri Shinzo Abe sepakat menekan Korea Utara untuk membongkar semua situs uji coba nuklirnya. Pembicaraan Trump dan Abe, dilakukan beberapa saat setelah para pejabat tinggi Korea Utara dan Amerika Serikat bertemu di Panmunjom membicarakan kemungkinan pertemuan tingkat tinggi.
Trump dan Abe, juga sepakat untuk melakukan pertemuan sebelum KTT Singapura berlangsung.
Langkah Amerika Serikat dan sekutunya, memang dengan terbuka terungkap melalui pemberitaan media. Yang masih belum diketahui adalah langkah Korea Utara dengan sekutu besarnya, yaitu Tiongkok. Korea Utara tentu juga tidak tinggal diam dengan tindakan tindakan diplomatis yang dilakukan Washington. Bagaimanapun, Tiongkok sebagai sekutu Korea Utara tentu tidak dapat dinafikan posisinya.