Friday, 02 February 2018 07:49

Perpecahan Di Yaman

Written by 
Rate this item
(1 Vote)

 

Belum lagi Pemerintah Yaman berhasil menyelesaikan permasalahan pemberontak Houthi, yang menguasai sebagian wilayah di sebelah utara Yaman, konflik baru timbul dengan kelompok  yang sebelumnya juga memerangi Houthi. Mereka menamakan dirinya sebagai Dewan Transisi Selatan (STC) dan mendukung kelompok paramiliter Pasukan Pemberontak Selatan (SRF) yang menduduki ibukota Aden. Pemerintah sementara Yaman pimpinan presiden Abdoul Rabbo Mansyour Hadi berkedudukan di Aden, setelah ibu kotaSan’a diduduki kaum pemberontak Houthi.

Pertempuran antara paramiliter dengan pasukan pemerintah berlangsung 3 hari dan    mereka bahkan  berhasil mengepung Gedung Kepresidenan di Aden tanggal 30 Januari 2018 lalu. Sebelumnya  pada Hari Minggu (28/1),  STC telah mengeluarkan ultimatum akan melakukan aksi kudeta, jika Presiden Mansour Hadi tidak merombak kabinetnya yang dianggap penuh korupsi. Masuk dalam daftar yang dituntut harus turun jabatan adalah Perdana Menteri Ahmed bin Dagher dan anggota kabinetnya.

Tetapi Presiden Mansour Hadi berkeras dan tidak mengubah komposisi kabinetnya.

Sebenarnya, pimpinan pemberontak, Aidarous al-Zubaidi sebelumnya adalah mitra Presiden Abdoul Hadi. Zubaidi membantu Hadi memerangi Houthi di kawasan Aden dan kemudian ditunjuk menjadi Gubernur kota itu. Perang kata dan saling tuduh tidak terhindarkan, setelah Hadi menganggap al-Zubaidi memerima dukungan dana dan senjata dari Uni Emirat Arab.

Zubaidi membalas tuduhan itu dengan mengatakan pemerintahan Hadi sarat korupsi dan mencoba melenyapkan STC. Hubungan kedua sekutu ini pun langsung menjauh dan berseberangan. Dengan demikian Pemerintah Yaman kini menghadapi dua front sekaligus. Di Utara menghadapi pemberontak Houthi dan di selatan menghadapi pemberontakan STC.

Situasi Yaman memang memprihatinkan, karena  bukannya tambah baik namun malah menjadi tidak menentu. Dengan kondisi ini, Indonesia sebagai negara sahabat Yaman hendaknya mendorong para pihak dan Negara yang terlibat  untuk masuk ke ruang perundingan. Semua tahu,  yang menjadi korban konflik pastilah rakyat Sipil. Seperti kata pepatah (Indonesia), gajah bertarung sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.

Read 1204 times Last modified on Friday, 02 February 2018 11:06