Indonesia telah memulai keketuaanya di Dewan Keamanan PBB. Kepemimpinan Indonesia ini diwakili oleh Duta Besar Dian Triansyah Djani, utusan tetap Indonesia untuk PBB. Senin, 6 Mei 2019 waktu setempat, Dian Triansyah Djani sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB bulan Mei 2019, mendampingi Sekretaris Jenderal PBB menyalakan api abadi, untuk mengenang jasa personel PBB yg gugur demi perdamaian. Diantara yang gugur, dua diantaranya adalah Warga Negara Indonesia Almarhum Prajurit Kepala Nasri Bin Bahri, anggota Misi Perdamaian PBB di Darfur dan Almarhumah Harina Hafitz dari World Food Program.
Hari ini, 7 Mei 2019, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia memimpin Sidang Terbuka Dewan Keamanan PBB dengan tema, “Menabur Perdamaian : Meningkatkan Keselamatan dan Kinerja Pemelihara Perdamaian PBB” (Investing in Peace : Improving Safety and Performance of The UN Peacekeeping). Tema ini memang menjadi salah satu fokus Indonesia, mengingat rekam jejak dan kapasitas Indonesia, animo, serta dukungan dari dalam negeri maupun anggota PBB lainnya. Apalagi dengan adanya berbagai tantangan yang dihadapi oleh Dewan Keamanan PBB. Sebaran pasukan Indonesia untuk PBB menempati urutan ke delapan dari 124 negara yang berpartisipasi. Menurut data Kementerian Luar Negeri, Indonesia telah mengirimkan 3080 personel, 106 diantaranya perempuan. Indonesia menargetkan menempatkan empat ribu personel diberbagai misi perdamaian PBB.
Presidensi atau keketuaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB menjadi momentum dan peluang untuk membuktikan kemampuan Indonesia. Baik dalam menghadapi tantangan maupun mendorong terciptanya stabilitas dan perdamaian, terutama di daerah konflik. Kiprah Indonesia sebagai Ketua Dewan Keamanan PBB Mei 2019, bisa jadi dinantikan oleh banyak negara. Paling tidak oleh Amerika Serikat seperti yang dinyatakan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk hubungan politik David Hale dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akhir April 2019. David Hale mengatakan, AS menanti Indonesia menduduki Presidensi Dewan Keamanan PBB mengingat komitmen kuat Indonesia dalam berbagai isu, termasuk menyangkut pasukan penjaga perdamaian.
Komitmen Indonesia untuk pasukan penjaga perdamaian tak perlu diragukan lagi. Tapi tentunya Indonesia tak bisa bergerak seorang diri. Kontribusi besar dalam investasi pengiriman Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB (UN Peacekeeping Operations) yang berkualitas dari banyak pihak sangat diperlukan. Karena peran pemeliharaan perdamaian menjadi semakin penting. Terutama dengan adanya konflik dan peperangan yang masih terus terjadi di dunia.
Semoga kepemimpinan Indonesia di Dewan Keamanan PBB akan menambah rekam jejak Indonesia dalam kontribusi dan partisipasinya memelihara perdamaian dunia. Sekaligus meyakinkan banyak pihak bahwa investasi dalam perdamaian harus terus disebarkan. Sehingga keinginan sederhana Indonesia, seperti yang diungkapkan Duta Besar Dian Triansyah Djani, “untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa, seraya menjadikan pemeliharaan perdamaian seefisien mungkin dalam konflik di seluruh dunia”, dapat terwujud dan terus terjaga. Tentunya dengan dukungan masyarakat dunia.