ofra voi

ofra voi

01
October

Kerbau rawa merupakan spesies asli dan salah satu kekayaan plasma nutfah Sumatera Selatan dengan penyebarannya hanya meliputi Kecamatan Pampangan dan Kabupaten Banyuasin. Kecamatan Pampangan merupakan daerah yang menjadi sentra kerbau rawa di Sumatera Selatan dan ternak kerbaunya dikenal sebagai kerbau pampangan. Ternak kerbau ini sebagian besar diambil dagingnya dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Selain dagingnya, hasil sampingan dari ternak kerbau ini adalah susu kerbau.

Masyarakat Pampang, Kabupaten Ogan Komering Ilir mengolah susu kerbau menjadi berbagai macam olahan, seperti gula puan, sagon puan, minyak kerbau, dan makanan dadih. Diantara makanan tersebut, Gula Puan menjadi olahan makanan yang paling disukai oleh masyarakat Sumatera Selatan. Puan berarti ’susu’ dalam bahasa daerah setempat. Gulo puan bisa diartikan ’gula susu’ sesuai bahan dasarnya, yaitu gula dan susu. Teksturnya lembut sedikit berpasir dengan warna coklat. Untuk membuatnya susu dicampur dengan gula, dengan perbandingan 5 liter susu dan 1 kilogram gula. Campuran tersebut dimasak dengan api kecil sambil diaduk. Setelah sekitar 5 jam, susu mengental hingga mengering dan membentuk gumpalan kecoklatan. Gulo puan bisa disantap langsung dan sangat cocok untuk teman minum kopi atau olesan roti dan pisang goreng.

dulunya Gula Puan hanya dikonsumsi oleh para Sultan di Kesultanan Melayu. Karenanya kuliner ini merupakan penganan istimewa, sehingga tidak mengherankan harganya sangatlah mahal. Kini Gula Puan sudah menjadi penganan khas masyarakat Palembang. Sayangnya, Gula Puan sudah sangat langka. Harganya pun cukup mahal mencapai Rp.100.000 per kilogram. Mahalnya Gula Puan ini membuat makanan ini menjadi berkelas. Untuk mendapatkannya pun sangat terbatas, karena tidak dijual bebas, hanya dijual di Pelataran Mesjid Agung Palembang. Dan hanya dijual  pada hari Jumat saja. Waktunya pun terbatas, jelang dilaksanakannya Sholat Jumat hingga berakhirnya sholat.

30
September

VOI KOMENTAR Ketegangan antara Azerbaijan dan Armenia semakin meningkat. Negara yang mempunyaisejarah konflik sejak puluhan tahun lalu itu terlibat Kembali dalam bentrokan bersenjata. Pada hari Munggu 27 September 2020 kedua militer masing masing negara dilaporkan saling serang di daerah perbatasan yang sejak lama menjadi Kawasan yang kritis persengketaan. Pejabat milter masing masing negara saling menuduh dan menyelahkan terjadinya tembak menembak dengan artileri berat, yang dilaporkan tewasnya seorang anak dan seorang perempuan di dekat Nagorny Karabakh, Nagorny Karabakh adalah Kawasan di perbatasan Azerbaijan dan Armenia yang diperselisihkan oleh kedua negara selama bertahun tahun. Sejarah mencatat konflik yang disebabkan perembutan Nagorny Karabakh berakar pada peristiwa tahun 1921. Ketika itu Uni Soviet menggabungkan Nagorny Karabakh menjadi bagian dari Azerbaijan,padahal penduduknya mayoritas adalah Armenia.

Bubarnya Uni Soviet sebagai dampak Perestroika pada tahun 1991 menjadi peluang bagi etnis Armenia untuk memisahkan Nagorny Karabakh dari Azerbaijan. Separatis Armenia yang didukung pemerintah Armenia mengambil wilayah itu dan mendeklarasikannya sebagai wilayah tersendiri yang sampai sekarang tidak diakui PBB.

Kisruh akhir akhir ini yang mulai terjadi bulan Juli 2020 menimbulkan kekhawatiran kembali meletusnya perang yang dapat mengakibatkan tewasnya warga sipil dalam jumlah besar, Da;a, perang pasca bubarnua Uni Soviet sedikitnya 30 ribu dari kedua etnis tewas, ribuan pendduk di perbatasan pun mengungsi. Wilayah Kaukasus yang dikenal subur dan indah itu hancur. Darahpun membanjir di tanah Kaukasus yang indah dan subur.

Dengan mediasi yang dilakukan Amerika Serikat, Rusia dan Perancis Azerbaijan dan Armenia melakukan gencatan senjata. Walaupun demikian sengketa wilayah sekitar Nagorny Karabakah menjadi faktor rentannya terjadi konflik sebagaimana yang Meletus bulan Juli lalu.   Pada 2016, juga terjadi bentrokan hebat yang mengakibatkan tewasnya 110 orang. 

Sebagaimana konflik yang terjadi di beberapa Kawasan di dunia ini, seperti misalnya Korea Utara dan Korea Selatan, serta perang di Suriah, perseteruan antara Azerbaijan dan Armenia juga melibatkan pihak asing. Turki merupakan negara yang mendukung Azerbaijan yang merupakan negara kaya minyak. Secara kesejarahan Armenia memiliki dendam turun temurun kepada Turki. Selama perang dunia pertama tercatat sedikitnya 1 setengah juga orang Armenia tewas dalam ekspansi oleh Turki yang Ketika itu di bawah Kesultanan Ottoman. Armenia sejak lama mengandalkan Rusia sebagai pendukungnya termasuk dalam dukungan militer serta peralatan perangnya. Campur tangan Turki selain karena faktor sejarah juga didorong kepentingan politik yaitu ingin menguatkan pengaruhnya di Kawasan Kaukasus itu.

Masyarakat internasional  memberikan perhatian kepada kisruh turun temurun Azerbaijan dan Armania. Secara ekonomis kekhawatiran muncul karena tidak jauh dari wilayah konflik terdapat jaringan pipa pipa minyak yang memasok bahan bakar minyak untuk berbagai negara di dunia. 

Sejarah menunjukkan bahwa perang atau konflik bersenjata tidak dapat menyelesaikan perselisihan. Perundingan untuk mencari perdamaian adalah jalan terbaik. Namun dalam konflik Azerbaijan dan Armenia dendam dan kebencian yang tertanam sejak puluhan tahun dapat menjadi penghalang terciptanya perdamaian. Apakan lagi ketika kepentingan politik dan ekonomis sudah memainkan perannya.

30
September

Universitas Gadjah Mada (UGM) secara resmi melakukan serah terima teknologi alat deteksi Covid-19 melalui embusan nafas yang diberi nama GeNose kepada Kemenristek.

Alat deteksi Covid-19 hasil pengembangan para peneliti UGM ini memiliki kemampuan mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia dalam waktu cepat. Tidak kurang dari 2 menit hasil tes sudah dapat diketahui apakah positif atau negatif Covid-19.

Anggota tim peneliti GeNose, Kuwat Triyono, menjelaskan, sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, namun kini turun menjadi 80 detik. Selain cepat melakukan deteksi dan memiliki akurasi tinggi, penggunaan alat ini jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan tes usap PCR. Satu unit GeNose yang diperkirakan seharga Rp 40 juta dapat digunaka nuntuk 100 ribu pemeriksaan.

 

 

Peneliti GeNose lainnya, Dian Kesumapramudya Nurputra, memaparkan GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama nafas melalui embusan nafas kedalam kantong khusus. Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).

 

GeNose telah melalui uji profiling  dengan menggunakan 600 sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro di Yogyakarta hasilnya menunjukkan tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen. Setelah melalui uji klinis tahap pertama, saat ini GeNose tengah memasuki uji klinis tahap kedua.

 

 

Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro, mengapresiasi alat deteksi Covid-19 lewat embusan nafas yang dikembangkan oleh tim peneliti UGM. Dia mengatakan pihaknya siap untuk mendukung uji klinis lanjutan GeNose.

Dia berharap GeNose bias segera dimanfaatkan secara masif oleh masyarakat. Dia mentargetkan setidaknya pada bulan Desember 2020 alat ini dapat digunakan untuk skrining.

 

 

 

 

29
September

Tarantula adalah sejenis laba-laba besar dan beracun yang hidup di padang pasir. Ternyata Sarang Telur Tarantula menyimpan berjuta manfaat yang belum diketahui oleh masyarakat luas. Salah satunya,  sarang telur tarantula mempunyai kandungan protein fibroin atau fibrinoin yang tinggi. Kandungan protein ini mampu membantu mempercepat penghentian darah serta penyembuhan pada luka terbuka. Melihat manfaat yang terkandung pada sarang tarantula ini, lima mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, yakni Rizky Senna, Ilham Maulana D, Resti Oktaviarni, Yushidayah N S dan Molanika S membuat desain kasa dari bahan tersebut.

 

Kain Kasa dari sarang telur Tarantula ini diberi nama Kaspro dan diklaim lebih efektif dari kasa biasa. Menurut Rizky Senna, luka terbuka yang dibalut kasa akan mengalami regenerasi karena jumlah sel fibrolas, sintesis kolagen, kekuatan tensile, kontraksi luka dan periode epitelisasi. Penyembuhan luka dengan kasa Kaspro akan mendapatkan kandungan protein di dalamnya dan membuat penyembuhan lebih cepat.

 

 

Anggota tim lain sekaligus Manajer Produksi, Yushidayah, menjelaskan sarang telur tarantula diperoleh dari hasil pembudidayaan, sekitar dua bulan sebelum sarang telur tarantula dipanen. Pembudidayaan tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan mitra pecinta atau kolektor tarantula di Indonesia. Anggota tim lainnya, Ilham Maulana Dandi, menerangkan kelompoknya menerapkan motif batik khas Nusantara pada KASPRO supaya lebih menarik. Kasa berbahan sarang telur tarantula ini terdiri atas dua jenis, yakni gulung dan plester. Tim berencana menjual KASPRO di situs e-commerce dan media sosial lainnya. KASPRO dibanderol Rp 30 ribu per boks dengan isi 20 kasa standar dan lima berukuran jumbo. Sementara jenis kasa gulung akan dijual seharga Rp 37 ribu per boks.