VOInews.id, Jakarta:Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky memperkirakan tekanan inflasi akan mereda pada September 2024, dengan inflasi diproyeksikan tetap berada dalam kisaran target 1,5-3,5 persen. "Hal ini tercermin dalam Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk September 2024, yang sedikit lebih rendah dibandingkan Agustus 2024,” kata Riefky di Jakarta, Rabu. Selain itu, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi pada awal September juga diperkirakan dapat meredakan tekanan inflasi.
Namun, tekanan inflasi diperkirakan akan tetap ada pada komponen harga pangan bergejolak. Produksi beras diperkirakan akan menurun hingga Oktober 2024, mengantisipasi dampak dari musim La Nina yang akan datang. Pada Agustus 2024, inflasi umum sedikit menurun menjadi 2,12 persen year on year (yoy), turun dari 2,13 persen yoy pada Juli 2024, menandai tingkat terendah sejak Februari 2022, tetapi masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5 hingga 3,5 persen. “Penurunan tipis ini terutama disebabkan oleh faktor dari sisi penawaran, terutama penurunan harga pangan bergejolak karena musim panen tanaman hortikultura,” ujar Riefky.
Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau semakin melemah menjadi 3,39 persen yoy pada Agustus 2024 dari 3,66 persen yoy pada Juli 2024, terendah sejak Juli 2023. Inflasi juga tercatat menurun pada kelompok pengeluaran lainnya, seperti pendidikan 1,83 persen yoy pada Agustus 2024 dibandingkan 1,90 persen yoy pada Juli 2024. “Pelonggaran pada kelompok pengeluaran ini sebagian disebabkan oleh memudarnya dampak tahun ajaran baru yang dimulai pada Juli 2024,” tuturnya. Sementara inflasi inti pada Agustus 2024 naik tipis menjadi 2,02 persen yoy dari 1,95 persen yoy pada Juli 2024.
Secara bulanan, inflasi inti tercatat sebesar 0,20 persen month to month (mtm) pada Agustus 2024, meningkat secara moderat dari 0,18 persen mtm pada Juli 2024. Pendorong utama inflasi inti Agustus 2024 adalah kopi bubuk, emas perhiasan, dan biaya pendidikan. Inflasi itu dipengaruhi oleh berlanjutnya kenaikan harga komoditas global. Harga kopi terus meningkat, di mana kopi robusta telah mencapai level tertinggi sepanjang sejarah dan kopi arabika naik ke level tertinggi dalam 2,5 bulan terakhir. Penurunan produksi dan peningkatan permintaan memperparah kondisi pasar kopi global.
Harga komoditas emas global terus meningkat karena meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang diperkirakan akan dilakukan pada September 2024. Selain itu, kenaikan inflasi inti juga dikontribusikan oleh kenaikan biaya pendidikan, karena biaya pendidikan biasanya dibayarkan pada Juli dan Agustus.
Antara