VOInews.id- Persepsi konsumen mengenai inflasi di zona euro hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan angka resmi, kata sebuah studi yang dirilis Senin (19/6) oleh perusahaan asuransi kredit perdagangan Allianz Trade. Hal itu bisa membuat Bank Sentral Eropa (ECB) makin menaikkan suku bunga hingga September, sambung studi itu. Tingkat inflasi yang dirasakan zona euro baru-baru ini mendekati angka 17 persen, sedangkan tingkat inflasi yang sebenarnya pada Mei adalah 6,1 persen, kata Allianz Trade.
Perbedaan antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya diperburuk oleh dinamika inflasi saat ini dalam zona euro, kata perusahaan itu. "Ada kesenjangan lebar antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya, terutama di Jerman," kata Jasmin Groeschl, ekonom senior pada Allianz Trade. Kesenjangan tersebut mencapai sembilan poin persentase secara keseluruhan di zona euro, sementara di Jerman perbedaannya mencapai sebelas poin persentase.
Studi itu menyebutkan perbedaan ini memiliki berbagai alasan. Misal, konsumen lebih memperhatikan perubahan harga untuk pembelian umum, seperti bahan makanan dan minuman, bahan bakar, atau keperluan lain di pasar swalayan. Ketika harga-harga untuk pembelian umum ini naik di atas rata-rata, maka orang cenderung merasa bahwa inflasi jauh lebih tinggi.
Namun, aspek psikologis, perbedaan demografis dan regional, serta perilaku masing-masing konsumen juga dapat menyebabkan konsumen menilai kenaikan harga secara berbeda dari pengukuran inflasi resminya. Hal tersebut menciptakan gambaran yang terdistorsi dan perbedaan besar antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya.
Kesenjangan antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya berpengaruh besar terhadap perilaku konsumen, terutama dalam hal kebiasaan belanja mereka, kata Groeschl. "Akibatnya, ini menjadi penting sekali bagi komunitas bisnis, ekonomi, dan kebijakan suku bunga," tambah Groeschl.
antara