Nasib para migran yang menginginkan perubahan dengan menyeberangi laut Tengah untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa menjadi tidak menentU. Ini karean sikap Uni Eropa yang selama ini banyak menampung migran yang kebanyakan dari Afrika terbelah. Dalam sebuah Pertemuan Tingkat Tinggi Eropa di Brussel, 24 Juni lalu, beberapa negara Eropa di sebelah Timur seperti Hongaria, Republik Cek, Slovakia dan Polandia, menolak membuka pintu bagi hadirnya para migran. Pertemuan diadakan menanggapi sikap Italia yang mulai menutup pintu masuk bagi kedatangan para migran.
Dalam pertemuan itu, Presiden Perancis Emmanuel Macron, menyatakan, ada negara-negara anggota yang menerima keuntungan dari kerjasama namun lebih mementingkan kepentingan sendiri. Meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan nama negara sudah tentu sasaran dari pernyataan itu adalah negara-negara anggota yang menolak kebijakan migran Uni Eropa. Italia yang mulai menolak kehadiran migran bereaksi atas pernyataan Macron karena menganggap Macron tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya di Italia.
Salah satu negara yang masih membuka pintu bagi para migran adalah Spanyol. Negeri ini mau menerima sekitar 600 migran yang sebelumnya ditolak di Italia. Sedangkan Jerman, dengan kebijakan Kanselir Angela Merkel yang cukup terbuka pada kehadiran migran, menghadapi persoalan internal cukup pelik karena terjadi penolakan dari seorang anggota senior di kabinet.
Imbas dari kehadiran migran tidak hanya terjadi di negara-negara anggota Uni Eropa. Negara-negara yang menjadi semacam buffer zone di kawasan Afrika Utara, dari Aljazair sampai Mesir merasakan langsung dampak kedatangan mereka. Mesir yang menampung sekitar 300 ribu migran misalnya, mulai keberatan untuk membiayai kelangsungan hidup mereka. Pemerintah Mesir menghimbau Uni Eropa untuk mendukung secara finansial biaya penampungan sementara para migran.
Indonesia memang tidak secara langsung merasakan dampak kehadiran migran. Tetapi persoalan ini jika tidak diselesaikan akan berdampak pada peningkatan kehadiran para migran yang mencari kehidupan yang lebih baik di Australia dan tak jarang melalui kawasan nusantara. Indonesia hendaknya melalui forum-forum internasional mendorong penyelesaian persoalan migran.