Pendengar, Tari kabasaran merupakan tarian tradisional masyarakat Minahasa. Kata "Kabasaran" berasal dari kata "Wasal", yang berarti ayam jantan. Para penarinya disebut "Kawasalan", yang berarti menari dengan meniru gerakan dua ayam jantan yang sedang bertarung. Kata "Kawasalan" ini kemudian berkembang menjadi "Kabasaran" yang merupakan gabungan dua kata “Kawasal ni Sarian”. “Kawasal” berarti menemani dan mengikuti gerak tari, sedangkan “Sarian” adalah pemimpin perang yang memimpin tari keprajuritan tradisional Minahasa. Perkembangan bahasa melayu Manado kemudian mengubah huruf “W” menjadi “B” sehingga kata itu berubah menjadi "Kabasaran".
……. Musik……..
Pendengar, Gerakan tarian Kabasaran tergolong enerjik dan melambangkan semangat seorang prajurit perang, Gerak tari kabasaran dipimpin oleh seorang pemimpin pertunjukan yang disebut dengan "tombolu". Secara umum, struktur dasar tarian kabasaran terdiri dari sembilan jurus pedang (santi) atau sembilan jurus tombak (wengkouw). Mereka menari sambil membawa pedang warisan turun-temurun. Tarian ini umumnya terdiri dari tiga babak. Pertama, "Cakalele", yang berasal dari kata “saka” yang artinya berlaga, dan “lele” artinya berkejaran melompat – lompat. Babak kedua ini disebut "Kumoyak", yang berasal dari kata “koyak” artinya, mengayunkan senjata tajam pedang untuk menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang. Dan terakhir "Lalaya’an". Pada bagian ini para penari menari bebas riang gembira. Dalam perkembangannya kini, tarian ini tak hanya dimainkan oleh lelaki dewasa saja, namun juga dilakukan oleh para wanita dan anak-anak.
…….Musik…….
Pendengar, Tarian Kabasaran diiringi oleh suara tambur atau gong kecil dan alat musik pukul lain seperti gong. Pakaian yang digunakan selain kemeja dan celana merah, juga menggunakan kain tenun Minahasa yang disebut, Kokerah, Pasolongan, Tinonton, dan Patola. Selain menggunakan kain, penari juga mengenakan topi kabasaran. Topi Kabasaran asli terbuat dari kain ikat kepala yang diberi hiasan bulu ayam jantan, bulu burung Taong dan burung Cendrawasih. Ada juga hiasan tangkai bunga kano-kano atau tiwoho. Hiasan ornamen lainnya yang digunakan adalah “lei-lei” atau kalung-kalung leher, “wongkur” penutup betis kaki, “rerenge’en” atau giring-giring lonceng terbuat dari bahan kuningan yang dikenakan dengan cara diikat di bagian tubuh yang mudah dan aktif bergerak, biasanya di bawah lutut atau di pergelangan kaki..
Pendengar, sekian Pesona Indonesia kali.
……….Tune Tutup Pesona Indonesia……