Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengapresiasi perhatian Presiden Joko Widodo terhadap para pekerja di sektor pariwisata, yang terdampak wabah Virus Corona baru atau COVID-19. Ketua Dewan Pimpinan Daerah ASITA Nusa Tenggara Timur Albert Frans seperti dilaporkan Antara Jumat memberikan apresiasi terhadap kebijakan Presiden yang memberikan perhatian terhadap pekerja di sektor pariwisata, di mana banyak sekali di antara mereka harus dirumahkan karena perusahaan tidak mampu membayar upah.
Dia mengemukakan hal itu ketika diminta tanggapan seputar rencana pemerintah menyiapkan program perlindungan sosial bagi para pekerja di sektor pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19. Albert Frans berharap kebijakan pemerintah pusat ini tidak hanya berupa pelatihan-pelatihan saja karena para pelaku pariwisata juga membutuhkan pangan untuk keluarga masing-masing-masing.//Sebelumnya Presiden Jokowi menyiapkan program perlindungan sosial bagi para pekerja di sektor pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19. antara
Gua Terawang berada di Desa Kedung Wungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Berjarak 32km arah barat dari pusat kota Blora, gua ini terletak di tengah hutan jati yang lebat. Letaknya memang tersembunyi, namun gua ini menawarkan keindahan bagi anda yang mengunjunginya.
Di gua Terawang, pemandangan dalamnya cukup mempesona pada cuaca cerah, karena lubang-lubang bebatuan kapur yang terdapat di langit-langit gua membuat cahaya matahari yang masuk akan menimbulkan bayangan siluet yang sangat indah. Waktu yang tepat untuk berkunjung di gua ini adalah saat siang hari, karena keindahan gua ini akan semakin terlihat saat sinar matahari mulai masuk ke dalam gua melalui lubang-lubang kecil yang ada di langit-langitnya. Kamu bisa berburu foto cantik dengan pemandangan khas di dalam gua ini. Untuk menuju ke Gua Terawang, kalau dari kota Blora, anda harus menuju ke arah pertigaan Pasar Ngawen, kemudian belok ke kanan menuju jalan kearah daerah Japah, Padaan, Ngapus, hingga tiba di Todanan.
Di kawasan wisata Gua Terawang yang luasnya mencapai 13 hektare ini, terdapat 5 gua lainnya yang juga tak kalah cantiknya. Setiap gua mempunyai ciri khas dan keindahan tersendiri. Jika anda berkunjung ke kawasan ini, sempatkanlah juga untuk mengunjungi salah satu dari 5 gua yang instagramable ini.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam rangka mengajak masyarakat untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Departemen Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Sepuluh Nopember (DKV ITS) dengan menantang para mahasiswanya untuk membuat karya ilustrasi bertemakan Solidaritas Melawan Covid-19. Karya-karya dari 58 mahasiswa DKV tersebut juga dipublikasikan melalui media sosial Instagram. Sehingga diharapkan bisa dinikmati dan menginspirasi banyak orang untuk membantu menghentikan penyebaran Covid-19. Rabendra Yudistira Alamin Sdosen DKV ITS mengatakan, ide untuk membuat karya ilustrasi mengenai Covid-19 ini bermula ketika Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur membutuhkan sebuah inovasi baru untuk mengedukasi masyarakat terutama sosialisasi dalam melawan Covid-19. Karena itu, ia berinisiatif untuk menggunakan karya ilustrasi mahasiswa DKV sebagai media edukasinya.
Salah satu mahasiswa DKV ITS angkatan 2018, Adhec Saputra menguraikan, karya ilustrasi yang dibuat olehnya berdasarkan keresahan terhadap perilaku remaja di Indonesia yang masih belum peduli dengan penyebaran Covid-19 ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemuda yang merasa tidak akan terjangkit oleh virus ini. Konsep dari ilustrasinya menyesuaikan dengan kehidupan para remaja, yaitu bertemakan semi romantis dengan menggunakan warna yang menarik dan bahasa yang mudah dimengerti.
Sama halnya dengan Adhec, Dandy Anugrah Cahyadi menjelaskan bahwa konsep dari karya ilustrasinya berbentuk cerita bersambung yang berjudul A Journey to Against Covid-19. Adapun cerita bersambung ini menceritakan usaha-usaha apa saja yang bisa dilakukan seseorang untuk mengalahkan virus tersebut. Tentunya hal ini bertujuan agar pesan yang disampaikan lebih interaktif dan menyasar semua kalangan. Rabendra berharap supaya karya-karya dari mahasiswa DKV ITS ini dapat diapresiasi oleh masyarakat secara luas dan juga pesan-pesan positif yang diusung dapat memberikan pengaruh positif. Ia ingin mengambil peran melalui apa yang mereka bisa, yaitu menyampaikan pesan positif melalui bahasa visual.
Saat ini pandemi global Covid-19 masih menjadi trending topic di seluruh dunia. Pandemi ini memicu kreatifitas dari banyak UMKM di Indonesia. Selain memicu industri masker kain untuk berinovasi dengan motif dan model yang beragam, muncul kreatifitas yang luar biasa di tengah pandemi ini. Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Harapan Mulia Desa Resapombo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar menciptakan kain batik dengan motif virus Covid 19.
Ide itu muncul ketika Rita Sukirni selaku pendamping KSM menjelaskan ke kaum disabilitas binaannya mengenai gerakan social distancing, di tengah wabah corona. Mereka adalah penyandang tuna grahita yang memiliki kebiasaan saling berpelukan ketika bertemu. Dengan adanya gerakan tersebut tentunya hal itu tidak dapat dilakukan lagi. Hal ini memicu rasa penasaran mereka, mengenai seperti apa bentuk Virus Corona itu. Dan setelah dijelaskan, mereka malah menyukainya dan meminta untuk menuangkan gambar bentuk Virus Corona itu menjadi motif batik. Motif virus corona yang digunakan merupakan ilustrasi dari virus Covid 19 yang digambarkan oleh para ahli. Tak lupa, ditambahkan pula tulisan “Covid 19” sebagai penegas bahwa motif batik ini merupakan Virus Corona yang kini tengah menjadi pandemic.
Saat Rita menunjukkan batik tersebut ke rekan-rekannya, Rita mendapat feedback yang baik mengenai karya batik tersebut. Bahkan sudah ada yang memesannya. Katanya motif covid-19 ini bisa menjadi bukti wabah bersejarah ke anak cucunya nanti, bahwa pandemi Covid 19 pernah terjadi. batik motif ciprat covid-19 belum bisa diproduksi dengan jumlah banyak. Hal ini karena mengikuti anjuran pemerintah. Sehingga, hanya beberapa saja diantara mereka yang beraktivitas sesuai dengan adanya pesanan yang masuk. Untuk kisaran harga batik ciprat dipasarkan seharga Rp150.000 sampai Rp200.000 per lembarnya. Tentunya, semua ini dilakukan bukan hanya demi kepentingan komersial semata, Rita dan para penyandang disabilitas membuat motif tersebut juga sebagai kampanye mensosialkan social distancing, dan mengingatkan masyarakat bahwa virus tersebut sangat berbahaya.