Daniel

Daniel

23
April


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan upaya Rehabilitasi Hutan Mangrove di zona penyangga Kawasan Taman Nasional Way Kambas, provinsi Lampung melalui pemberdayaan kelompok tani hutan dan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Way Seputih Way Sekampung, Idi Bantara pada Minggu (19/4), mengatakan, kegiatan rehabilitasi dengan metode pemberdayaan masyarakat sekitar seperti ini diharapkan meningkatkan pendapatan kelompok tani dan masyarakat sekitar baik dari upah maupun penyediaan bahan-bahan dan bibit. Seluruh bahan seperti bibit dan tenaga kerja diambil dari potensi yang ada di sekitar lokasi. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya penanganan permasalahan sosial ekonomi dampak pandemi covid-19.

Kegiatan yang telah berlangsung sejak tahun 2017 ini diharapkan mampu memulihkan kawasan hutan mangrove dikawasan zona penyangga kawasan Taman Nasional Way Kambas, serta dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, terlebih pada saat terjadinya dampak Pendemi Virus Corona Covid-19 saat ini.

Idi Bantara mengatakan, pada tahun ini berhasil ditanam sebanyak 90.750 batang mangrove pada areal seluas 25 hektare dengan anggaran sekitar 319 juta rupiah. Masyarakat yang ikut terlibat tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Rahayu Mandiri.

Dengan upaya rehabilitasi ini, selain keberhasilan rehabilitasi seluas 25 hektar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, diharapkan juga akan semakin terjaganya kawasan pantai yang sekaligus batas kawasan Taman Nasional Way Kambas dari bahaya abrasi dan interusi air laut. Selain itu juga agar semakin meningkatnya kualitas ekosistem kawasan pesisir pantai, keanekaragaman hayati yang sekaligus berimbas meningkatnya hasil tangkapan ikan nelayan, serta juga terjaganya kawasan Taman Nasional Way Kambas baik secara sosial maupun teknis.

22
April


Perkembangan pandemi COVID 19 di berbagai belahan bumi, menjadi penentu kebijakan pemerintah negara negara yang terkena pandemi virus berbahaya itu. Di Eropa beberapa negara berencana menghentikan kebijakan Lockdown. Dari Wina diperoleh berita bahwa pemerintah Austria akan segera melonggarkan lockdown minggu depan. Jika itu dilaksanakan maka di kawasan benua Eropa, Austria adalah negara pertama yang akan membuka pusat perbelanjaan dan rumah makan, walau tetap memberlakukan menjaga jarak antar pengunjung. Selain Austria, negara lain yang akan segera melonggarkan aturan penutupan wilayah atau lockdown adalah Denmark. Pemerintah Italia, setelah dua bulan melarang warganya keluar rumah, juga mulai mengendorkan lockdown. Perdana Menteri Giuseppe Conte menyatakan akan melonggarkan aturan pembatasan di beberapa bagian negara itu, akhir pekan ini. Italia yang memulai lockdown sejak 9 Maret adalah negara yang paling terdampak oleh pandemi COVID 19. Di Eropa Timur, Pemerintah Republik Ceko akan mencabut aturan larangan bepergian dan mengizinkan warga asing memasuki negara itu.

Kebijakan mengakhiri lockdown juga akan dilakukan pemerintah Iran. Bahkan dikabarkan lockdown di Teheran juga sudah dicabut. Beberapa provinsi di Iran telah mulai melonggarkan pembatasan ketat pekan lalu dengan mengizinkan warganya bepergian. Walaupun demikian, sekolah dan kegiatan olahraga masih tidak diizinkan beraktivitas. Badan Kesehatan dunia, memperingatkan pemerintah Iran bahwa COVID 19 masih berkecamuk di negara itu. Iran adalah negara Asia setelah China, yang menderita serangan virus Corona dengan korban terbanyak. Sejumlah anggota Parlemen dan pejabat pemerintah bahkan  telah terinfeksi oleh virus yang menyebar dengan mudah itu.

Di Amerika Serikat, Pemerintah Pusat mendorong pelonggaran aturan di beberapa negara bagian. Melalui kicauan di twitter Presiden Donald Trump memberi isyarat bagi dilonggarkannya lockdown di Michigan, Minessota dan Virginia.

New York adalah  salah satu jantung ekonomi dan perdagangan Amerika Serikat yang digugat warganya untuk mengakhiri lockdown. Warga New York mendesak pemerintah untuk segera mencabut aturan yang dianggap sangat membatasi aktivitas sosial. 

Pelonggaran lock down tentunya dilakukan dengan pertimbangan menurunnya persebaran corona dan jumlah yang terinfeksi CONVID 19 di masing-masing negara. Eropa Barat merasakan betul dampak ekonomis dari serangan Corona. Amerika Serikat juga demikian. Tentunya dengan skala yang berbeda. Karenanya perubahan kebijakan terkait perkembangan virus Covid 19   berbeda antara satu negara dengan lainnya.  Iran dan Amerika Serikat misalnya, mempertimbangkan diakhirinya lockdown karena merasakan dampak buruk corona terhadap ekonomi negara.

Masih belum dapat diperkirakan kapan pandemi Convid 19 benar benar akan berakhir. Karena itu tidak dapat juga dipastikan, kapan ekonomi global dan perkenomian setiap  negara akan berangsur pulih. Bisa jadi pasca corona, akan terjadi perubahan tata ekonomi dan politik serta hubungan hubungan antar negara.

23
April

 

Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah meminta dukungan untuk investigasi internasional terhadap pandemi virus corona dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Amerika Serikat-AS Donald Trump, serta pemimpin Jerman dan Prancis semalam. Demikian menurut pemerintah Australia pada Rabu (22/4). Australia mendorong penyelidikan independen terhadap asal dan penyebaran pandemi, termasuk respons dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah menuai kritik tajam dari Tiomngkok, yang menuduh anggota parlemen Australia menerima instruksi dari AS.

Virus corona baru diyakini muncul di sebuah pasar di Kota Wuhan, Tiongkok bagian tengah, akhir tahun lalu. Virus itu telah menyebar ke seluruh dunia dan menginfeksi 2,3 juta orang serta menewaskan hampir 160 ribu orang, berdasarkan hitungan Reuters. Dalam akun Twitter, Morrison mengatakan dirinya telah melakukan "diskusi yang sangat konstruktif" dengan Trump, mengenai respons kesehatan kedua negara terhadap COVID-19 dan kebutuhan untuk tetap menjalankan ekonomi.  Antara 

23
April

 

Wakil Ketua MPR RI Fraksi Partai NasDem Lestari Moerdijat berharap umat Islam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dengan khusyuk namun tetap mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19. Hal itu dikatakan Lestari dalam keterangannya di Jakarta, Rabu. Ia mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada seluruh umat Islam. Dia mengatakan pada 10 April lalu, Kementerian Agama mengimbau umat Islam melaksanakan segala kegiatan ibadah Ramadhan di rumah selama pandemi COVID-19 dan meminta agar shalat tarawih berjemaah di masjid ditiadakan.

 

 

Menurut dia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan himbauan bagi umat muslim untuk menghindari kerumunan demi mencegah penyebaran COVID-19 salah satunya dengan menghentikan sementara kegiatan shalat berjamaah dan aktivitas lainnya di rumah ibadah serta mengajak untuk menjadikan rumah sebagai pusat kegiatan ibadah Ramadhan bersama keluarga. Antara