Wednesday, 04 July 2018 08:59

Ekspedisi Kopi Nusantara

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Akhir abad ke 17, VOC membawa bibit kopi dari Malabar ke Indonesia. Bibit kopi tersebut kemudian ditanam di Jakarta, namun gagal karena terserang banjir. Di tahun 1700, penanaman kopi kembali dilakukan, dan berhasil. Tapi keberhasilan tersebut tak lama dirasakan. Serangan Hemileia vastatrix di abad ke 19, menjadi bencana terbesar dalam sejarah kopi Nusantara. Ternyata, penyakit karat daun itu, akhirnya melahirkan kekayaan baru yang memikat dunia. "The Heaven Of Coffee", surga kopi, kini melekat sebagai identitas negeri ini, Indonesia.Untuk mempertahankan identitas tersebut dan dalam rangka lebih mengenalkan serta memasarkan varian kopi Indonesia, khususnya kopi Papua, komunitas Kopi dan Pariwisata yang didukung oleh Dewan Kopi Indonesia (DEKOPI), Association Sales Travel Indonesia (ASATI) dan Indonesia Diaspora Network (IDN) SME Export Empowerment & Development menyelenggarakan kegiatan ekspedisi Kopi Nusantara, yang akan dimulai di Wamena Papua pada tanggal 8-20 Agustus 2018. Penggagas kegiatan ini mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan mantan Duta Besar RI untuk Kolombia Niniek Sadmojo.Menurut Anton Apriyantono, selaku ketua pelaksana program yang juga ketua umum Dewan Kopi Indonesia (DEKOPI), Ekspedisi Kopi Nusantara akan menjadi sarana pendokumentasian keragaman kopi Indonesia sekaligus pencitraan parawisata eksotisme kopi , mulai dari kebun sampai ke secangkir kopi dan pariwisata sekeliling perkebunan kopi atau coffee trip.

Kopi di Indonesia, terutama dikenal dengan 2 jenis (spesies) yaitu Arabika dan Robusta, sementara daerah penghasil utama kopi terbaik di Indonesia untuk jenis Arabika adalah Aceh Gayo (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), Sumatera Utara (Lintongnihuta, Mandailing, dan Sidikalang), Jawa Tengah (Temanggung, Ungaran), Jawa Barat (Gunung Puntang, Malabar, Garut), Jawa Timur (Malang, Jember, Jampit), Flores (Bajawa, Manggarai), Sulawesi (Toraja dan Kalosi, Kabupaten Enrekang), Papua (Wamena) dan Bali (Kintamani).

Sedangkan untuk penghasil kopi jenis Robusta ada di Lampung (Lampung Tengah, Lampung Barat, dan Tanggamus), Bengkulu dan Sumatera Selatan. Niniek Sadmojo menjelaskan, bahwa keanekaragaman varian tanaman kopi Indonesia dari Aceh sampai Papua merupakan kelebihan kopi Indonesia dibandingkan kopi dari negara-negara penghasil kopi di dunia, seperti Kolombia dan Brasil.

ekspedisi di Papua akan diawali dengan pencanangan program pendakian dan pengibaran Bendera Merah Putih di Puncak Trikora pada Hari Kemerdekaan RI ke-73 pada 17 Agustus 2018, yang dilakukan oleh 2 orang pendaki wanita Indonesia, yaitu Mila Ayu Hariyanti, S.Or dan pemegang rekor MURI perempuan pendaki tercepat yang mampu menyelesaikan 7 summits Indonesia dalam kurun waktu 100 hari, dan Dr. Shelvie Nidya Neyman, M.Si.,S.Kom.

Selain itu disertai pula dengan kunjungan wisata ke kebun kopi atau coffee trip di Wamena, dan partisipasi dalam Festival Lembah Baliem 2018 dengan mengundang komunitas pencinta kopi dari dalam dan luar negeri.Ekspedisi kemudian dilanjutkan ke sebelas daerah penghasil kopi di Indonesi, berturut turut ke Sulawesi, Flores, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan berakhir di Aceh.

Seiring dengan hal tersebut, dilakukan juga pengumpulan data untuk penulisan buku "THE JOURNEY OF INDONESIAN COFFEE" Mahakarya Kopi Indonesia Dari Wamena ke Takengon serta dokumentasi foto dan video di kebun kopi Wamena-Papua.Ira Damayanti selaku Vice President Indonesian Diaspora Network / Diaspora USA, selaku Penggagas Ide dan Pengarah Program Buku dan Video Dokumenter menjelaskan, buku dan video dokumenter "The Journey of Indonesian Coffee" menjadi sarana promosi dan pemasaran kopi Indonesia yang paling efektif di seluruh penjuru dunia, dengan peran perwakilan Indonesia di luar negeri, KBRI, KJRI dan ITPC, bersinergi dengan komunitas Indonesia Diaspora Network yang tersebar di seluruh belahan dunia.

Read 1045 times