Wendi Tamariska dari Yayasan Palung meraih penghargaan Whitley Award 2019 atas dedikasinya di bidang konservasi dan lingkungan. Penghargaan diterima langsung dari Putri Kerajaan Inggris Princess Anne, selaku Patron Whitley Fund for Nature di Gedung The Royal Geographical Society London, Rabu (1/5). Wendi dalam keterangan tertulisnya di Pontianak, Jumat (10/5), mengatakan, dirinya dinilai sukses melindungi orangutan dan hutan hujan melalui program mata pencarian berkelanjutan di bentang alam kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara, provinsi Kalimantan Barat.
Sejak 2010 Wendi, mulai mengajak masyarakat lokal untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan menjadi penghasilan alternatif yang berkelanjutan tanpa merusak hutan. Wendi melalui program mata pencarian berkelanjutan dari Yayasan Palung juga berhasil merangkul masyarakat seperti para perajin tikar pandan melalui kelompok binaan perajin. Masyarakat sebagai perajin akhirnya berhasil memproduksi anyaman dari bahan baku pandan dengan berbagai kreasi.
Setelah menjadi perajin tikar, masyarakat di sana akhirnya tidak lagi menjadi penambang batu. Tidak hanya itu Wendi juga berhasil membina para petani lokal untuk mengolah lahan yang potensial atau lahan tidur untuk ditanami dengan berbagai tanaman dengan pola tanam yang ramah lingkungan.
Atas usahanya ini Wendi menjadi satu dari enam orang dari beberapa negara yang mendapat penghargaan Whitley Awad 2019 di London, Inggris. Setelah sebelumnya ada 100-an nominator dari 55 negara di dunia yang masuk seleksi pihak penyelenggara. Tak hanya itu, Wendi menjadi satu-satunya penerima penghargaan yang latar belakang pendidikannya S-1. Sementara kelima nomintor lain semuanya bergelar profesor dan doktor.
Dalam pidatonya saat menerima penghargaan itu, Wendi mengatakan, di dalam hutan Kalimantan hidup masyarakat-masyarakat adat dengan tradisinya yang sekaligus menjadi penjaga, agar hutan tetap lestari.
Sementara itu, Presiden Majelis Adat Dayak Nasional Cornelis menyatakan siap mendukung para pegiat konservasi seperti Wendi. Ia berharap di Kalimantan Barat bisa muncul Wendi-Wendi lainnya, karena menurutnya hutan di tanah Kalimantan sangat perlu dijaga serta dilestarikan.
Menurut Cornelis, Indonesia butuh pegiat lingkungan seperti Wendi untuk mencegah kerusakan hutan dan lingkungan yang semakin masif. Hutan Indonesia menjadi tumpuan dunia bersama beberapa hutan hujan lainnya yang luasnya semakin berkurang.