VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan dialog yang inklusif merupakan satu-satunya cara untuk mewujudkan perdamaian di Myanmar. Hal itu ia sampaikan dalam keterangan yang disampaikan terkait kesiapan Indonesia menggelar ASEAN Ministerial Meetings/Post Ministerial Conference ke-56 di Jakarta, Jumat (7/7).
“Dialog inklusif merupakan satu-satunya way forward. Jika para pihak menginginkan perdamaian yang durable di Myanmar,” katanya.
Retno Marsudi menjelaskan Indonesia menjalankan prinsip menjadikan Konsensus Lima Poin (5PC) sebagai rujukan utama, menjadikan keputusan para pemimpin ASEAN sebagai dasar bertindak, menjaga nilai-nilai dan prinsip-prinsip Piagam ASEAN dan siap untuk menjembatani perbedaan, dalam upaya penyelesaian konflik di Myanmar. Menurutnya, dialog dengan semua pihak adalah kunci dalam mengimplementasikan 5PC.
“Dalam waktu hampir 7 bulan, Indonesia telah melakukan engagements yang sangat intensif dan secara inklusif. 110 engagements telah dilakukan, baik berupa pertemuan in person, virtual, maupun melalui percakapan per telepon,” kata Menlu Retno.
Ia menjelaskan, dialog yang intensif dan inklusif penting untuk dilakukan dan menjadi kunci untuk membangun kepercayaan, mendengarkan posisi masing-masing pihak, dan mencoba membangun jembatan untuk mempersempit perbedaan. Selain itu, menurutnya, dialog juga penting untuk mendorong de-eskalasi kekerasan dan menolak penggunaan kekerasan, mendorong dialog inklusif, serta mengajak semua pihak untuk membantu dan mendukung pemberian bantuan kemanusiaan dengan prinsip ‘tidak ada seorangpun yang ditinggalkan.’
“Engagements bukan merupakan tujuan namun merupakan alat untuk mencapai tujuan yaitu dialog inklusif untuk mencapai perdamaian yang durable,” katanya.
Retno menjelaskan, dialog merupakan building block yang pertama. Saat ini, menurutnya, sudah waktunya untuk mulai membangun building block kedua yaitu mendorong dialog antara para pihak menuju dialog inklusif nasional.
Selain dengan para pihak di Myanmar, menurut Retno, Indonesia juga membangun komunikasi dengan negara-negara tetangga Myanmar dan pemain kunci lainnya.
“Dengan pesan utama agar mereka mendukung implementasi 5 points consensus,” tutupnya.
Selain itu, ASEAN juga masih sangat prihatin dengan masih meningkatnya penggunaan kekerasan di Myanmar yang mengakibatkan korban sipil dan hancurnya fasilitas umum. Menurut Menlu Retno, hal ini harus segera dihentikan.
"Di semua engagements yang dilakukan Indonesia dengan semua pihak di Myanmar, dorongan untuk menghentikan kekerasan ini terus disampaikan dan menjadi prioritas," katanya.