Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu tidak memiliki rencana mengirimkan pasukan tempur ke Ukraina. Sementara Gedung Putih pada Selasa (27/2/2024) juga menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengirim pasukan untuk berperang di Ukraina.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz pada Selasa (27/2/2024) menolak gagasan untuk mengirimkan pasukan ke Ukraina. Ditegaskannya apa yang telah disepakati sejak awal di antara anggota NATO juga berlaku untuk masa depan. Yaitu, tidak akan ada tentara yang dikirim oleh negara-negara Eropa atau NATO ke Ukraina.
Scholz juga menegaskan bahwa tentara yang berbasis di negara-negara NATO juga tidak dibenarkan berpartisipasi aktif dalam pertempuran antara Ukraina melawan Rusia. Hal itu untuk mencegah terjadinya eskalasi perang yang melibatkan NATO.
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, yang negaranya akan bergabung dengan NATO, juga mengatakan pihaknya saat ini tidak berencana untuk mengirim pasukan darat ke Ukraina.
Polandia, Inggris dan Spanyol pun secara terbuka menolak gagasan yang akan membuat pasukan dari negara-negara anggota NATO berkonflik langsung dengan Rusia.
Menanggapi pernyataan Presiden Emmanuel Macron, pemerintah Rusia pada Selasa (27/2/2024) menyatakan bahwa konflik dengan NATO tak terelakkan apabila negara-negara Barat anggota pakta pertahanan tersebut mengirimkan pasukannya ke Ukraina. Juru Bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov dalam sebuah konferensi pers di Moskow mengingatkan bahwa negara-negara anggota NATO harus dapat mengkaji konsekuensi yang dapat muncul bila mengambil keputusan tersebut. Mereka harus menyadari bahwa hal itu sama sekali tidak sesuai dengan kepentingan masing-masing negara.
Peskov mengatakan sejumlah negara Barat sudah cukup sadar potensi konsekuensi dan ancaman yang dapat muncul apabila pengiriman pasukan ke Ukraina dijalankan.
Di sisi lain, Prinsip Pertahanan Kolektif NATO Pasal 5 menyatakan, jika salah satu anggota aliansi diserang di Eropa atau Amerika Utara, maka itu dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Untuk itu mereka dapat mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk membantu Sekutu.
Dua tahun sudah konflik Rusia-Ukraina, namun belum ada tanda-tanda akan segera berakhir. Tidak disangkal, sejak konflik Rusia-Ukraina pecah, NATO sudah memberikan dukungan bagi Ukraina, termasuk pengiriman senjata. Namun pengiriman pasukan NATO ke Ukraina untuk membantu menghadapi Rusia hanya akan memperburuk keadaan. Jalan terbaik adalah menghentikan perang, agar penduduk kedua negara dapat kembali ke kehidupan yang normal dan damai.