Guna meningkatkan investasi nasional, Presiden Joko Widodo meminta kepada seluruh pejabat kabinet kerja, untuk melebarkan pasar ekspor ke negara-negara non tradisional. Keinginan tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Rapat terbatas dengan topik peningkatan kerjasama Indonesia dengan negara-negara Kawasan Pasifik Selatan di Kantor Presiden, Jakarta Jumat (4/5). Presiden Joko Widodo ingin Indonesia memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara di kawasan Samudera Pasifik Selatan. Ini adalah salah satu upaya untuk membuka pasar ekspor produk-produk Indonesia. Menurut Presiden Indonesia berada dalam posisi yang sangat strategis. Hal ini harusnya mampu dimanfaatkan guna meningkatkan hubungan diplomasi dan ekonomi dengan negara-negara lain, terutama yang berdekatan dengan Indonesia.
Presiden juga mengingatkan bahwa letak Indonesia sangat strategis, yaitu diantara dua benua dan dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kondisi ini harus membentuk haluan politik dan ekonomi luar negeri Indonesia dan dimanfaatkan untuk kepentingan nasional. Khusus untuk negara-negara di kawasan Samudera Hindia, menurut Presiden telah dibentuk forum kerja sama bernama Indian Ocean Rim Association (IORA). Namun untuk kawasan Samudera Pasifik, terutama Pasifik Selatan, perlu ada inisiasi guna meningkatkan kerja sama di kawasan tersebut.
Ia yakin negara-negara di kawasan Pasifik Selatan seperti Nauru, Vanuatu, Fiji, Solomon Island, Samoa, Tonga, sangat terbuka untuk bekerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang, antara lain, hubungan antarmasyarakat, budaya, pendidikan seperti bantuan beasiswa, bidang ekonomi baik investasi maupun perdagangan. Produk unggulan industri manufaktur Indonesia yang ditawarkan termasuk industri kelautan, perikanan, dan jasa.
Hubungan perdagangan denga negara-negara Pasifik Barat bisa menjadi koridor percepatan kawasan timur Indonesia. Kuncinya adalah mempererat konektivitas, baik konektivitas budaya, ekonomi yang tentu saja didukung oleh kelancaran konektivitas sistem transportasi Indonesia dengan negara-negara di Kawasan Pasifik Selatan.
Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya mendorong maskapai nasional untuk membuka jalur penerbangan dari beberapa kota di Tiongkok menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Seperti dikutip Antara, Menteri Arief Yahya saat ditemui di ajang Indonesia Festival di Shanghai, Minggu (6/5) menyebutkan, destinasi selain Bali, yang relatif berhasil dijual adalah Manado. Ia berharap juga Lombok. Saat ini wisatawan asal Tiongkok masih menjadikan Bali sebagai objek wisata favorit di Indonesia. Pada tahun ini, Menteri Pariwisata menargetkan jumlah kunjungan wisatawan asal Tiongkok sebanyak tiga juta kunjungan atau naik sekitar 40 persen dibandingkan pencapaian tahun lalu sebanyak 2,2 juta kunjungan. Untuk merealisasikan target tersebut, Kementerian Pariwisata Indonesia menggandeng Ctrip, penyedia jasa layanan penjualan paket wisata daring terbesar di Tiongkok. Ctrip akan mempromosikan semua destinasi wisata di Indonesia terutama untuk program Visit Wonderful Indonesia tahun 2018. antara
Kepala Fungsi Ekonomi Kedutaan Besar RI Laos, Wishnu Krisnamurthi, optimistis, jumlah neraca perdagangan Indonesia dengan Laos akan melesat. Ia menilai defisit perdagangan yang dialami Indonesia akan mengalami surplus pada tahun-tahun mendatang. Wishnu Krisnamurthi di Vientiane, Laos, Minggu (6/5) memaparkan, saat nilai neraca perdagangan Indonesia-Laos pada 2014 mencapai sekitar 44 juta dolar Amerika, ternyata Indonesia pernah mengalami defisit sekitar 35 juta dolar. Namun, selama beberapa tahun jumlah defisit tersebut semakin mengecil. Selain itu, ia juga mengingatkan adanya kontrak pengiriman batubara ke Laos sebesar 7 juta ton per tahun yang dimulai pada 2021. Laos akan mengimpor batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik yang sedang dibangun mereka. Menurutnya, bila pengiriman ekspor komoditas tersebut jadi dilakukan, maka Indonesia bisa mendapatkan surplus perdagangan yang sangat besar. antara
Presiden Asosiasi Muslim Jepang, Amin Kimiaki Tokumasu, mengatakan, angka penganut agama Islam di Jepang terus mengalami pertumbuhan yang pesat. Hampir setiap minggu ada satu ada dua orang warga Jepang khususnya generasi muda yang menyatakan diri untuk memeluk agama Islam. Hal itu disampaikan Amin Kimiaki Tokumasu kepada RRI World Service, Voice of Indonesia, Rabu (2/5), di sela-sela mengikuti Forum Konsultasi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, 1-3 Mei 2018. Menurut Kimiaki, saat ini masyarakat Jepang mulai memahami ajaran Islam dan memandang Islam sebagai pedoman hidup.
“ Dan sekarang saya kira Islam di Jepang memiliki peluang yang bagus sebagai pedoman hidup. Jadi saya kira ini suatu kesempatan, dan pada saat yang sama masyarakat Jepang memahami Islam dan kemudian masuk Islam. Pada kenyataannya, di asosiasi kami sebelumnya, setiap minggu, satu anak muda Jepang masuk Islam, namun saat ini 2 atau 3 orang warga Jepang masuk Islam “.
Amin Kimiaki Tokumasu menambahkan, kehidupan masyarakat Jepang di masa lalu yang sebagian besar merupakan petani melakukan penyembahan terhadap alam. Namun sejalan dengan perkembangan waktu, mereka merasa perlu untuk memiliki pedoman yang baik bagi kehidupan, dan kemudian tertarik serta mulai belajar tentang Islam. Ia berharap, Islam yang saat ini merupakan agama minoritas di Jepang akan semakin berkembang dan besar di masa yang akan datang. DP