Sandeq adalah perahu nelayan tradisional masyarakat Mandar, Polowali dan Mamuju yang digunakan untuk transportasi. Mengadopsi teknik zigzag melawan angin, kapal Sandeq dapat mencapai kecepatan hingga 15-29 knot. Karena alasan inilah Sandeq diakui sebagai perahu layar cadik tercepat di dunia. Bentuknya yang ramping dengan lebar mulai dari 1,5 hingga 2 meter memungkinkannya bermanuver dengan cepat melalui gelombang. Penelitian juga menunjukkan bahwa Sandeq adalah kapal tangguh yang memiliki kelincahan untuk menghadapi angin kencang dan arus di laut lepas. Saat ini transportasi itu telah ditetapkan sebagai ikon pariwisata Sulawesi Barat.
untuk melestarikan budaya pelaut suku Mandar, Polowali dan Mamaju sekaligus mempromosikan budaya dan pariwisata Sulawesi Barat, Festival Sandeq Race 2019 digelar dari tanggal 7 hingga 13 Agustus 2019. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan, jarak tempuh yang harus diselesaikan peserta memang cukup jauh, sehingga lomba digelar secara marathon. Dengan melalui sejumlah etape dan lomba segitiga, dimana setiap etape diisi beberapa rangkaian kegiatan di darat. Rutenya mengikuti laut dalam, di sepanjang Pantai Sulawesi Barat. Mulai dari Pantai Bahari di Polewali Mandar, hingga Pantai Manakarra di Mamuju.
Festival Sandeq Race 2019 menampilkan keterampilan para pelaut dalam mengendalikan perahu kayu. Tanpa bantuan teknologi modern, mesin, atau gadget navigasi, mereka berusaha untuk saling beradu kecepatan. Satu tim dari kapal Sandeq biasanya terdiri dari 13 kru / pelaut. Pembukaan Festival Sandeq Race 2019 dimeriahkan dengan karnaval budaya, lomba lepa-lepa, Sandeq Kecu, dan pameran budaya Desa Sandeq. Di Majene sendiri akan ada sejumlah pertunjukan seni dan budaya, pesta kuliner etnis Mandar, dan pemutaran film dokumenter. Pada hari terakhir perlombaan, ada Balap Segitiga Mamuju yang akan dilengkapi dengan perlombaan perahu tradisional Katinting, Kompetisi Layang-layang,