Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (PERMIRA) menggelar pertandingan olahraga antar mahasiswa negara anggota ASEAN, yang bertajuk Permira ASEAN Student Games 2018, Minggu (29/4/2018). Pertandingan diikuti oleh 7 negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Kamboja, Thailand, Laos, Vietnam, dan Myanmar. Pertandingan dengan tema “let’s play together, build friendship and fair play “dibuka tampilan bendera dari setiap negara perwakilan ASEAN dengan diiringi lagu traditional dari masing-masing negara tersebut. Disajikan pula tarian pembuka dengan tarian kreasi yang bernama tari “Perdamaian” asal Kalimantan Timur. Kemudian dilakukan pemotongan tumpeng tanda dimulainya acara oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi rusia dan Republik Belarus, Wahid Supriyadi. Garin Yudha Primaditya selaku ketua panitia mengatakan, acara tersebut diharapkan dapat mempererat hubungan antar negara-negara ASEAN, menyatukan cita dan asa untuk kekuatan pemuda ASEAN di masa yang akan mendatang. Ada 3 cabang olahraga yang dipertandingkan yaitu bulutangkis, tenis meja, dan futsal. Selain pertandingan olahraga, ada juga stand bazaar Indonesia ASEAN. Pemenang pada event pertama kali ini dari cabang olahraga bulu tangkis tunggal putra adalah Vietnam, tunggal putri tenis meja adalah vietnam , dan juara pertama futsal putra direbut oleh Malaysia dan Indonesia hanya dapat bertengger di peringkat 2 dan 3. Sekitar 300 peserta dan tamu yang hadir sangat antusias dengan acara yang baru pertama kali diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Russia.
Irwandi Yusuf Terima Dubes Qatar, Tawarkan Investasi di Pelabuhan Sabang
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Qatar untuk Indonesia, Ahmed Jassim al-Hammar, di Pendopo Gubernur Aceh, Senin (30/4/2018). Dalam pertemuan yang berlangsung santai tersebut, Gubernur menawarkan investasi di bidang pelabuhan Sabang kepada Qatar. Selain itu Gubernur juga mengatakan ingin membuka rute penerbangan langsung Aceh-Qatar. Kepada Dubes Ahmed Jassim, Gubernur Irwandi Yusuf yang didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol, Mulyadi Nurdin, mengatakan banyak warga Aceh yang saat ini bekerja di perusahaan-perusahaan minyak di Qatar. Dubes Ahmed Jassim menyambut baik tawaran investasi dari Pemerintah Aceh. Dia juga mengapresiasi hubungan baik yang selama ini terjalin antara Qatar dan Indonesia. Ia mengatakan akan melakukan kunjungan resmi dalam waktu dekat untuk membahas secara lebih rinci berbagai peluang kerja sama yang mungkin dijajaki. Kunjungan Dubes Ahmed Jassim ke Aceh sendiri dalam rangka memenuhi undangan resepsi pernikahan dr. Latifa Dara Meutuwah, yang merupakan putri Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
Indonesia Fair 2018 di Dhaka.
Event ini diselenggarakan sebagai kegiatan promosi terpadu yang menggabungkan misi dagang, pertunjukan budaya, dan promosi pariwisata. Selama 3 hari pelaksaanaan sejak 26-28 April 2018, Indonesia Fair yang diselenggarakan di Dhaka, Bangladesh telah dikunjungi oleh sekitar 10.000 pengunjung dengan antusiasme yang besar dari masyarakat Bangladesh. Duta Besar RI untuk Bangladesh, Rina P. Soemarno mengatakan kegiatan tersebut sukses membukukan nilai transaksi hingga 279,19 juta dolar AS atau lebih dari 3,76 triliun rupiah, yang didapatkan dari Temu Bisnis dan pameran dagang. Rina dalam siaran pers, Selasa (1/5) mengatakan, pencapaian ini merupakan awal yang baik bagi upaya penguatan kerja sama perdagangan Indonesia-Bangladesh. Secara khusus, Dubes Rina memberikan apresiasi kepada para pelaku usaha Indonesia yang ikut serta dalam Indonesia Fair 2018. Ia berharap pelaku usaha nasional dapat memperluas jangkauan usahanya melihat potensi pasar Bangladesh yang begitu besar. Para pengunjung pameran disuguhkan tari-tarian tradisional Indonesia dari 6 provinsi, yaitu Sumatera Barat, Aceh, Kalimantan, Papua, Jakarta, dan Jawa Barat oleh tim kesenian KBRI Dhaka dan Dhakabashi. Ada juga pemutaran film-film pendek, dokumenter maupun fiksi untuk memperkenalkan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Masyarakat Bangladesh dan juga para pengusaha yang berpartisipasi dalam pameran mengharapkan kegiatan Indonesia Fair dapat menjadi acara tahunan di Bangladesh
Bogor, kembali menjadi kota yang menandai dimulainya dialog penting antar bangsa. Jika dahulu pernah dimulai dialog antar pihak yang bersengketa di Kamboja, kini bukan pihak yang berlawanan haluan yang bertemu di Bogor melainkan, para pihak yang menginginkan tata hubungan yang menghadirkan kedamaian di antara umat Islam. Berbagai ulama dari berbagai negara berkumpul sejak kemarin di Bogor untuk membicarakan langkah mewujudkan konsep Islam yang mendamaikan. Pertemuan yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Istana Bogor 1 Mei itu, bertajuk HIGH LEVEL CONSULTATION OF WORLD MUSLIM SCHOLARS ON WASATIYYAT ISLAM.
Pertemuan konsultasi tingkat tinggi para ulama Muslim se dunia mengenai Islam Wastiyyah ini akan berlangsung selama tiga hari. Ulama yang hadir antara lain berasal dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Lebanon, Suriah, Aljazair, Singapura, Filipina, India, Bangladesh, China, Australia, Perancis dan Kanada. Serta dari Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Jepang, Thailand, Malaysia, Arab Saudi, Uzbekistan, Inggris dan Rusia. Kemudian dari Iran, Timor Leste, Sri Lanka, Palestina, Italia, Bosnia-Herzegovina dan Yordania. Hadir juga dalam konferensi yang berlangsung hingga besok adalah ulama dari Suriah, negara yang sedang dilanda perang dan menyebabkan sebagian negaranya luluh lantak oleh bom.
Sungguh tepat, Indonesia menginisiasi pertemuan Islam Wasatiyah. Setidaknya ada dua hal yang dapat dikemukakan. Pertama adalah karena Indonesia selama ini dalam keadaan damai sebab umat Islam yang mayoritas selalu berusaha mewujudkan diri moderat dan tampil mengatasi masalah. Kedua, karena peran umat Islam Indonesia dalam mengatasi konflik di dunia memang sangat diperlukan.
Presiden Joko Widodo dalam sambutan pembukaan Konferensi menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang memelihara keberagaman. Indonesia akan terus memupuk perdamaian dan persatuan dengan mengutamakan musyawarah, penuh toleransi, serta kepercayaan yang membawa keadilan sosial dan perdamaian abadi. Umat Islam harus memimpin dan memelopori upaya menciptakan perdamaian sekaligus motor penggerak kemajuan dunia.
Kita berharap, konferensi di Bogor akan dapat merumuskan posisi ulama dan umat Islam sebagai umat pertengahan yang mampu menjadi penyejuk dan menengah masalah. Dari Bogor muncul harapan baru mengenai lahirnya secara konkrit Islam Wasatiyah tidak hanya dari tataran konsep melainkan juga bagaimana melaksakanannya tentu dengan harus berlandasan Aqidah serta berdasar atas Al Qur’an dan Hadist .
Wasatiyyat, cara hidup seimbang atau cara hidup moderat yang telah menjadi jalan Islam, penting untuk dihidupkan terutama pada saat ini dimana iklim ekstremisme berkembang. Hal itu disampaikan oleh Dr. Muzammil H. Siddiqi, Ketua Dewan Fiqh Amerika Utara, Universitas Chapman, Orange, California untuk RRI World Service, Voice of Indonesia di sela-sela Forum Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia tentang Wasatiyyat (High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam) yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, Indonesia dari 1-4 Mei 2018.
Muzammil Siddiqi mengatakan saat ini ada banyak orang termasuk muslim yang kehilangan wasatiyyat atau keseimbangan. Karena itu dia menghimbau untuk bersatu untuk membawa kebaikan bagi kemanusiaan.
“Beberapa orang sangat liberal, sekuler, mereka kehilangan makna dari agama mereka, beberapa orang sangat konservatif, jadi kami islam menyatukan orang. Muslim harus bersatu, tetapi kita tidak akan bersatu melawan siapa pun, kita tidak bersatu melawan orang Kristen, melawan orang Yahudi, melawan Hindu, Budha, kita harus membawa kebaikan kepada semua orang karena nabi kita adalah rahmatan lil alamin.”
Siddiqi juga mengatakan, Islam sebagai agama yang membawa rahmat menekankan untuk tidak hanya memperhatikan umat Islam, tetapi juga umat manusia pada umumnya, karena semua manusia seperti anak-anak adalah manusia yang hidup, sehingga mereka semua adalah saudara laki-laki dan perempuan dalam makna kemanusiaan. Dia menekankan bahwa Islam harus peduli untuk semua, dan inilah yang dimaksud keseimbangan atau wasatiyyat. DP
Penyelenggaraan Forum Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia tentang Wasatiyyat memiliki makna penting dan strategis umumnya bagi ummat Islam di seluruh dunia, khususnya ummat Islam Indonesia. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Profesor Hamka, Professor Suyatno M. Pd kepada RRI World Service Voice of Indonesia pada hari pertama penyelenggaraan pertemuan, hari Selasa (1/5/2018) di Hotel Novotel, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Menurut Suyatno pertemuan yang akan berlangsung hingga tanggal 3 Mei besok sangat penting karena pada saat ini posisi Islam perlu mendapat perhatian agar mampu menjadi ummat yang dapat melakukan perubahan dan pembaharuan bagi ummat di seluruh dunia. Ditegaskannya, Islam sebagai agama wasatiyyat harus menjadi contoh teladan bagi peradaban dunia.
“Islam sebagai agama wasatiyyat harus menjadi contoh teladan bagi kehidupan keadaban dunia, sehingga ini tidak saja untuk ummat Islam, tapi dari hasil konferensi ini ummat Islam akan menampilkan suatu wajah ummat Islam yang mampu memberikan kedamaian dan perdamaian dan kesejahteraan ummat manusia di dunia ini “.
Suyatno juga mengatakan Indonesia sebagai negara yang majemuk mampu menampilkan wajah Islam dengan baik dan bisa hidup berdampingan dengan ummat agama lainnya. Dia juga mengatakan bahwa dengan pemahaman dan penerapan wasatiyyat dengan baik maka konflik-konflik yang terjadi saat ini di beberapa negara di dunia dapat dihindari. Dia mencontohkan, Indonesia dengan keberaman agamanya dapat menghindari konflik yang besar karena adanya pemahaman yang benar tentang wasatiyyat. DP