Konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia per tahun masih cukup tinggi dibandingkan beberapa negara anggota ASEAN. Menurut data Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Organisasi Pangan Dunia (OECD-FAO), tahun 2018, konsumsi beras tahunan Indonesia per kapita mencapai 135 kg, lebih tinggi dari Filipina (115 kg), Thailand (99 kg), dan Malaysia (81 kg). Oleh karena itu, beras selalu menjadi prioritas utama dalam kebijakan pemerintah Indonesia, terutama terkait perdagangan dan pertanian. Tahun 2020 lalu konsumsi beras masih tercatat di atas 90 kg per orang per tahun. Kebutuhan yang tinggi akan bahan pangan pokok ini, mengharuskan pemerintah Indonesia untuk memperhatikan ketersediaannya.
Demi menjamin stok di tahun 2021 ini, pemerintah akan mengimpor 1 juta ton beras, dilakukan melalui penugasan kepada Perusahaan Umum Urusan Logistik [Perum Bulog]. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan pada Kamis lalu [4/3/2021], menjaga ketersediaan beras di dalam negeri merupakan hal penting untuk dilakukan agar harganya bisa tetap terkendali.
Pemerintah akan melakukan dua kebijakan untuk penyediaan beras dalam negeri, setelah adanya program bantuan sosial beras selama pemberlakuan Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat [PPKM]. Pertama, pemerintah akan melakukan impor beras sebanyak 500.000 ton untuk Cadangan Beras Pemerintah dan 500.000 ton lagi sesuai kebutuhan Bulog. Kedua, melaksanakan penyerapan gabah oleh Bulog dengan target setara beras 900.000 ton saat panen raya pada Maret-Mei 2021, dan 500.000 ton pada Juni-September 2021.
Untuk mengurangi konsumsi beras terutama beras impor, Kementerian Pertanian menargetkan tingkat konsumsi beras secara nasional turun sebesar 7 persen menjadi 85/kg/kapita per tahun hingga 2024. Penurunan konsumsi beras sebesar itu setara 1,77 juta ton atau senilai Rp17,78 triliun, suatu angka yang cukup besar. Untuk pengurangan konsumsi beras, diversifikasi pangan merupakan pilihan yang tepat. Karena dapat mengantisipasi krisis, menyediakan pangan alternatif, menggerakkan ekonomi dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Saat ini, setiap provinsi di Indonesia difokuskan memproduksi bahan pangan lokal selain beras. Setidaknya ada enam komoditas pangan yang didorong produksinya antara lain ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.