Wednesday, 06 June 2018 00:00

Kuliner Khas Kudus dan Toleransi Beragama

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Kabupaten Kudus adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah beribukota di Kota Kudus. Terletak di jalur pantai timur laut Jawa Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kota ini berjarak 51 kilometer dari timur Kota Semarang.Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah dan juga dikenal sebagai kota santri. Kota ini adalah pusat perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari adanya tiga makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu. Jika Anda mengunjungi daerah ini, Anda tidak akan menemukan kuliner berbahan dasar daging sapi. Mengapa?

Ciri khas kuliner Kudus seperti sate, soto, pindang dan masakan daging lainnya adalah menggunakan daging kerbau. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah panjang kerukunan umat beragama sejak masa Sunan Kudus Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan. Saat itu Sunan Kudus melihat masyarakat setempat sudah memeluk agama Hindu yang sangat menghormati sapi.untuk menghormati pemeluk agama Hindu, Sunan Kudus melarang para pengikutnya menyembelih sapi, karena menurut kepercayaan agama Hindu, sapi adalah hewan suci. Sejak itu masyarakat Kudus yang ingin mengkonsumsi daging sapi memilih menyembelih kerbau sebagai gantinya. Hingga sekarang walaupun tidak ada larangan, masyarakat Kudus tetap memegang teguh larangan Sunan Kudus untuk tidak menyembelih sapi, termasuk pada perayaan Idul Adha.

Mengikuti jejak Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kudus memberikan dakwah dan petuah melalui kearifan lokal dengan mengapresiasi kebudayaan setempat dan keyakinan-keyakinan Pra Islam.Hal lain, padasan atau pancuran untuk berwudhu berjumlah 8 dan dihias ornament berbentuk relief arca. Angka 8 ini mengacu pada ajaran Buddha, Asta Sanghika Marga atau Delapan Jalan Utama (kepercayaan Budha). Pengambilan bentuk-bentuk dan filosofi Budha ini tentu saja dilakukan dengan alasan toleransi sekaligus mengundang para pemeluk Budha untuk mau datang dan mempelajari agama Islam.Dalam bentuk bangunan, terjadi alkulturasi pada Menara masjid yang berbentuk bangunan candi Hindu dengan arsitektur gabungan Islam, Hindu, dan Buddha. Dengan arsitektur masjid yang mengambil bentuk-bentuk arsitektur Hindu dan Budha, selain terjadi kesinambungan, diwujudkan pula nilai toleransi beragama.bukti sejarah dan berlangsungnya kehidupan masyarakat Kudus hingga sekarang ini, untuk memelihara kerukunan dan kedamaian dengan cara mempraktekkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Read 1150 times Last modified on Wednesday, 06 June 2018 12:04