Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat akan menggelar Halimun Youth Camp 2019 dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI 2019 sekaligus mengenalkan destinasi wisata di Bogor ke mata dunia.Panitia Pelaksana HYCamp 2019, Alfisa Triatmoko, Senin, menjelaskan bahwa kegiatan mendaki puncak Gunung Halimun berlangsung di Kecamatan Nanggung, sebuah kawasan konservasi alam Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) pada 24 dan 25 Agustus 2019. Kegiatan ini merupakan upaya memromosikan sektor pariwisata berbasis perdesaan di Kabupaten Bogor dengan melibatkan peserta dari mancanegara.
Menurut Alfisa Triatmoko, selain untuk memromosikan wisata Kabupaten Bogor, acara tersebut juga bertujuan memupuk kepedulian para pemuda terhadap kelestarian alam dan lingkungan.Para peserta HYCamp juga akan dimanjakan dengan panorama alam Halimun yang sangat luar biasa. Taman Nasional Gunung Halimun Salak menyimpan 23 jenis mamalia, 500 jenis tumbuhan, dan ada sedikitnya 200 spesies burung. Sesuai dengan namanya, kawasan ini terdiri dari Gunung Halimun ( hampir 2.000 Meter Diatas Permukaan Laut ) dan Gunung Salak ( sekitar 2.200 Meter Diatas Permukaan Laut ).
Destinasi wisata yang ada di Gunung Halimun Bogor antara lain, Kebun Teh Nirmala, Wisata Curug dengan 34 titik berbeda, terasering atau spot wisata persawahan, kantor bupati pertama, Serentaun yaitu budaya tahunan masyarakat setempat, dan lain-lain.Pendaftaran HYCamp 2019 dibuka mulai tanggal 6 hingga 19 Agustus 2019. Meski pendaftarannya dilakukan secara gratis, tapi usia pesertanya dibatasi, yakni 16 sampai 30 tahun.
Berlibur merupakan saat yang sangat di tunggu sebagian besar masyarakat urban di Indonesia. Indonesia yang memiliki beragam pesona alam memastikan liburan Anda bersama keluarga tidak mengecewakan. Di kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah Ada sebuah tempat yang wajib Anda kunjungi. Tempat dengan Fenomena alam yang Mengundang decak kagum ini bernama Telaga Warna. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi.
Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni. Berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi, pesona Telaga warna tidak akan terlupakan. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika Anda naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga Anda tidak dapat menikmati keindahan alamnya.
Harmonisasi alam dengan udara yang sejuk dan bersih membuat suasana Telaga Warna Dieng begitu memikat. Para wisatawan juga akan merasakan suasana mistis yang hening disempurnakan oleh kabut putih dan pepohonan yang rindang. Telaga warna tidak hanya mampu mempesona wisatawan domestik namun juga wisatawan mancanegara asal Inggris, Shelly.
INSERT SHELLY :
I've been in Indonesia for almost three years now. I always wanted to go to Dieng, I took two days off work so we took sometimes together to come here, we're gonna go to Prau next. It's just because we haven't been here before and it's just nice.
DUBBING :
Saya sudah tinggal di Indonesia hampir tiga tahun sekarang. Saya selalu ingin pergi ke Dieng, Saya mengambil libur Dua Hari jadi kami pergi bersama kesini, kami Akan pergi ke gunung Prau selanjutnya. Kami belum pernah kesini sebelumnya dan ini indah sekali.
Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang juga patut untuk dikunjungi, seperti Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Di depan gua ini terdapat arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Ada juga Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua JaranResi Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi. Keberadaan Telaga Warna Dieng juga sangat berguna bagi masyarakat sekitar. Mereka menggunakan air dari telaga warna sebagai sumber irigasi untuk mengairi tanaman kentang yang menjadi komoditas utama di kawasan ini.
Sandeq adalah perahu nelayan tradisional masyarakat Mandar, Polowali dan Mamuju yang digunakan untuk transportasi. Mengadopsi teknik zigzag melawan angin, kapal Sandeq dapat mencapai kecepatan hingga 15-29 knot. Karena alasan inilah Sandeq diakui sebagai perahu layar cadik tercepat di dunia. Bentuknya yang ramping dengan lebar mulai dari 1,5 hingga 2 meter memungkinkannya bermanuver dengan cepat melalui gelombang. Penelitian juga menunjukkan bahwa Sandeq adalah kapal tangguh yang memiliki kelincahan untuk menghadapi angin kencang dan arus di laut lepas. Saat ini transportasi itu telah ditetapkan sebagai ikon pariwisata Sulawesi Barat.
untuk melestarikan budaya pelaut suku Mandar, Polowali dan Mamaju sekaligus mempromosikan budaya dan pariwisata Sulawesi Barat, Festival Sandeq Race 2019 digelar dari tanggal 7 hingga 13 Agustus 2019. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan, jarak tempuh yang harus diselesaikan peserta memang cukup jauh, sehingga lomba digelar secara marathon. Dengan melalui sejumlah etape dan lomba segitiga, dimana setiap etape diisi beberapa rangkaian kegiatan di darat. Rutenya mengikuti laut dalam, di sepanjang Pantai Sulawesi Barat. Mulai dari Pantai Bahari di Polewali Mandar, hingga Pantai Manakarra di Mamuju.
Festival Sandeq Race 2019 menampilkan keterampilan para pelaut dalam mengendalikan perahu kayu. Tanpa bantuan teknologi modern, mesin, atau gadget navigasi, mereka berusaha untuk saling beradu kecepatan. Satu tim dari kapal Sandeq biasanya terdiri dari 13 kru / pelaut. Pembukaan Festival Sandeq Race 2019 dimeriahkan dengan karnaval budaya, lomba lepa-lepa, Sandeq Kecu, dan pameran budaya Desa Sandeq. Di Majene sendiri akan ada sejumlah pertunjukan seni dan budaya, pesta kuliner etnis Mandar, dan pemutaran film dokumenter. Pada hari terakhir perlombaan, ada Balap Segitiga Mamuju yang akan dilengkapi dengan perlombaan perahu tradisional Katinting, Kompetisi Layang-layang,
Tagar #JKWKULINER MAKAN MAKAN DI SOLO merupakan judul Vlog presiden Jokowi yang
bercerita tentang kuliner kesukaan presiden Indonesia ini. Sebelum Vlog episode pertama mengudara, hadir terlebih dahulu teaser Vlog tersebut. Dari teaser tersebut, diceritakan ada beberapa kuliner khas Solo kesukaan presiden Jokowi Salah satunya Timlo. Timlo merupakan kuliner yang masuk kategori Sup dengan cita rasa segar dan biasanya dinikmati pada malam hari.
Timlo merupakan hidangan berkuah yang terdiri dari mie soun, lalu ditambah sosis Solo, suwiran ayam, wortel, dan irisan telur masak kecap. Kadang ditambah irisan hati ayam dan telur dadar lalu disiram kuah bening seperti kuah sop. Bumbu yang digunakan dalam hidangan timlo ini sangat sederhana, hanya pala, bawang putih, lada, dan bawang goreng. Ketika disantap, rasa kaldunya terasa sangat kental, gurih dan segar. Ditambah sesendok sambal kecap kental dan sedikit perasan jeruk, rasanya makin pas. Apalagi jika dinikmati dengan sepiring nasi panas. Satu porsi timlo lengkap dihargai sekitar Rp 20 ribu, ditambah nasi Rp 5 ribu.
Asal muasal makanan timlo memang diduga terinspirasi dari sup kimlo yang populer di budaya Tionghoa. Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, memastikan makanan timlo terinspirasi dari kimlo. Menurut Heri Priyatmoko, Kimlo merupakan nama jenis hidangan berkuah yang berasal dari Cina. Masakan tersebut di area Jawa Timur dan Jawa Tengah berkembang menjadi sup dan beredar di kawasan Pecinan. Heri juga menemukan fakta di buku resep masakan Poetri Dapoer (1941) yang disusun perempuan Tionghoa bernama Lie Hiang Hwa. Di situ, terdapat panduan cara memasak kimlo memakai wajan, lengkap dengan bahan-bahan dan cara memasaknya. Selepas mempelajari buku tersebut dan adanya pengaruh kontak budaya, menurutnya masyarakat solo kemudian bereksprimen dan memcoba memasak makanan baru bernama timlo. Soal penamaan, menurut Heri, hanya mengganti huruf K dengan huruf T. Kemudian, bukan bahan daging babi yang dipakai, melainkan telur dan jeroan ayam yang populer sebagai bahan utama masakan orang Jawa. Diberi pula sosis agar makin nikmat.