Untuk membantu perang melawan pandemi COVID-19 di Indonesia, Pt Pindad, Pabrik senjata nasional memperkenalkan sejumlah produk yang baru dikembangkannya, seperti disinfektan dan meriamnya serta ventilator darurat. Ventilator tersebut adalah Ventilator Resutitator Manual atau Pindad VRM dan Ventilator Covent-20. Masing-masing dikembangkan menggandeng tim dari Rumah Sakit Umum Pindad dan Universitas Indonesia. Ventilator Resutitator Manual diklaim punya desain dan cara pengoperasian sederhana. Bahan bakunya lokal, banyak tersedia di pasaran, dan bisa memenuhi kriteria minimum medis seperti tidal volume, frekuensi pernapasan, dan lainnya. Adapun ventilator Convent 20 dirancang sebagai ventilator darurat dan bisa ditransportasikan atau mobile dengan siklus waktu dan volume konstan. Ventilator ini dirancang khusus untuk pasien dewasa dengan dua mode ventilasi: CPAP atau Oksigen terapi dan CMV atau pasien gagal napas.
Selain ventilator tersebut, Pindad juga memperkenalkan inovasi lainnya untuk menghadapi pandemi corona. Di antaranya adalah Disinfectan Fog Cannon, Mobile Sterilization Chamber COVID-19, dan cairan desinfektan produk anak perusahaan PT Pindad Enjiniring Indonesia (PT PEI), serta produk APD (Alat Pelindung Diri) helm face shield dan kacamata. Disinfectan Fog Cannon merupakan meriam atau mesin penembak cairan desinfektan yang bisa dipasang pada kendaraan bermotor dengan jangkauan semburan hingga 10 meter. Pindad menyediakan dalam 3 ukuran dan sudah digunakan oleh Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung.
Disinfectan Fog Cannon tersedia dengan 3 ukuran. Ukuran besar dengan volume tangki 1.000 liter, diameter 900 mm, dengan penggerak motor bensin. Lalu ukuran sedang dengan volume tangki 1.000 liter, diameter 700 mm, dan penggerak elektrik. Serta ukuran kecil dengan volume tangki 200 liter, diameter 450 mm, penggerak elektrik. Mobile Sterilization Chamber COVID-19 merupakan ruang sterilisasi dengan menyemprotkan uap disinfektan ke seluruh tubuh. Pindad mengklaimnya tidak menggunakan bahan berbahaya, non alkohol, toxic free, dan PH Netral. Penggunaan bahan desinfektan yang digunakan juga diklaim aman.
Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Indonesia Abdulla Salem Obaid Salem Al Dhaheri menyerahkan secara simbolis bantuan peralatan medis kepada Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Harmensyah di Graha BNPB Jakarta, Selasa (28/04). Bantuan tersebut terdiri dari Alat Pelindung Diri (APD), masker, hand sanitizer dan lainnya senilai 11,5 miliar Rupiah. Dalam sambutannya, Duta Besar Abdulla Salem Obaid Salem Al Dhaheri mengatakan bantuan ini merupakan wujud dukungan Uni Emirat Arab kepada negara yang sedang berjuang melawan epidemi COVID-19. Ia menambahkan semua negara di dunia telah terdampak dan menghadapi masa sulit akibat epidemi ini. Menurutnya keadaan sulit ini hanya dapat dilawan melalui solidaritas dan koordinasi antara semua negara di dunia.
Kami yakin keadaan yang sulit ini telah mempengaruhi seluruh dunia. Dan itu hanya dapat dilawan dengan solidaritas dan dukungan serta koordinasi antara semua negara .
Duta Besar Uni Emirat Arab Abdulla Salem Obaid Salem Al Dhaheri menambahkan bantuan peralatan medis seberat 20 ton ini merupakan bantuan terbesar yang pernah disumbangkan negaranya kepada negara yang terdampak COVID-19. (VOI)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya saat ini tengah mendorong industrialisasi rumput laut nasional. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di Jakarta Senin, 27 April mengatakan, rumput laut memiliki kontribusi besar terhadap nilai ekspor perikanan nasional. Slamet berharap, aktivitas ekspor rumput laut akan turut menyumbang devisa di tengah pandemi COVID-19 yang mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.
Tidak hanya rumput laut, kerapu, udang dan beberapa komoditas perikanan lainnya juga memberikan kepastian bahwa ekspor produk perikanan tetap berjalan dan prospektif di tengah pandemi. Slamet mengatakan, ekspor rumput laut memicu optimisme Indonesia bahwa meski di tengah wabah Covid-19 kegiatan ekonomi perikanan masih berjalan.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo melepas ekspor rumput laut jenis Spinosum di Serang-Banten sebanyak 53,5 ton dalam bentuk raw material kering dengan nilai ekspor mencapai 700 juta rupiah. Spinosum merupakan jenis alga merah yang nilai manfaatnya cukup besar, sehingga sangat potensial didorong untuk menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor selain Eucheuma cottoni. Slamet menjelaskan, Eucheuma cottoni dan Spinosum dapat dikembangkan secara massal di Indonesia. Dia pun mengajak masyarakat pembudidaya melakukan budidaya rumput laut dengan cara yang benar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur sehingga akan dihasilkan produk rumput laut dengan kandungan agar atau karagenan atau alginate yang bagus. Saat melepas ekspor rumput laut di Serang, baru-baru ini Menteri Edhy mengungkapkan kegiatan ekspor ini merupakan momen menggembirakan. Terlebih, ekspansi tujuan ekspor produk perikanan terus meluas, seperti tujuan Vietnam yang menjadi market baru.
Tahun 2019 tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai 324, 84 juta dolar Amerika atau tumbuh 11,31% dibanding tahun 2018 yang mencapai 291, 83 juta dolar Amerika. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan tahun 2020 produksi rumput laut mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada tahun 2024. Pemerintah telah membentuk Kelompok Kerja untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional. Untuk mendorong hal tersebut, KKP telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.