Thursday, 08 February 2018 11:46

Banyuwangi Ditetapkan Menjadi Kota Karnaval dan Festival

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Kamis, 1 Februari 2018 Banyuwangi merilis 'Top 77 Calender of Event Banyuwangi Indonesia Festival 2018’ di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata. Pada acara tersebut, Menteri Pariwisata Arief Yahya sekaligus menetapkan branding Banyuwangi sebagai “The City of Carnival and Festival”. Penobatan kota di Jawa Timur ini sebagai kota karnaval dan festival dikarenakan kesiapan unsur atraksi, amenitas, dan aksesibilitas terutama konektivitas udara. Hal ini jelas terlihat dengan adanya maskapai dari Jakarta, Surabaya, dan Bali yang terbang ke Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

Menurut Arief Yahya, untuk atraksi, Banyuwangi tercatat paling cepat berkembang karena melibatkan seluruh potensi masyarakat. Jika tahun 2012 baru ada 12 event, tahun 2017 meningkat menjadi 72 event, dan tahun ini menjadi 77 event dengan sejumlah event unggulan yang masuk dalam Calender of Event Wonderful Indonesia 2018. Banyuwangi jadi kota kecil yang paling banyak diambil acaranya menjadi 100 acara terbaik pariwisata Indonesia. Dari 77 festivalnya di 2018, ada tiga acara menjadi bagian dari program 100 Calender of Event Wonderful Indonesia (CoE WI) 2018. Ketiganya ialah Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) masuk dalam TOP 10 Nasional Events (EoE WI), sedangkan International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI ) dan Gandrung Sewu masuk TOP 100 Nasional Events (CoE WI) 2018. Sejumlah atraksi baru juga dihadirkan dalam Top 77 Calender Event seperti Festival Tahu-Tempe (9 hingga 13 Februari). Adapula Festival Imlek yang akan menampilkan tradisi khas warga Tionghoa (17 Maret). Selain itu, ada Festival Karya Tari (31 Maret), Fishing Festival (7 April), Festival Cokelat (12 Mei), Festival Kuntulan (3 hingga 6 Oktober).

 

Meningkatnya sektor pariwisata Banyuwangi, dengan digelarnya beragam karnaval dan festival tentunya menggerakkan ekonomi lokal sehingga pendapatan per kapita warga Banyuwangi melonjak. Mulai dari Rp 20,8 juta pada tahun 2010 menjadi Rp 41,5 juta per orang per tahun pada 2016. Dan di tahun 2017 mencapai Rp. 46,1 juta pertahun. Penurunan kemiskinan juga cukup pesat menjadi 8,79% pada 2016. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Banyuwangi terus meroket. Pada tahun 2010 tercatat 5.025 wisman mengujungi Banyuwangi. Angka itu meningkat menjadi 74.800 wisman pada 2016. Sedangkan tahun 2017 kembali meningkat menjadi 91.000 wisman dan tahun 2018 ini diproyeksikan menjadi 100.000 wisman.

 

Read 1314 times Last modified on Thursday, 08 February 2018 13:25