Dengan luas wilayah laut mencapai 2,3 juta kilometer persegi, kekayaan laut Indonesia sangatlah besar. Apabila dikelola dengan benar, Indonesia dapat mandiri dalam memproduksi ikan laut tanpa perlu mengimpor dari negara lain. Melihat hal itu, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Alfian Bimanjaya mencoba membuat terobosan baru bernama Sistem Informasi Potensi Perikanan-SIRIPIKAN pada kompetisi bertaraf internasional Esri Young Scholars Award 2020 pada Maret lalu. Mahasiswa yang akrab disapa Alfian ini berhasil menggaet dua prestasi sekaligus. Ia berhasil keluar sebagai juara dua sekaligus juara favorit diantara para finalis
SIRIPIKAN dibuat dengan tujuan utama untuk memberikan Informasi geospasial tentang potensi perikanan sebagai upaya dalam meningkatkan efektivitas kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan distribusi ikan. Selain itu, SIRIPIKAN juga hadir dengan memberikan beberapa fitur analisis spasial seperti analisis kedekatan, pencari arah, rute, dan waktu tempuh yang masih jarang disediakan oleh aplikasi sejenis lainnya saat ini.Dalam pembuatan SIRIPIKAN, Alfian memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, khususnya citra satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer untuk menentukan Zona Potensi Penangkapan Ikan. Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) juga digunakan untuk menganalisis dan menyajikan informasi geospasial pada sebaran Zona Potensi Penangkapan Ikan.
Alfian menjelaskan, dari fitur-fitur yang dimiliki, penggunaan SIRIPIKAN tidak hanya terbatas untuk nelayan saja sebagai penyuplai ikan tangkap, tetapi juga bisa digunakan oleh distributor maupun pedagang ikan. Masyarakat sebagai konsumen ikan juga bisa menggunakan teknologi ini, begitu juga dengan pemerintah sebagai pihak yang mengambil kebijakan. Kedepannya, SIRIPIKAN masih memerlukan banyak pengembangan, terutama dalam hal pembaruan data. Saat ini informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan masih tersedia periodik secara bulanan. Rencana kedepan adalah bisa menyediakan informasi ZPPI untuk setiap minggu, bahkan diperbaharui setiap hari.
Beragam cara kini dilakukan sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19. Salah satunya ialah upaya membuat bilik atau ruang kecil portable yang berfungsi sebagai disinfektan tubuh dari bakteri, virus dan mikroorganisme lainnya. Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT-UI) mengembangkan bilik serupa namun dengan teknologi yang berbeda. FTUI berkolaborasi dengan Ikatan Alumni FTUI (ILUNI FTUI) mengembangkan Bilik Disinfeksi Cepat (BDC)-04 sebagai bentuk sumbangsih UI dalam mengurangi dampak penularan COVID-19.
BDC-04 mampu membersihkan virus dan bakteri yang menempel pada pakaian dan permukaan tubuh di bawah 10 detik per orang. Cara kerja BDC-04 ini adalah dengan proses penonaktifan mikroorganisme, bakteri dan virus dengan menggunakan sinar ultraviolet yg dikenal dengan Far-UVC, yang memiliki panjang gelombang 207 – 222 nm, akan dengan cepat membunuh virus dan aman bagi tubuh manusia, tutur Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng. Lebih lanjut Hendri menjelaskan, sinar UV sudah umum digunakan dalam proses sterilisasi alat-alat kesehatan di rumah sakit lebih dari 30 tahun. Dengan penyinaran 5-10 detik efektivitas dalam menonaktifkan mikroorganisme yang menempel pada pakaian atau tubuh manusia mencapai 89-99 persen.
Mengingat permukaan pakaian dan tubuh manusia yang beragam, maka proses penyinaran diharapkan lebih efektif dalam menjangkau setiap bentuk permukaan. Selain menggunakan sinar UVC, lanjut Hendri, BDC-04 dilapisi alumunium foil karena material ini memiliki pengaruh siklus hidup yang paling pendek bagi virus corona. Baca Menariknya, karena menggunakan sinar UV, maka penggunaan bilik ini akan menjaga baju tetap kering. Tak seperti kebanyakan bilik serupa yang telah beredar. BDC-04 dipasang perdana di Rumah Sakit UI (RS UI) bersamaan dengan pemasangan Moveable Hand Washer (MHW) atau wastafel portable, pada Kamis (26/3/2020). Ke depannya, BDC-04 juga akan didistribusikan ke berbagai tempat strategis seperti tempat pelayanan publik seperti rumah sakit, puskesmas, pasar, terminal dan lainnya.
Presiden Joko Widodo menyiapkan program perlindungan sosial bagi para pekerja di sektor pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19. Langkahpertama adalah memastikan program perlindungan sosial ada dan sampai kepada sasaran. Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut di Istana Merdeka Jakarta, Kamis saat memimpin rapat terbatas dengan tema "Mitigasi Dampak Covid-19 Terhadap Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif" melalui video. Rapat dihadiri Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para menteri kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga lainnya.
Menurut Presiden, dampak yang paling berat dirasakan oleh dunia pariwisata antara lain hotel, restoran, maupun yang menyangkut rakyat yaitu barang-barang kerajinan yang dijajakan di hotel maupun restoran. Langkah kedua adalah realokasi anggaran Kementerian Pariwisata harus terus diarahkan ke program padat karya bagi pekerja di bidang pariwisata. Langkah ketiga adalah penyiapan stimulus ekonomi bagi pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif agar tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja besar-besaran. (antara)
Presiden Joko Widodo memperkirakan sektor pariwisata akan mengalami booming pada 2021 setelah wabah Virus Corona baru atau COVID-19 berlalu. Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas melalui konferensi virtual dengan topik Mitigasi Dampak COVID-19 Terhadap Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari Istana Merdeka Jakarta, Kamis, mengatakan ia memperkirakan pada 2021 semua orang ingin keluar dan semua orang ingin menikmati keindahan. Terlebih setelah mereka harus lebih banyak tinggal di rumah untuk menekan penyebaran wabah Corona pada bulan-bulan sebelumnya.
Oleh karena itu, ia mengajak para pelaku dan industri pariwisata untuk tetap optimistis. Menurut presiden, booming pada sektor pariwisata harus mulai dipersiapkan dan dimanfaatkan dengan baik. Ia ingin memastikan penyaluran stimulus ekonomi bagi pelaku usaha di sektor pariwisata berjalan dengan baik agar mereka bisa bertahan dan tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. (antara)