Tuesday, 27 November 2018 00:00

Festival Endog-Endogan

Written by 
Rate this item
(1 Vote)

Hari ini kami akan memperkenalkan kepada anda Festival Endog-Endogan. 20 November lalu, masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur berkumpul menggelar Festival Endog-Endogan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, berlangsung meriah. Ribuan kembang endhog diarak dari empat penjuru, yakni dari timur, barat, utara, dan selatan, menuju ke titik kumpul di depan Kantor Pemerintah daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Arak-arakan di masing-masing penjuru diiringi dengan tabuhan rebana dan tarian kuntulan, tarian khas Banyuwangi dengan iringan musik rebana dan kendang. Masing-masing peserta dalam arak-arakan juga membawa ancak yang berupa makanan siap saji.

Dalam bahasa Using, suku asli Banyuwangi, Endog berarti telur. Dalam festival tersebut ribuan endhog , diletakkan di tangkai bambu yang dihias bunga kertas. Hal ini dikenal luas dengan sebutan kembang endhog. Kembang endhog tersebut lantas dirangkai di judang yaitu sebuah tempat berhias yang menjadi papan kembang endhog. Ada yang terbuat dari pelepah pisang, gabus dan lain sebagainya. Sesuai dengan perkembangan zaman, kembang endog tidak hanya berbentuk bunga, namun berkembang sesuai kreativitas masyarakat, seperti berbentuk barong, ular naga, pesawat ataupun model kerucut. Biasanya dalam satu judang berisi 27, 33 ataupun 99 kembang endog.        

Tradisi endog-endogan muncul di Bayuwangi pada akhir abad ke-18. Seorang ulama asal desa Cemoro Songgon yang bernama KH. Abdullah Faqih menggunakan media telur ini sebagai media dakwah. Kembang endhog sendiri bukan semata hiasan ataupun hiburan. Namun, sarat dengan nilai-nilai filosofis. Tradisi ini menggunakan telur, karena telur merupakan simbol dari sebuah kelahiran. Sedangkan kembang merupakan simbol pemujaan.   Festival yang merupakan tradisi khas masyarakat Banyuwangi ini adalah bentuk ekspresi kecintaan warga Banyuwangi kepada Nabi Muhammad SAW.

Rangkaian Festival Endhog-endhogan ditutup dengan tausiyah maulid yang disampaikan oleh Ustad sekaligus doa. Kemudian, ancak yang diarak dimakan bersama. Sedangkan kembang endhognya dibagikan ke segenap pengunjung. Kini festival Endog-Endogan digelar tidak hanya sebagai bagian tradisi melainkan juga menjadi salah satu daya tarik wisata kota Banyuwangi. Biasanya tradisi ini digelar setiap bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam, khususnya di tanggal 12 dan seterusnya sampai akhir bulan.

Read 1709 times Last modified on Tuesday, 27 November 2018 11:08