Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merealokasi anggaran sebesar 500 miliar rupiah untuk membantu menyelamatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam masa darurat COVID-19.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio setelah Rapat Terbatas melalui Video Conference yang dipimpin Presiden Jokowi di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan secara intensif sebagai salah satu upaya untuk dapat memberikan berbagai bantuan terhadap sektor-sektor tersebut. (antara)
Penjaga pantai Bangladesh menyatakan, pihaknya telah menyelamatkan setidaknya 382 pengungsi Rohingya yang kelaparan dari kapal pukat ikan yang penuh sesak dan membawa mereka ke pantai dekat Teknaf. Mereka hanyut di lautan selama hampir dua bulan. Juru bicara penjaga pantai Lt Shah Zia Rahman dikutip BBC, Kamis (16/4) mengatakan, puluhan orang meninggal di kapal yang berupaya mencapai Malaysia.
Mereka terdampar selama 58 hari dan selama tujuh hari terakhir (kapal) bergerak di perairan teritorial Bangladesh. Sejumlah laporan mengatakan, kapal tersebut ditolak oleh Malaysia karena pandemi COVID-19. Hingga kini masih diselidiki keberangkatan para pengungsi apakah dari Bangladesh atau Myanmar. (republika)
Sekretaris Jederal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengencam keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menghentikan bantuan dana kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tengah Pandemi virus corona (COVID-19). Dikutip dari CNNIndonesia yang melansir AFP, Kamis (16/4), Guterres menegaskan, sekarang bukan saatnya untuk mengurangi sumber daya untuk kegiatan WHO atau lembaga kemanusiaan lainnya yang tengah berjuang menghadapi virus.
Bahkan salah satu orang terkaya di dunia sekaligus pendiri Microsoft, Bill Gates menyatakan keputusan Trump untuk menghentikan sumbangan dana untuk WHO sangat berbahaya. Trump beralasan jika penghentian sementara pendanaan untuk WHO karena ia menuduh jika WHO keliru dalam mengambil kebijakan dan menutupi penyebaran virus corona. (rri)
Pemerintah Federal Australia, Kamis, mendorong para pemimpin negara-negara bagian untuk kembali membuka sekolah sebagai langkah awal untuk melonggarkan kebijakan pembatasan sosial yang telah membantu mengurangi penyebaran virus corona di negara itu. Sejauh ini, Australia relatif dapat menekan angka kasus COVID-19 dibandingkan sejumlah negara lain di seluruh dunia.
Menurut catatan situs worldometers.info, Australia mempunyai rasio sebesar 253 kasus infeksi per satu juta populasi, dan 2 kasus kematian dengan perbandingan yang sama. Persentase kasus baru harian konsisten di satu digit, sementara beberapa pekan lalu mencapai 25%. Australia mengambil kebijakan menutup restoran, bar, dan toko yang dianggap tidak utama, serta mengancam dengan denda dan penjara untuk mencegah berkumpulnya lebih dari dua orang di tempat umum. (antara)