VOI KOMENTAR Setiap tanggal 5 Oktober diperingati sebagai hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sejak didirikan pada 5 Oktober 1945, TNI telah mengalami banyak perkembangan dan penyempurnaan organisasi dalam melaksanakan perannya menjaga kemananan dan pertahanan negara.
Sebelum Indonesia merdeka, telah ada lembaga militer yang dibentuk oleh pemerintah penjajahan Hindia Belanda, berisikan prajurit dari pribumi. Lembaga tersebut dikenal sebagai Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau tentara kerajaan Hindia-Belanda. Kemudian setelah Belanda kalah dari Jepang pada perang dunia II, ada juga tentara PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk pemerintahan Jepang untuk melawan sekutu pada waktu itu. Semua itu menjadi cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan berbagai nama pada masa perang kemerdekaan hingga kini.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak hanya bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan negara Indonesia. Di masa Pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, TNI juga ikut mendukung upaya pemerintah dalam penanganan Covid-19.
Peran TNI dalam menghadapi pandemi COVID-19 ditegaskan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo, Minggu (4/10). Ia mengatakan peringatan Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga menjadi momentum untuk menunjukkan peran militer dalam memutus mata rantai penularan Covid-19. Menurut Bambang Soesatyo, TNI sebagai salah satu unsur kekuatan bangsa wajib tampil dan mengambil bagian dalam proses penyelesaian masalah ini.
Ternyata TNI sudah terlibat jauh sebelum Covid-19 diputuskan jadi pandemi. Di antaranya adalah melakukan penjemputan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Tiongkok, dan menyiapkan karantina di Pulau Galang. Saat Presiden Joko Widodo menyatakan COVID-19 sebagai pandemi, TNI juga membantu membentuk gugus tugas yang diisi juga oleh Pemerintah Daerah (Pemda), Kementerian, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Di masa pandemi, TNI hadir bersama lembaga lain dalam mengedukasi masyarakat untuk mencegah penularan virus COVID-19.
Tentu saja TNI tidak sendirian dalam menjalankan perannya dalam menghadapi pandemi COVID-19. Diperlukan sinergi dan kerjasama yang kuat antara lembaga pemerintah dan masyarakat sehingga penyebaran virus COVID-19 dan angka kasus positif COVID-19 di Indonesia dapat dikurangi.
VOI PESONA INDONESIA Berselancar menjadi salah satu olahraga air yang cukup menantang dan menyenangkan bagi sebagian orang. Bagi para surfer pantai-pantai dengan gelombang ombak yang besar menjadi sebuah spot buruan yang dicari-cari. Salah satunya adalah Desert Point atau Pantai Bangko-Bangko di Pulau Lombok.
Secara administratif Pantai Bangko-Bangko termasuk dalam wilayah Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasinya tepat berada dibagian barat daya pesisir pulau Lombok. Jarak dari Kota Mataram sekitar 70,5 km atau jarak tempuh sekitar 1 jam 48 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Pantai Bangko-Bangko menjadi salah satu spot surfing terfavorit di pulau Lombok dan cukup popular dikalakan peselancar lokal maupun mancanegara karena tipe ombak yang tidak mudah pecah hingga tepian, gulungannya yang dalam serta tingginya ombak menjadikan tempat ini sebagai salah satu dari 10 spot surfing dengan ombak terganas menurut International Surfing Association.
Bagi anda yang hobi berselancar, waktu terbaik untuk anda mengunjungi Pantai Bangko-Bangko adalah sekitar bulan Mei hingga Oktober. Dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi pasang surut gelombang yang cukup berongga yang mampu membuat gulungan ombak sepanjang 300 meter dengan ketinggian ombak berkisar hingga 3 meter sehingga membuat para peselancar ingin menaklukkannya.
, daya tarik pantai Bangko-Bangko tidak hanya sebagai spot surfing saja. Keindahan pasir putih yang menghampar di sepanjang pantai semakin terlihat indah dengan latar jajaran perahu nelayan yang berwarna-warni dengan air laut yang jernih.
Keindahan lain yang tidak kalah menarik adalah wisata trekking dan peristiwa di kawasan Taman Wisata Alam Bangko-Bangko seluas 2.169 hektar area.
Rimba Taman Wisata Alam Bangko-Bangko termasuk dalam tipe ekosistem hutan pantai, hutan musim dataran rendah, dan hutan mangrove. Berbagai jenis fauna yang jarang dijumpai masih terjaga habitannya seperti elang bendol, ayam hutan, raja udang, koakiu, kupu-kupu troces helena, eleng laut, dan jenis fauna lainnya.
Kain tenun asal Indonesia tampil di panggung dunia melalui peragaan busana Dior di Paris Fashion Week yang digelar Selasa, 29 September 2020 di Jardin de Tuileries, Paris, Prancis.
Dalam pagelaran ini, rumah mode Christian Dior kembali menghadirkan karya-karya terbaiknya, salah satunya adalah kain tenun ikat khas Bali, yaitu Kain Endek. Dior menjadikannya sebagai koleksi Spring atau Summer 2021. Dari sekitar 86 koleksi busana yang ditampilkan, ada sembilan koleksi yang memakai kain Endek asal Bali ini. Busana tersebut diperagakan para model yang berjalan di atas cat walk.
Menurut tim Christian Dior, kain Endek Bali memiliki nilai kebudayaan yang sangat sesuai dengan hasil karya yang ingin mereka angkat. Tak sampai di situ, Artistic Director Dior menyatakan bahwa inspirasi Christian Dior menggunakan kain Endek Bali karena ingin mengangkat nilai kebudayaan serta craftsmanship Indonesia terutama dari para penenun perempuan. Pemerintah Provinsi Bali telah memberikan dukungan penggunaan kain Endek Bali kepada pihak Dior. Mereka pun meminta Dior agar bisa menghormati kain asal Indonesia itu.
Paris Fashion Week digelar pada 29 September 2020 hingga 6 Oktober 2020, dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat, mulai dari pembatasan tamu yakni hanya 300 orang. Selain itu, para tamu juga diwajibkan memakai masker wajah dan diminta untuk melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
VOI KOMENTAR Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan hari 1 Oktober masih terus digaungkan walau masih terdapat sejumlah pertanyaan dan polemik seputar awal muasal kenapa tanggal tersebut disebut juga hari Kesaktian Pancasila. Terkait Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, bangsa Indonesia tidak lepas dari apa yang terjadi sehari sebelumnya yaitu 30 September. Karena 30 September 1965 adalah kejadian bersejarah dan momentum bangsa Indonesia menatap ke depan, namun tidak lupa untuk melihat apa yang terjadi di dalam konflik dalam negeri yang dimulai sejak masa perang kemerdekaan pada September 1948 dan September 1965.
30 September bagi bangsa Indonesia tidak lepas dengan kata ‘Komunis’. Terkait hal tersebut, Anggota DPR sekaligus penulis buku-buku sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Fadli Zon, dalam sebuah diskusi di salah satu TV swasta nasional mengatakan bahwa terdapat dua kali upaya Partai Komunis Indonesia -PKI melakukan kudeta pada 1948 dan 1965. Dalam masa tersebut, para petinggi TNI, Polisi, tokoh agama dan pemuka masyarakat serta para anggota organisasi keagamaan menjadi korban kekejaman para penganut faham komunis. Semua upaya itu tidak lain untuk menjadikan Indonesia berhaluan Komunis dalam bernegara menggantikan Pancasila.
Sementara itu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyatakan, baik negara maupun PKI dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam tindak kekerasan terkait Gerakan 30 September 1965 dan setelahnya harus saling memaafkan. Dia juga menegaskan bahwa rekonsiliasi adalah jalan terbaik untuk mengakhiri dan menyelesaikan persoalan kebangsaan terkait G-30 September.
Sejatinya, peristiwa pada tahun 1948 dan 1965 bagi para penganut paham komunis adalah sebuah gerakan untuk merubah Pancasila sebagai haluan dan dasar negara bangsa Indonesia.
Saat ini, isu PKI tidak lagi relevan untuk diangkat dalam dunia politik. Namun, perlu disadari bahwa paham komunis harus tetap diwaspadai bagi seluruh stakeholder bangsa Indonesia yang majemuk ini. Untuk itu, masyarakat Indonesia, khususnya kalangan milenial harus menjunjung tinggi dan menerapkan esensi yang terkandung dalam Pancasila yang telah dan akan terus menyatukan bangsa Indonesia. Tak kalah pentingnya, petinggi-petinggi negara dan tokoh-tokoh masyarakat harus menjadi panutan dalam menjalankan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Selamat Hari Kesaktian Pancasila, semoga bangsa Indonesia tetap bersatu!