Akbar

Akbar

27
November

 

VOInews.id- Jeda pertempuran antara Hamas dan Israel yang dimulai pada Jumat (24/11) memungkinkan pengiriman lebih banyak pasokan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang dilanda perang. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) pada Jumat mengatakan bahwa 200 truk dikirim ke perlintasan Rafah antara Mesir dan Gaza,. Selain itu, sebanyak 137 truk mencapai Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Pengiriman itu menandai konvoi bantuan kemanusiaan terbesar ke Gaza sejak meletusnya konflik antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

27
November

 

VOInews.id- Pimpinan militer Israel  mengatakan bahwa pasukan Israel akan melanjutkan serangan di Jalur Gaza ketika jeda kemanusiaan sementara dengan Hamas berakhir. “Kami akan segera kembali bermanuver di Gaza, memusnahkan Hamas, dan memberikan tekanan besar demi membebaskan sebagian besar sandera yang ditahan di Gaza,” kata Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel Herzi Halevi kepada korporasi penyiaran Israel.

 

“Pada Jumat, kami telah menyelesaikan prosedur gelombang pertama pemulangan sandera perempuan dan anak-anak yang disandera Hamas. Hari ini (Sabtu), dan beberapa jam kemudian, saya berharap gelombang kedua akan tiba,” tambahnya. Israel dan Hamas menukar 24 warga Israel dan warga asing dengan 39 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel pada Jumat atau hari pertama dari empat hari jeda kemanusiaan. Berdasarkan kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai, para sandera dan tahanan akan dibebaskan secara bertahap selama empat hari.

 

Serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan sedikitnya 14.854 warga Palestina, termasuk 6.150 anak dan lebih dari 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan di wilayah tersebut. Korban tewas di Israel mencapai 1.200 orang.

 

Sumber: Anadolu

23
November

 

VOInews.id- Sekretaris jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengadakan pembicaraan di Lebanon pada Rabu dengan wakil ketua Hamas, Khalil al-Hayya, untuk membahas perkembangan di Jalur Gaza. Pertemuan tersebut diadakan tak lama usai Israel dan Hamas mengumumkan kesepakatan jeda kemanusiaan di Gaza, setelah lebih dari enam pekan Israel membombardemen daerah kantong tersebut menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Kedua belah pihak meninjau kembali kejadian baru-baru ini di Gaza sejak 7 Oktober “dan perkembangan di semua front perlawanan,” lapor kantor berita resmi Lebanon, NNA.

 

Mereka menekankan pentingnya “melanjutkan koordinasi … guna mencapai kemenangan yang dijanjikan,” kata lembaga penyiaran itu. Berdasarkan perjanjian Hamas-Israel, 50 warga Israel yang ditahan Hamas akan dibebaskan dengan imbalan pembebasan 150 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, media Israel melaporkan. Kesepakatan itu juga mencakup jeda pertempuran selama empat hari dan masuknya 300 truk bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, ke Jalur Gaza.

 

Perjanjian itu juga memungkinkan jeda pertempuran diperpanjang, juga pembebasan lebih banyak anak dan perempuan yang ditahan oleh kedua belah pihak. Israel memperkirakan sedikitnya 239 warga Israel ditahan oleh Hamas setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober. Serangan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan, menurut otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut. Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut. Sementara itu menurut data resmi pemerintah, jumlah korban jiwa di pihak Israel mencapai 1.200 jiwa.

 

Sumber: Anadolu

 

23
November

 

VOInews.id- Lebih dari 10 badan bantuan global meminta para donatur dan pemerintah untuk meningkatkan bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan dan berinvestasi dalam solusi jangka panjang guna mengatasi penyebab kelaparan di Afrika Timur dan Afrika Tengah. Badan-badan tersebut, termasuk Save the Children, Oxfam International, dan International Rescue Committee yang berada di bawah payung Kelompok Kerja Antarlembaga untuk Afrika Timur dan Tengah (IAWG), mengatakan bahwa hampir 90 juta orang di Afrika Timur dan Afrika Tengah menghadapi tingkat kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 

"Banyak dari krisis ini semakin terlupakan, dan sebagian besar upaya kemanusiaan di kawasan ini masih kekurangan dana, mengakibatkan jutaan orang menghadapi kemiskinan, atau lebih buruk lagi," ujar Direktur IAWG Peter Burgess dalam pernyataan bersama yang dirilis di Nairobi, ibu kota Kenya.

 

Upaya ini bertepatan dengan konferensi tingkat tinggi (KTT) Ketahanan Pangan Global yang dimulai di London, Inggris, pada Senin (20/11), yang bertujuan untuk memusatkan perhatian internasional pada upaya mengakhiri kelaparan dan kekurangan gizi. Menurut IAWG, curah hujan di bawah rata-rata selama bertahun-tahun yang disusul dengan curah hujan intens dan tidak menentu serta banjir berdampak parah terhadap masyarakat yang sudah bergulat dengan dampak konflik dan melonjaknya harga pangan global. Banyak masyarakat yang tertatih-tatih bertahan dari satu krisis ke krisis berikutnya, tanpa jeda yang cukup.

 

 

Antara