(voinews.id)- Soif Noor baru saja membeli mebel dan perlengkapan lain untuk rumah barunya, empat bulan sebelum pindah. Seperti warga Singapura lainnya saat ini, dia banyak berbelanja barang, karena mulai 1 Januari pajak penjualan akan dinaikkan untuk pertama kalinya dalam 15 tahun.
Mulai tahun depan, pajak penjualan apa pun dari kebutuhan pokok sampai cincin berlian akan naik menjadi 7-8 persen dan akan dinaikkan lagi menjadi 9 persen pada 2024. Kebijakan itu diambil pemerintah Singapura –negara kota berpenduduk 5,6 juta jiwa– meskipun ekonomi global diperkirakan akan menyusut tajam tahun depan.
Pendapatan negara perlu ditambah untuk mendukung populasinya yang menua. Para ekonom mengatakan dampak kenaikan pajak sebesar satu poin persentase secara umum mungkin bisa dikendalikan, karena lonjakan belanja masyarakat hanya bersifat sementara. Namun bagi warga seperti Soif, kenaikan pajak adalah pemicu yang signifikan.
"Naik 1 persen mungkin kecil, tetapi penghematan berapa pun membantu dalam kondisi inflasi seperti ini," kata teknisi berusia 28 tahun itu. Dengan berbelanja sekarang, kata Soif, dia menghemat 250 dolar Singapura (sekitar Rp2,9 juta) dari pembelian barang-barang yang kini disimpan di gudang penjual. Dia mengatakan beberapa rekannya bergegas membeli cincin tunangan atas desakan pacar, yang mendesak mereka untuk "melamar sekarang atau semuanya akan lebih mahal tahun depan".
Pajak 8 persen di Singapura akan sedikit lebih tinggi daripada Thailand (7 persen), tetapi masih lebih rendah ketimbang Indonesia (11 persen) dan Jepang (10 persen). Pajak sebesar itu juga masih jauh lebih rendah daripada kebanyakan negara Eropa yang rata-rata mencapai 20 persen. Langkah menaikkan pajak di Singapura muncul bahkan ketika sejumlah negara, seperti Thailand dan Italia, mengurangi pajak konsumsi untuk membantu masyarakat mengatasi kenaikan biaya hidup.
Menurut ekonom OCBC Selena Ling, aksi borong barang konsumsi bagus bagi sektor ritel dan dampaknya pada ekonomi secara keseluruhan kemungkinan dapat diredam. Ling memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2023 akan melambat karena "menurunnya minat konsumen untuk mengeluarkan uang secara berlebihan dalam waktu dekat sampai ketidakpastian mereda". Dari toserba hingga toko mebel, para penjual mendorong warga berbelanja dengan berbagai promosi.
Di butik perhiasan LeCaine Gems di sebuah mal kelas atas di dekat kawasan Marina Bay, seorang pemiliknya, Michael LeCaine, mengaku merayu calon pembeli untuk "membuat keputusan saat itu juga" dengan menyinggung kenaikan pajak. Para pendukung kebijakan itu mengatakan Singapura tidak punya pilihan lain untuk menambah pemasukan guna menghadapi populasi lansia yang diperkirakan akan meningkat. Pemerintah memperkirakan seperempat populasi negara itu akan berusia 65 tahun ke atas pada 2030.
Untuk menangani populasi yang menua itu, pemerintah menjanjikan bantuan tunai minimal 700 dolar Singapura (sekitar Rp8,2 juta) selama lima tahun kepada hampir 3 juta warga. Bantuan itu merupakan bagian dari "paket jaminan" senilai 8 miliar dolar Singapura (sekitar Rp93,3 triliun). Pemerintah juga mengatakan akan meninjau ulang kenaikan pajak tahap kedua jika ekonomi global menurun drastis tahun depan.
Sumber: Reuters