Sunday, 07 June 2020 00:00

Komunitas Adat Indonesia Menangkan Equator Prize 2020 Dari PBB.

Written by 
Rate this item
(0 votes)
FOTO ; ANTARA FOTO ; ANTARA

Indonesia terpilih sebagai salah satu negara yang mendapat penghargaan dari UNDP atau Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB). Penghargaan Equator Prize 2020 terkait inisiatif lingkungan hidup dari UNDP ini diberikan kepada Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) dan diumumkan pada 5 Juni bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Komunitas masyarakat adat tersebut terdiri dari 11 kelompok adat yang berada di area seluas 20.000 kilometer persegi di lingkungan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Utara, yang berbatasan langsung dengan wilayah Sabah, Malaysia. UNDP Indonesia dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta Jumat menulis, Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA)  berhasil mengadvokasi pengaturan pengelolaan kolaboratif pertama untuk Taman Nasional di Indonesia, di mana pemerintah dan otoritas adat memutuskan bersama pengelolaan dan akses sumber daya dan penggunaan hak-hak adat.

Equator Prize sendiri adalah penghargaan yang diberikan untuk 10 komunitas lokal dan masyarakat adat dari seluruh dunia yang menunjukkan solusi inovatif berbasis alam untuk mengatasi masalah keanekaragaman hayati serta perubahan iklim. Komunitas adat lain yang memenangkan penghargaan itu berasal dari Kongo, Ekuador, Guatemala, Kenya, Madagaskar, Meksiko, Thailand, serta Kanada dan Myanmar untuk pertama kalinya.

Mereka terpilih dari total 583 nomine yang berasal dari 120 lebih negara. Seleksi dilakukan  oleh Komite Penasihat Teknis independen yang terdiri dari para pakar internasional. Para pemenang itu masing-masing mendapatkan dana sebesar 10.000 dolar AS (sekitar Rp140 juta) serta kesempatan untuk bergabung dalam serangkaian acara khusus yang terkait dengan Majelis Umum PBB, KTT Alam PBB, juga Pekan Iklim Global pada akhir September mendatang.

Administrator UNDP, Achim Steiner, dikutip dari keterangan yang sama mengatakan ketika negara-negara bergerak untuk membangun kembali negaranya setelah pandemi COVID-19, cara-cara inovatif untuk melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati, mengatasi perubahan iklim menjadi lebih penting daripada sebelumnya.



Read 909 times Last modified on Monday, 08 June 2020 06:01