VOInews, Jakarta: Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk semakin memperkuat Kemitraan Strategis Spesial kedua negara. Hal itu terungkap dalam pertemuan Joint Commission Meeting (JCM) Indonesia-ROK ke-4 antara Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Korea Park Jin, di Seoul, Korea Selatan, Jumat (31/3).
Retno Marsudi mengatakan, penguatan Kemitraan Strategis Spesial kedua negara akan dilakukan melalui implementasi berbagai kerja sama yang tertuang dalam Rencana Aksi Kemitraan Strategis Spesial tahun 2021 – 2025 dan pemanfaatan berbagai skema kerja sama lainnya, seperti Indonesia – Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).
“Serta sinergi dalam berbagai agenda regional dan global,” katanya dalam keterangan yang disampaikan secara daring dan diterima di Jakarta, Jumat (31/3).
Pertemuan JCM terakhir kali dilakukan pada bulan Maret 2019 lalu di Jakarta. Menurut Retno, JCM RI-ROK kali ini memiliki arti tersendiri karena bertepatan dengan perayaan 50 tahun hubungan Indonesia-Republik Korea.
“Dan Keketuaan Indonesia di ASEAN dan MIKTA,” katanya.
Di dalam pertemuan tersebut, Indonesia menyoroti perlunya perhatian khusus terhadap kerja sama di bidang teknologi informasi dan komunikasi serta Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama Olahraga.
Menurut Retno Marsudi, di dalam Rencana Aksi Kemitraan Strategis Spesial RI-ROK periode 2021-2025, kedua negara memiliki mekanisme scorecard untuk memantau implementasi berbagai program kerja sama.
“Dan berdasarkan scorecard pada tahun 2021-2022, terdapat 60 aktivitas kerja sama di berbagai bidang yang berjalan dengan baik,” katanya.
Indonesia juga menyampaikan pentingnya memperluas kerja sama pertahanan, termasuk transfer teknologi pertahanan. Menteri Retno Marsudi mengatakan kedua negara perlu mengoptimalkan mekanisme Defense Industry Cooperation Committee (DICC) dan Foreign and Defense Senior Officials Meeting (2+2 SOM) untuk membahas berbagai isu strategis, seperti keamanan siber, operasi perdamaian, keamanan maritim dan kontra-terorisme.
“Selain itu, saya mendorong kerja sama pengembangan kapasitas dalam pengiriman Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB,” katanya.
Indonesia juga menekankan pentingnya kedua negara mengoptimalkan pemanfaatan perjanjian Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) untuk memperdalam kerjasama ekonomi. Retno Marsudi mengatakan, tahun lalu, kedua negara mencatatkan nilai perdagangan tertinggi, yaitu USD 24,53 miliar, atau naik 33% dari tahun 2021.
“Namun kita masih memiliki ruangan yang cukup besar untuk meningkatkan perdagangan sehingga dapat mencapai target USD 30 miliar,” katanya.
Menurut Retno, sejak pemberlakuan IK-CEPA awal tahun ini, lebih dari 1000 certificate of origin telah diterbitkan guna mendapatkan tarif preferensi dengan nilai perdagangan USD 52,88 juta.
Dirinya pun menyampaikan pentingnya implementasi 18 proposal proyek yang telah diajukan Indonesia dalam kerangka IK-CEPA, yaitu di bidang pertanian, kesehatan, budaya, konstruksi, perikanan, otomotif, semikondukter, dan IT, yang dapat meningkatkan kapasitas produsen Indonesia untuk memenuhi standar kualitas produk di pasar Korea.
“Saya juga meminta dukungan Korea terhadap percepatan digitalisasi industri manufaktur Indonesia guna meningkatkan kapasitas UMKM Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut, Menlu Retno juga menekankan pentingnya peningkatan investasi sektor swasta Korea di sektor-sektor strategis Indonesia, seperti industri baja, petrokimia, baterai kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Kerja sama investasi Indonesia-ROK ini dapat berkontribusi dalam penguatan rantai pasok global dan kita menyambut baik komitmen kerja sama Korea untuk pengembangan sistem transportasi di Indonesia, antara lain studi kelayakan MRT Jakarta fase 4 dan LRT Bali, pembukaan rute penerbangan Jeju Air ke Bali, dan upgrading Pelabuhan Batam,” jelasnya.
Hal lain yang juga menjadi perhatian Indonesia dalam JCM ke-4 dengan Korea Selatan adalah terkait people-to-people contact. Menteri Retno Marsudi mendorong agar target 300 ribu wisatawan Korea ke Indonesia dapat ditingkatkan seiring semakin baiknya penanganan pandemi.
“Dalam hal ini, saya menyambut baik percepatan proses aplikasi visa Korea dari 2 minggu menjadi 3 hari. Namun, saya juga mengusulkan agar Korea dapat memberikan bebas visa kepada wisatawan Indonesia untuk kunjungan singkat,” katanya.
Di dalam konteks kerja sama sumber daya manusia, Menlu Retno Marsudi menyambut baik tambahan kuota sebanyak 1.500 orang untuk pekerja Indonesia di sektor manufaktur di Korea. Ia juga menyampaikan harapan agar Korea dapat membuka sektor baru untuk pekerja Indonesia, seperti perawat dan deep-sea welding.
“Saya dorong kerja sama pengembangan kapasitas tenaga kerja Indonesia melalui e-learning dan pendidikan vokasi dan politeknik, serta pembangunan Migrant Worker Center di Bekasi,” katanya.
Terkait isu-isu kawasan dan global, di dalam pertemuan JCM ke-4 tersebut, Indonesia menyoroti 3 isu utama, yaitu ASEAN, Myanmar, dan kerja sama Indo-Pasifik. Di dalam pertemuan itu, Menlu Retno menjelaskan tema dan prioritas keketuaan Indonesia di ASEAN, beserta tiga pilarnya, yaitu ASEAN Matters, Epicentrum of Growth, dan implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
“Saya harapkan dukungan Korea terhadap keketuaan Indonesia dan saya undang Korea untuk berpartisipasi dalam ASEAN Indo-Pacific Forum,” katanya.
Mengenai Myanmar, Retno Marsudi menyampaikan pendekatan dan langkah yang akan diambil oleh Indonesia sebagai Ketua ASEAN untuk membantu mengatasi krisis politik di Myanmar melalui implementasi five-point consensus (5PC).
“Saya kembali meminta Korea, sebagai mitra ASEAN untuk mendukung implementasi 5PC,” katanya.
Menlu Retno juga menggunakan kesempatan itu untuk menegaskan nilai penting kawasan Indo-Pasifik secara geostrategis. Ia pun menyampaikan peran penting Korea dalam implementasi AOIP untuk memastikan kawasan Indo-Pasifik yang aman, damai dan stabil.
“Selain itu, saya bertukar pikiran dengan Menlu Korea untuk menjadikan kawasan Pasifik menjadi bagian arsitektur kawasan Indo-Pasifik yang inklusif,” katanya.
Indonesia pun, menurut Retno, mengajak Korea untuk bekerja sama mendukung pembangunan negara-negara Pasifik, termasuk melalui kerja sama trilateral dalam pengembangan kapasitas dan pembangunan infrastruktur, termasuk follow-up dari Indonesia-Pacific Forum for Development bulan Desember lalu.