01
April

 

VOinews.id- Jepang dan Tiongkok telah mengadakan pembicaraan mengenai air limbah radioaktif olahan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh. Dalam pembicaraan yang dilaksanakan di Dalian, Tiongkok timur laut pada Sabtu, kedua pihak memaparkan posisi mereka dan bertukar pendapat mengenai masalah teknis terkait air yang diolah, demikian dilaporkan Kyodo News dengan mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang. Pembicaraan ini adalah dialog tingkat pakar Jepang-Tiongkok pertama yang diakui secara publik mengenai masalah ini. Jepang mengulangi bahwa air limbah yang dibuang adalah "kegiatan pemantauan radiasi berkelanjutan yang aman dan terperinci.

 

" Pihaknya diwakili oleh pejabat Kementerian Luar Negeri, Ekonomi dan Perdagangan, serta Otoritas Regulasi Nuklir dan operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. (TEPCO). Sementara Beijing diwakili oleh pakar dari organisasi riset. Dalam pembicaraan pada November, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden China Xi Jinping setuju untuk mencari cara menyelesaikan masalah tersebut melalui konsultasi dan dialog. Jepang mulai membuang air limbah radioaktif olahan dari pembangkit tersebut pada Agustus, sehingga memicu reaksi keras dari China dan pihak oposisi di Korea Selatan dan Kepulauan Solomon.

 

Beijing melarang impor hasil laut dari Jepang setelah Tokyo terus melanjutkan rencana pembuangan limbah. Pembangkit tersebut memiliki lebih dari 1 juta ton air limbah olahan untuk dibuang dalam proses 30 tahun. Pembangkit itu terpaksa ditutup setelah mengalami kecelakaan nuklir terbesar sejak Chernobyl pada 1986, setelah terjadi gempa dan tsunami pada 2011. Operator tersebut bulan lalu mengatakan 5,5 ton air yang diperkirakan mengandung 22 miliar becquerel zat radioaktif itu telah bocor dari sebuah bangunan untuk mengolah air yang terkontaminasi. Insiden itu terjadi akibat kesalahan pekerja, tetapi tidak berdampak pada kesehatan staf atau lingkungan di luar pabrik, tambahnya.

 

Antara

01
April

 

VOinews.id- Para profesor kedokteran Korea Selatan bersiap untuk mengurangi jam kerja mereka pekan ini untuk mengatasi kelelahan yang semakin meningkat akibat pemogokan yang berkepanjangan oleh dokter junior. Menurut komite tanggap darurat untuk profesor kedokteran nasional, para profesor, yang merupakan dokter senior di rumah-rumah sakit besar, akan memangkas jam kerja mereka mulai Senin.

 

“Meskipun kami telah merawat pasien tanpa batasan waktu dan mengurangi jumlah mereka, tampaknya kami telah mencapai batas fisik kami. Kami akan menyesuaikan kembali jam kerja kami.” kata Bang Jae-seung, ketua komite, pada konferensi pers Sabtu. Bang mengatakan survei baru-baru ini di sebuah rumah sakit universitas menunjukkan jam kerja mingguan para profesor itu berkisar antara 60 hingga 98 jam, serta komite telah sepakat bahwa para profesor akan mengambil cuti siang hari setelah bekerja 24 jam berturut-turut. 

 

“Kami mohon maaf karena ketidaknyamanan masyarakat akan semakin bertambah, namun harap dipahami bahwa ini adalah tindakan yang perlu dilakukan demi keselamatan pasien dan staf medis,” lanjutnya. Tindakan ini diambil sepekan setelah asosiasi profesor kedokteran berbeda mengurangi jam kerja mingguan mereka menjadi 52 jam. Asosiasi tersebut juga mengatakan para profesornya akan meminimalkan layanan untuk pasien rawat jalan mulai Senin agar dapat berkonsentrasi pada pasien yang sakit parah dan darurat.

 

Cho memerintahkan pemerintah untuk memeriksa secara lebih menyeluruh pengoperasian ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif serta mengambil tindakan tanggap darurat yang lebih kuat, kata kementerian tersebut. Lebih dari 90 persen dari 13.000 dokter magang di negara tersebut melakukan pemogokan dalam bentuk pengunduran diri massal sejak 20 Februari untuk memprotes keputusan pemerintah yang akan menambahkan kuota pendaftaran sekolah kedokteran sebanyak 2.000 kursi dari 3.058 kursi saat ini.

 

Antara

28
March

 

VOInews.id- Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko pada Rabu (27/3) mengatakan jumlah korban tewas dan terluka dalam serangan gedung konser pekan lalu di wilayah Moskow, Rusia, masing-masing meningkat menjadi 140 dan 360 orang. “Sayangnya, salah satu korban, yang sebelumnya berada dalam kondisi sangat serius, meninggal, para dokter telah melakukan segala yang bisa dilakukan,” kata Murashko kepada wartawan di Moskow.

 

Sebelumnya, jumlah korban tewas akibat serangan gedung konser mencapai 139 orang. Dalam pernyataan sebelumnya, pusat Kementerian Kesehatan Rysua mengatakan kepada media pemerintah bahwa jumlah korban luka meningkat menjadi sebanyak 360 orang. “Hingga Rabu pagi, 360 orang terluka akibat serangan teroris, termasuk 11 anak-anak,” kata perwakilan Pusat Pengobatan Bencana Seluruh Rusia kepada kantor berita TASS. Perwakilan tersebut lebih lanjut mengatakan 92 korban dirawat di rumah sakit, dengan 63 orang sudah dipulangkan, sementara rawat jalan diberikan kepada 205 orang yang terluka.

 

Pada Jumat, sekelompok orang-orang bersenjata melepaskan tembakan di Balai Kota Crocus di kota Krasnogorsk di wilayah Moskow. Komite Investigasi Rusia mengatakan pihaknya menahan 11 orang, termasuk empat pelaku, di wilayah perbatasan Bryansk, yang sedang dalam perjalanan ke Ukraina. Pengadilan Distrik Basmanny Moskow pada Minggu malam mendakwa keempat pelaku dengan tuduhan terorisme dan menyetujui penahanan sebelum persidangan mereka hingga 22 Mei.

 

Antara

28
March

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

VOInews.id- Rumah sakit besar di Korea Selatan menutup bangsal dan menata ulang stafnya agar dapat terus memberikan layanan kesehatan di tengah aksi protes yang berlangsung selama beberapa pekan oleh para dokter muda yang berhenti dari pekerjaannya. Pusat Medis Asan, Pusat Medis Samsung , Rumah Sakit Severance, Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul dan Rumah Sakit St. Mary's Seoul mengalami kerugian finansial lebih dari 741.000 dolar AS (sekitar Rp11,7 miliar) dan beralih ke “mode manajemen darurat,” lapor Yonhap News yang berbasis di Seoul, Rabu.

 

Ribuan dokter muda dan dokter magang telah mengajukan pengunduran diri sebagai bentuk protes atas langkah pemerintah yang menambah 2.000 kuota pendaftaran di sekolah kedokteran. Para dokter muda dan magang itu telah bergabung dengan para profesor sekolah kedokteran di Korsel sejak Senin.

 

“Kami bahkan tidak bisa memperkirakan kapan situasi ini akan berakhir lantaran dokter magang belum masuk kerja dan para profesor mengajukan pengunduran diri,” kata salah satu pejabat rumah sakit. "Pekerja yang tersisa juga sedikit berkurang," ujarnya. Aksi protes tenaga kesehatan tersebut telah mengacaukan sistem kesehatan Korea Selatan, di mana para dokter junior memiliki peran yang sangat penting. Banyak operasi ditunda meski rumah sakit telah memperpanjang jam kerja untuk menangani jumlah kedatangan pasien. Militer Korea Selatan juga telah membuka fasilitas mereka guna membantu pemerintah sipil di tengah krisis layanan kesehatan.

 

Sumber: Anadolu

Page 70 of 1215