Pulau Halmahera, pulau terbesar yang ada di kepulauan Maluku punya berbagai pesona, baik alam maupun budayanya. Tentu diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk mengelilingi seluruh pulau Halmahera. Karenanya, pengunjung pun mungkin akan kebingungan untuk memilih bagian mana yang harus dikunjungi.
Cara termudah untuk memilih adalah dengan mengikuti beragam acara yang diadakan, salah satunya Festival Teluk Jailolo. Sejak tahun 2009, Festival Teluk Jailolo menyajikan beragam primadona alamnya serta kearifan lokal di Halmahera Barat. Festival ini setiap tahunnya diadakan pada bulan April atau Mei.
di tahun 2018, Festival Teluk Jailolo kembali diadakan, tepatnya pada tanggal 3 sampai 5 Mei 2018. Tahun ini, Festival Teluk Jailolo disebut akan lebih meriah karena menyajikan rangkaian acara budaya, seni, dan kuliner khas Halmahera Barat.Secara umum, rangkaian acara Festival Teluk Jailolo berisikan Sasadu di Laut, Seni Budaya Moloku Kie Raha, Parade Budaya, Sigofi Ngolo, Orom Sasadu, Pagelaran Seni, Gelar Kuliner Makanan Khas Halmahera Barat, dan pameran.
rangkaian acara Festival Teluk Jailolo tentunya tidak boleh dilewatkan, salah satunya Sasadu di Atas Laut. Sasadu di atas laut merupakan seni pertunjukan kontemporer yang menggabungkan tarian dan musik tradisional dengan drama dan koreografi yang berakar pada budaya masyarakat Jailolo. Pertunjukan ini dipersembahkan secara langsung oleh masyarakat setempat, mulai dari koreografi, alat musik, busana, dan dandanannya.
Selain pertunjukan seni, pengunjung juga bisa menyaksikan ritual adat yaitu Orom Sasadu dan Sigofi Ngolo. Orom Sasadu adalah ritual syukur suku Sahu saat panen. Biasanya, ritual Orom Sasadu diadakan setiap bulan Januari dan Agustus. Kegiatannya cukup sederhana, yaitu makan bersama dan permainan musik khas Sahu. Sementara itu, Sigofi Ngolo adalah ritual membersihkan laut untuk menyingkirkan semua niat buruk dan meminta izin kepada alam sebelum memulai pelayaran dengan niat yang tulus. Saat Sigofi Ngolo berlangsung, kapal nelayan yang sudah didekorasi dan didoakan akan pergi mengelilingi pulau Babua, sebuah tempat suci.
Pergi ke Halmahera, tentunya tidak lengkap tanpa menikmati alamnya. Selain mengikuti Festival Teluk Jailolo 2018, pengunjung juga disarankan untuk mengunjungi berbagai pantainya. Ada lima pantai yang sayang untuk dilewatkan yaitu Pantai Tuada, Pantai Idamdehe, Pantai Babua, Pantai Marimbati, dan Pantai Galala. Akses menuju tempat Festival Teluk Jailolo 2019 tidaklah sulit. Pengunjung perlu naik pesawat hingga Bandara Sultan Baabulah, Ternate. Dari Ternate, pengunjung bisa naik kapal cepat ataupun kapal kayu menuju teluk Jailolo. Kemudian, karena acaranya berlangsung selama beberapa hari, pengunjung bisa tinggal sementara di penginapan dengan harga yang cukup terjangkau.sekian WarnaWarni kali ini. Kita jumpa lagi besok dengan topik menarik lainnya.
Sumatra Barat terkenal dengan keindahan alamnya。 Keindahannya tersebar di setiap kabupaten maupun kota. Salah satunya yang dijuluki “Negeri Seribu Danau”, yaitu Kabupaten Solok. Di sini terdapat beberapa danau dengan keindahan yang luar biasa, contohnya: Danau Kembar. Danau Kembar terletak di daerah Bungo Tanjung, Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Indah sekali pemandangan di sini, karena Danau Kembar berlatar belakang Gunung Talang dan bertahtakan rimbunnya kebun teh di Solok. Karena letaknya di dataran tinggi, maka daerah wisata ini memiliki udara yang sangat dingin.
di katakan Danau Kembar adalah karena letaknya saling berdekatan dan ke dua danau yang tampak identik ini berada di kawasan Bukit Barisan. Masyarakat Sumatra Barat mengenalnya dengan nama Danau Diateh yang berarti danau di atas dan Danau Dibawah. Jarak dari kota Padang, Sumatra Barat sekitar 60 Km. Jika anda ingin melihat kemiripan kedua danau tersebut, naiklah ke atas puncak bukit di antara Danau di Atas dan Danau di Bawah. Bukit tersebut masih bagian dari Bukit Barisan. Sedangkan bila anda ingin mengelilingi Danau di Atas, anda bisa ikut kapal motor yang disebut Kapal Motor Antarnagari yang biasa digunakan petani setempat. Pada hari Minggu atau libur nasional, kapal secara khusus melayani rute wisata. Sedangkan untuk Danau di Bawah, anda tidak bisa mengelilinginya.
seperti apakah danau Diatas dan danau Dibawah itu? Bagaimana posisinya? Apakah ada yang di atas dan ada yang di bawah? Yang jelas kedua danau ini saling berdekatan dan bisa dinikmati sekaligus. Ketika kita ada di Danau Dibawah, Danau Diatas seperti ada diatas bukit. Ketika kita ingin melihat Danau Diatas, kita bisa melihatnya di atas bukit atau titik yang sudah ada di sana. Memang agak susah untuk dimengerti. Olah karena itu , untuk menghilangkan rasa penasaran anda, lebih baik suatu saat anda langsung datang dan membuktikan sendiri keajaiban yang ada di tempat ini. Kedua danau ini memiliki air yang sangat jernih. Dari dekat kita seolah-olah bisa bercermin. Sedangkan dari kejauhan, airnya seperti berwarna biru.
apabila dari Kota Padang ingin berwisata ke Danau Kembar, diperlukan waktu kurang lebih hanya 1,5 jam . Dengan bus travel jurusan Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Wisatawan akan dibawa menyusuri jalan berkelok-kelok sepanjang 60 Km. Sepanjang perjalanan, anda dapat melihat jurang terjal di kawasan Hutan Raya Bung Hatta. Menjelang Danau Kembar, panorama pedesaan dan kebun teh yang indah akan menyambut anda. Di sekitar danau Kembar anda juga bisa menemukan banyak penjual markisa, kesemek, strawberry dan terong belanda juga pedagang bunga dalam pot. Dan yang semakin membuat wisatawan akan betah berlama-lama adalah suara musik saluang. Saluang adalah alat musik tiup khas Minang.
Berjumpa kembali dalam program acara Pelangi Nada, sebuah acara yang memperkenalkan lagu-lagu Indonesia.
demikian lagu “Benci Tapi Rindu” yang dinyanyikan oleh Diana Nasution. Lagu yang diciptakan oleh Rinto Harahap ini merupakan salah satu lagu yang melambungkan nama Diana Nasution di dunia musik Indonesia. Lagu ini bercerita tentang seorang perempuan yang sangat mencintai pasangannya. Namun ia membenci pasangannya yang selalu datang dan pergi sesuka hati. Meskipun benci dengan sikap pasangannya, ia juga tetap merasa rindu pada pasangannya. Pendengar, hadir kembali lagu “Malam Yang Dingin”.
telah anda dengarkan lagu “Malam Yang Dingin” dari Diana Nasution, sang penyanyi legendaris asal Indonesia. Ia memulai kariernya di dunia tarik suara sejak tahun 1970-an. Awalnya ia tergabung dalam grup duo bersama dengan kakaknya, Rita Nasution. Grup duo ini bernama Nassist atau kependekan dari Nasution Sister. Namun, Nassist harus bubar karena Rita Nasution memutuskan untuk bersolo karier. Meski sempat vakum, pada tahun 1977, Diana Nasution bersama Melky Goeslaw mengikuti Festival Penyanyi Nasional dengan menyabet juara ke 2 dengan lagu “Bila Cengkeh Berbunga” dan “Malam Yang Dingin” ciptaan Minggus Tahitoe. Pendengar, hadir kembali ke dalam ruang dengar anda lagu lainnya dari Diana Nasution berjudul “Jangan Biarkan” dan “Kau Bukan Milikku”. Mengudaranya kedua lagu tersebut, menutup perjumpaan kita dalam acara Pelangi Nada hari ini.
Hari ini, tanggal 26 April, kita memperingati hari hak kekayaan intelektual sedunia. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Karya-karya intelektual tersebut meliputi ilmu pengetahuan, seni, sastra ataupun teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu dan bahkan biaya. Undang-undang mengenai HaKI pertama kali ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo dan Guttenberg tercatat sebagai penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka. Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1485 -1603 dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623).
Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak cipta. Tujuan dari kedua konvensi-ini antara lain standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernama the United International Bureau for the Protection of Intellectual Property atau Biro Internasional Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Perlindungan Kekayaan Intelektual yang kemudian dikenal dengan nama World Intellectual Property Organisation (WIPO) atau Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia.
WIPO kemudian menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang menangani masalah HaKI anggota PBB.
Pada tahun 2001 WIPO telah menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia. Setiap tahun, negara-negara anggota WIPO termasuk Indonesia menyelenggarakan beragam kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari HKI Sedunia. . Sejak ditandatanganinya persetujuan umum tentang tariff dan perdagangan (GATT) pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh-Maroko, Indonesia sebagai salah satu negara yang telah sepakat untuk melaksanakan persetujuan tersebut dengan seluruh lampirannya melalui Undang-undang No. 7 tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada awal tahun 1990, di Indonesia, HAKI itu tidak popular dan mulai populer memasuki tahun 2000 sampai dengan sekarang. Akhir tahun 2000, disahkan tiga Undang-Undang baru dibidang HAKI. Pada tahun 2000 pula disahkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman dan mulai berlaku efektif sejak tahun 2004.